Kamis, 13 November 2014

TEORI PEMROSESAN INFORMASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Anak manusia yang baru lahir tidak dapat hidup tanpa bantuan dari manusia dewasa.
Potensi alami yang dimiliki masih terbatas. Potensi itupun tidak mungkin berkembang baik tanpa pengaruh dari luar. Hal ini menyebabkan proses belajar sangat penting.
Belajar didefinisikan sebagai proses memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang masuk kepikiran kita melalui indera tidak dapat kita simpan dalam waktu lama. Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemrosesan informasi.

B.        RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan diuraikan pada bab pembahasan berikut ini meliputi :
1.      Apakah yang dimaksud dengan teori pemrosesan informasi tersebut?
2.      Bagaimanakah kita menerapkan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran?


C.       TUJUAN
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan:
1.      Mahasiswa dapat memahami teori pemrosesan informasi
2.      Mahasiswa dapat menerapkan teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran.





BAB II
ISI

A.      TEORI PEMPROSESAN / REINFORCEMENT
Reinforcement merupakan umpan balik yang bertujuan memberitahukan tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku diulang-ulang.  Reforcement  berfungsi  mengurangi ketidak pastian dan karenanya mengarah ke pemahaman dan penguasaan. Sedangkan orang adalah pemroses informasi yang aktif karena dibekali dengan pengalaman-pengalaman yang mengarah kebelajar, dicarinya informasi –informasi untuk memecahkan persoalan dan disusun kembali apa-apa yang telah diketahuinya untuk belajar lebih lanjut. Tujuan yang ingin diraihnya adalah secara aktif dia melihat, berbuat, menunjukan perhatian dan melakukan banyak halyang lain. Satu hal yang amat berpengaruh terhadap proses belajar ialah apa yang dibawa seseorang kedalam situasi belajar artinya apa yang telah diketahui sebelumnya sangat berperan dalam belajar; apa yang diketahui sebelumnya menentukan apa yang akan dipelajari, diingat atau dilupakan.dalam teori kognitif terdapat banyak teori tentang belajar diantaranya teori pemprosesan informasi yang meliputi :
1.      Mengumpulkan informasi dan membuatnya menjadi kode-kode (encoding)
2.      Menyimpan informasi (retention)
3.      Mengingat kembali apabila diperlukan (retrieval)









Keterangan :
Alat indra mengirimkan informasi ke register indrawi untuk disimpan sebentar. Informasi tersebut diberi arti melalui perhatian dan persepsi. Setelah diubah menjadi kode-kode, informasi tersebut masuk kedalam ingatan jangka pendek (tempatnya terbatas). Informasi ini akan hilang jika tidak diulang-ulang. Informasi yang disimpan untuuk diingat kembali dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada karenanya disimpan didalam ingatan jangka panjang.
1.    Register Indrawi (sensory register)
Stimulus dari lingkungan seperti benda-benda, cahaya, suara, baud an sebagainya selalu menghampiri receptor-receptor kita. Receptor adalah bagian-bagian dari tubuh (alat indra) yang menerima informasi indrinformasi indrawi. Seluruh system resepctor ini disebut register indrawi. Sistim ini menangkap informasi indrawisebentar sekali, tetapi pada saat ini kita sempat menyeleksi informasi untuk proses lebih lanjut, disusun. Penyusunan ini perlu karena lebih banyak informasi yang ada di register indrawi dari apa yang mungkin yang masuk kedalam ingatan jangka pendek. Pada taraf ini , persepsi dan perhatian penting  sekali.
Ø  Pengaruh Persepsi
Persepsi adalah interprentasi informasi yang dating dari indra, pemberian arti terhadap stimulus indrawi dan sebagian dari cara seseorang menyusun informasi tersebut, ataupun dari pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Ø  Penerapan perhatian
Setiap detik alat indra kita dihadapkan pada benda, cahaya, suara dan stimulus-stimulusindrawi lainya. Dengann memperhatikan stimulus tertentu dan mengabaikan stimulus lainya kita menyaksikan mana yang akan diproses. Tetapi perhatian kita terbatas; memperhatikan dua macam objek sekaligus secara sungguh-sungguh hamper-hampir tidak mungkin , terkecuali kalau sudah sama kemampuanya memperhatikan sesuatu secara efektif.
2.    Ingatan jangka pendek (working memory)
Sekali diubah menjadi kode-kode, informasi yang terdapat didalam register indrawi dapat masuk kedalam ingatan jangka pendek. Informasi tersebut hanya sebentar saja tinggal disitu, barang kali sekitar dua puluh detik. Informasi tersebut dapat tingal lebih lama kalau dipraktekan, dilatih. Praktek atau latihan itu merupakan suatu proses kontrol yang mempengaruhi jalannya informasi  melalui sistem pemrosesan informasi.
Ingatan jangka pendek itu terbatas bukan saja karena tanpa latihan atau praktek informasi itu dapat disimpan lama tetapi juga karena banyaknya informasi yang dapat disimpan pada satu waktu; menurut hasil eksperiment ternyata bahwa hanya lima sampai sembilan item saja yang dapat disimpan didalam ingatan jangka pendek dalam satu waktu tertentu.
Ingatan jangka pendek itu kadang-kadang disebut working memory, ingatan yang bekerja, yang sadar, karena ia memegangi informasi yang kita pikirkan pada suatu waktu teretntu (atau lebih spesifik, selama dua puluh detik). Dengan perkataan lain, kalau kita ingin menggunakan sesuatu informasi itu harus ada diingatan jangka pendek. Karena itu ingatan jangka pendek ini juga dianggap sepadan atau sinonim dengan kesadaran.
Terbatasnya kemampuan ingatan jangka pendek itu dapat pula diatasi dengan cara chunking atau grouping, mengelompokkan. Karena banyaknya informasi yang dapat disimpan di dalam ingatan jangka pendek dalam satu waktu tertentu terbatas, maka informasi-informasi itu dapat dikelompok-kelompokkan sehingga lebih mudah diingat. Sebagai contoh misalnya, seseorang harus mengingat deretan angka 3, 5, 4, 8, 7 dan 0; hal ini akan menjadi lebih mudah dilakukan apabila:
a.       Dikelompokkan menjadi dua-dua, yaitu 35, 48, dan 70, atau
b.      Dikelompokkan menjadi tiga-tiga, yaitu 354 dan 870.
Dengan demikain, yang ada sekarang tinggal tiga atau dua informasi yang mesti diingat sekaligus.
Perlu kiranya kita mencatat bahwa kemampuan seseorang dalam ingatan jangka pendek ini berbeda-beda. Semakin tumbuh seseorang dan semakin bertambah umurnya, kian meningkatkan kemampuan ingatan jangka pendeknya. Hal ini mungkin saja karena yang bersangkutan menggunakan cara-cara yang lebih efektif seperti chunking misalnya. Tetapi pada setiap fase perkembangan, variasi individual itu memang muncul ada yang lebih sederhana dan ada pula yang lebih baik.
3.    Ingatan Jangka Panjang
Ada beberapa perbedaan antara ingatan jangka pendek dengan ingatan jangka panjang,
Jenis ingatan
Input
Kapasitas
Maintenance
Retrieval
Ingatan jangka pendek
Sangat cepat
Terbatas
Sangat sebentar
Segera / cepat
Ingatan jangka panjang
Relatif lambat
Praktis tak terbatas
Praktis tak terbatas
Tergantung pada penyusunan

Informasi (input) yang masuk ke dalam ingatan jangka pendek sangat cepat. Dibutuhkan waktu dan usaha untuk memindahkan informasi ke dalam ingatan jangka panjang. Kemampuan ingatan jangka pendek terbatas, sedangkan kemampuan ingatan jangka panjang praktis tidak terbatas. Kecuali itu sekali informasi itu disimpan di dalam ingatan jangka panjang, dia akan berada di situ secara permanen. Secara teoritis kita dapat mengingat kembali apa yang kita inginkan. Mengingat kembali apa yang terdapat didalam ingatan jangka pendek itu berlangsung secara cepat, sedangkan mengingat kembali apa yang ada dalam ingatan jangka panjang itu memerlukan waktu dan upaya.
Salah satu cara untuk menyimpan informasi secara permanen ialah mengintegrasikan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam ingatan jangaka panjang. Menurut Endel tulving (1972), informasi yang disimpan di dalam ingatan jangka panjang itu ada dua macam, yaitu  informasi episodik dan informasi semantik.
a.    Informasi episodik atau disebut juga ingatan episodik ialah ingatan tentang peristiwa-peristiwa dalam hidup kita lengkap dengan bagian-bagiannya; informasi ini berkaitan dengan waktu dan tempat tertentu. Misalnya ingatan-ingatan pribadi tentang pengalaman-pengalaman yang bersifat pribadi. Mengingat kembali peristiwa-peristiwa tersebut tak ubahnya seperti kalau kita memutar kaset video.
b.    Informasi semantik atau disebut ingatan semantik meliputi pengetahuan tentang fakat-fakta dan pengertian-pengertian yang tidak berkaitan dengan waktu dan tempat tertentu; juga meliputi aturan-aturan dan hubungan antara kata-kata dengan simbol-simbol lainnya . apabila kita membaca kalimat misalnya, yang kita simpan adalah makna kalimat tersebut, bukan kata-kata yang menyusun kalimat tersebut.
Tetapi perlu disadarai bahwa pembedaan tersebut tidak selalu benar, sebab pengetahuan kita tentang pengertian-pengertian itu juga diperoleh lewat pengalaman-pengalaman yang erat kaitanya dengan waktu dan tempat. Karenanya ingatan episodik dan semantik itu jarang merupakan dua hal yang bertumpang tindih.
Ingatan semantik itu berisikan dua macam pengetahuan yaitu:
1.    Pengetahuan deklaratif, seperti tanggal, alamat, nama seseorang, dan sebagainya
2.    Pengetahauan prosedural, seperti cara memecahkan soal-soal hitungan , cara mengendarai mobil, cara memakai dasi , dsb.

Mengenai struktur atau bentuk pengetahuan yang dismpan di dalam ingatan jangka panjang itu ada yang berupa bayangan visual, ada pula yang verbal, atau kedua-duanya. Para psikolog yang sesuai dengan pandangan ini beranggapan bahwa informasi yang dapat dikodekan secara visual dan verbal mudah sekali diingat. Kecuali itu, mungkin juga bahwa informasi episodik disimpan sebagai bayangan visual, sedangkan informasi semantik disimpan sebagai satuan-satuan verbal.

Masalah ingat dan lupa
Ada beberapa hal yang kita ingat dan ada hal-hal yang kita lupakan, bahkan ada yang menyebut kenyataan ini sebagai pola dasar kehidupan mental kita. Mengapa kita lupa? Kemampuan kita menyimpan informasi luar biasa, tetapi mengapa kita lupa? Hilangnya informasi dari ingatan jangka pendek disebabkan oleh dua hal: pertama ganagguan, kedua waktu. Mengingat hal-hal yang baru mengganggu mengingat hal-hal yang lama. Pada satu saat tertentu, kemampuan ingatan jangka pendek yang terbatas itu penuh dengan informasi-infromasi baru sehingga hilanglah informsi-informasi yang lama. Informasi juga hilang dari ingatan jangka pendek karena usangnya waktu. Semakin lama informasi di dalam ingatan jangka pendek semakin lemahnya dia dan akhirnya hilang lenyap tak berbekas.
Infomasi yang hilang dari ingatan jangka pendek itu benar-benar lenyap. Tetapi informasi yang tersimpan didalam ingatan jangka panjang tidak pernah hilang dan selalu dapat diingat kembali asal kondisinya tepat. Freud pernah menyatakan bahwa kadang-kadang secara sengaja kita melupakan atau menekan informasi atau penngetahuan tertentu yang tidak ingin kita ingat-ingat. Tetapi hal ini tidak dapat menjelaskan mengapa pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan teringat dan terbayang-bayang secara jelas. sedangkan pengalaman-pengalaman lain yang menyenangkan atau yang netral justru dilupakan. Lalu apalagi yang menyebabkan munculnya masalah-masalah dalam ingatan jangka panjang itu?
Bahwa gangguan itu menyebabkan terjadinya lupa baik dslam ingatan jangka panjang maupun dalam ingatan jangka pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian yaitu bahwa informasi-infromasi yang baru dapat membingungkan infromasi-informasi yang lama, apalagi kalau yang lama ini bersifat kabur. Apabila informasi-informasi yang baru menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang lama, hal itu disebut gangguan retroaktif atau inhibisi retroaktif, sedangkan apabila informasi-informasi yang lama menyukarkan orang utnuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru, hal itu dinamakan gangguan proaktif  atau inhibisi proaktif.
Anggapaan bahwa gangguan itu menyebabkan lupa tidaklah bertentangan dengan pendapat bahwa kita sebenarnya tidak pernah melupakan hal-hal yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang. Gangguan itu tidak terjadi dalam ingatan jangka pendek itu sendiri; barangkali gangguan itu terjadi ketika informasi diingat dan dibawa kembali keingatan jangaka pendek. Jadi masalahnya terletak pada proses mengingat kembali.

Bagaimana kita mengingat?
Mengingat yang baik itu sesungguhnya berupa suatu poses pemecahan masalah yang menggunakan logika, tanda-tanda dan pengetahuan lainya untuk mengkonstruksi informasi dan mengisi bagian-bagian yang tercecer atau hilang. Kadang-kadang informasi yang direkonstruksi itu tidak cermat dan tidak benar, sebab yang diingat kembali bukanlah kata-kata yang harfiah tetapi makananya. Tetapi makna ini pada umumnya sudah mengalami perubahan sesuai dengan sudut pandang atau latar belakang budaya seseorang atau dengan perkataaan lain sesuai dengan skemata yang dimilikinya. (Skemata adalah struktur dasar untuk menyusun informasi).
Terkadang informasi yang kita ingat itu hanya sebagian saja yang benar. Contohnya; anda sedang mencari buku dan berkata: “Saya tahu buku itu sampulnya berwarna biru dan tulisannya putih”. Ketika buku itu diketemukan, memang benar tulisannya putih tetatpi sampulnya berwarna merah muda. Barangkali saja dulu memang anda tidak begitu memperhatikan warnanya atau mungkin dulu warna buku itu tidak anda camkan secara benar mungkin juga anda kacau dengan buku lain yang anda baca pada suatu waktu, atau mungkin juga waran buku itu anda camkan secara benar, tetapi kodenya tidak pernah mencapai ingatan jangka panjang anda. Dengan begitu iformasi yang anda ingat hanyalah sebagian saja yaitu tulisan yang berwarana putih tadi; bagian-bagian yang tidak anda ingat, anda rekonstruksi.
Kadang-kadang ita mencoba mengingat sesuatu dari ingatan jnagka panjang kita dan merasa seloah-olah kita “hampir mengingatnya”, tetapi tidak dapat mengingat betul apa yang ingin kita ingat, entah itu nama seorang teman,tempat berlangsungnya kejadian tertenu, tanggal lahirnya seoarang pahlawan nasiaonal, dan sebagainya. “Hampir ingat” ini disebut gejala ujung lidah” (tip of the tongue phenomenon). (Brown & Mc Nail, 1966).
Meskipun kemampuan dan ketahanan ingatan jangka panjang kita itu secara teoritis tidak terbatas, namun jelas kiranya bahwa mengingat yang baik itu bukanlah hal yang sederhana. Lalu apa saja yang mempengaruhi ingatan yang baik itu? Cara kita memproses informasi pada petama kalinya berpengaruh sekali terhadap diingatnya kembali informasi pada saat lain. Adapun unsur-unsur yang penting dalam pemrosesan ini ialah elaborasi, organisasi dan konteks.
a.    Elaborasi
Elaborasi adalah menambah dan memperluas arti dengan cara menghubungkan informasi yang baru dengan yang sudah ada. Dengan perkataan lain kita mengaplikasikan skemata kita dan pengetahuan yang sudah kita miliki untuk memberi arti kepada informasi yang baru. Seringkali kita melakukan elaborasi secara otomatis. kita menggunakan pengetahuan kita yang sudah ada untuk memahami informasi yang baru
Bahan yang dielaborasi ketika pertama kali dipelajari akan lebih mudah diingat pada waktu lain. Demikian gampang diingat kembali bahan tersebut
b.   Organisasai
Unsur kedua ialah organisasi atau penyusunan. Orgasnisasi dapat memudahkan mengingat kembali khususnya informasi yang kompleks dan jumlahnya banyak. Bahan yang disusun dengan baik lebih mudah dipelajari dan diingat dari pada bahan yang terpisah-pisah. Bagan dibawah ini merupakan contoh organisasi tersebut,
 
















Struktur diatas dapat menjadi petunjuk apabila kita memerlukan informasi tersebut.
c.    Konteks
Unsur ketiga yang mempengaruhi ingatan ialah konteks. Aspek-aspek dari konteks fisik dan emosional seperti tempat, kamar, ruang kelas, bagaimana perasaan kita pada suastu hari tertentu, siapa yang ketika itu berada bersama kita dan sebagainya, dipelajarai bersama-sama dengan informasi lain. Kelak, kalau kita mau mencoba mengingat sesuatu, akan lebih mudah kalau konteks yang ada sekarang serupa dengan konteks yang dulu pernah kita alami. Sebagai contoh misalnya, kalau kita mengerjakan ujian dikelas yang biasa kita gunakan untuk menerima pelajaran hasilnya akan lebih baiak ketimbang mengerjakan ujian ditempat baru yang masih asing bagi kita. Tentu  saja tidak harus sekaku itu, artinya mengerjakan ujian diruang yang sama terus, namun dengan membayangkan situasi, waktu, dan lain-lain yang serupa akan lebih memudahkan mengingat informasi yang kita perlukan.

Sejauh ini telah kita bicarakan prinsip-prinsip umum belajar kognitif, prinsip yang berlaku untuk kebanyakan orang. Tetapi pengalaaman mengatakan bahwa ada perbedaan individual dalam kemampuan belajar, artinya ada sementara orang yang dapat belajar dan mengingat lebih baik dan ada pula yang tidak baik. Disinilah terletak pentingnya apa yang disebut  kemampuan metakognitif.
Metakognitif adalah pengetahuan dan pemantauan berpikir dan strategi belajar. Menurut Flavell (1976), metakognisi ialah pengetahuan seseorang mengenai proses-proses dan produk-produk kognitifnya sendiri atau sesuatu yang bertalian dengannya, misalanya data-data yang ada kaitanya dengan belajar. Sebagai contoh, murid diberi tugas membaca suatu bab tentang sejarah Indonesia. Murid tahu bahwa hasil bacaannya itu akan diuji dengan menggunakan tes essay. Dengan menggunakan kemampuan metakognitif, murid memutuskan untuk memahami gagasan-gagasan utama yang terdapat dalam bacaan tersebut dan menghafalkan fakat-fakta yang paling penting.karena itu, murid tersebut lalu membaca dengan cermat bagian-bagian dari bab itu dan menggaris bawahi fakta-fakta dan faktor-faktor yang terpenting, kemudian ditulisnya karangan pendek tentang butir-butir yang penting dari bab itu sebagai tindakan menguji pengetahuan yang diperolehnya dar membaca bab tersebut.
Metakognisi memiliki dua macam komponen, yaitu:
a.       Kesadaraan tentang adanya ketrampilan, strategi dan sumber-sumber yang diperlukan untuk melakukan tugas secara efektif; dengan perkataan lain mengetahui apa yang harus diperbuat.
b.      Kemampuan menggunakan mekanisme pengaturan diri (self-regulatory mechanism) untuk menjamin penyelesaian tugas secara berhasil; dengan perkataan lain, mengetahui kapan dan bagaimana melakukan sesuatu atau apa itu.

Termasuk dalam komponen yang pertama, yaitu mengetahui apa  yang harus diperbuat, ialah:
-       Mengidentifikasi gagasaan pokok
-       Mengulang-ulang informasi
-       Membentuk asosiasi-asosiasi dan gambaran-gambaran bahan
-       Menggunakan mneumonic
-       Mengorganisir atau menyusun bahan yang baru agar lebih mudah diingat
-       Menerapkan teknik-teknik menempuh ujian
-       Membuat garis besar dan mencatat

Sedangkan yang termasuk di dalam komponen yang kediua, yaitu mengetahuai kapan dan bagaimana ialah:
-       Mengecek apakah kita mengerti
-       Memperkirakan hasil
-       Mengevaluasi efeketifitas pelaksanaan tugas
-       Merencanakan langkah berikutnya
-       Menguji strategi
-       Menentukan cara membagi waktu dan kegiataan, dan 
-       Merevisi atau berganti dengan strategi-strategi lain untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi

Penggunaan mekanisme ini disebut pemantauan kogniif (cognitive monitoring). Perlu kiranya diketahui bahwa pemantauan kognitif ini adalah bagian dari proses kontrol eksekutif yang bekerja pada jalannya informasi melalui sistem ingatan dalam model pemrosesan informasi.
Pada umumnya, kemampuan kognitif ini mulai berkembang pada umur sekitar lima sampai tujuh tahun. Tetapi ada variasi-variasi yang menyolok antara muri-murid yang sebaya usia. Kebanyakan anak memulai masa transisi dimana mereka dapat mempergunakan strategi tertentu kalau diberitahu tetapi tidak akan menggunakannya atas kemauan sendiri.
Kalau kita layangkan perhatian sebentar kepada contoh metakognisi di depan tentang pemberian tugas kepada murid untuk membaca suatu bab tentang Sejarah Indonesia, pada contoh tersebut terdapat dua proses kontrol eksekutif, yaitu:
1.    Pengggunaan strategi belajar, seperti menggaris bawahi dan membuat ringkasan dengan kalimat sendiri
2.    Penggunaan proses metakognitif, dimana murid menentukan strategi apa yang akan diperlukan dan kapan startegi itu digunakan.

Strategi metakognitif / strategi belajar
Menurut Weinstein dan Mayer (1985), ada lima macam startegi belajar, yaitu:
1.      Rehearsal Strategy
Dengan strategi ini, seseorang secara aktif mengulang–ulang bahan yang dipelajari, baik secara lisan maupun secara tulisan, ataupun memusatkan perhatian pada bagian-bagian yang penting. Untuk bahan-bahan hafalan, strategi ini berupa mengulang-ulang bahan dengan keras agar mudah diingat. Untuk hal-hal yang lebih rumit seperti belajar dari kuliah-ceramah atau dari membaca buku teks, strategi ini berupa mengulang-ulang istilah-istilah kunci dengan suara keras atau dalam hati, atau menggaris bawahi bagian-bagian yang penting.
2.      Elaboration Strategy
Strategi ini berupa membuat hubungan antara bahan yang baru dengan bahan yang sudah lebih dulu dimiliki. Untuk tugas-tugas yang tidak banyak memerlukan pemikiran, strategi ini berujud:
-          Membentuk gambaran-gambaran pikiran untuk berasosiasi dengan bahan
-          Membuat kalimat-kalimat yang menghubungkan bahan-bahan yang harus dipelajari, atau
-          Menggunakan cara-cara mneumonic.
Sedangkan untuk tugas-tugas belajar yang lebih rumit startegi berupa:
-          Membuat ringkasan, kesimpulan dan analogi
-          Menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan
-          Membayangkan atau menggambarkan bagaimana pengetahuan yang baru itu berhubungan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki
3.      Organizational Strategy
Dengan strategi ini orang menyusun bahan dengan jalan mengkelompok-kelompokkan menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan-hubungannya satu dengan yang lain. Untuk tugas-tugas belajar yang sederhana, strategi ini berupa menyusun bahan menjadi kelompok–kelompok yang lebih kecil. Sedangkan untuk tugas-tugas yang lebih rumit berupa:
-          Membuat garis besar
-          Membuat hirarki dan jaringan-jaringan konsep, atau
-          Membuat diagram yang menunjukan hubungan antara konsep-konsep
4.      Comprehension Monitoring Strategy
Dengan startegi ini orang tetap sadar dan tetap pendirian pada tugas-tugas belajar yang harus diselesaikannya, kalau perlu tetap menggunakan srategi yang telah dipilihnya dan tetap waspada terhadap keberhasilan yang telah dicapainya serta menyesuaikan perilakunya sesuai dengan kondisi tersebut.
Startegi ini berupa:
-          Melakukan suatu tindakan apabila tidak memahami sesuatu,
-          Bertanya kepada diri sendiri untuk mengecek pemahaman
-          Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan atau menentukan tujuan belajar agar kegiatan belajarnya terarah
-          Menilai seberapa kemajuan diperoleh, dan
-          Kalau perlu mengubah strategi belajar
5.      Affective Strategy
Pada pokoknya, strategi ini berupa menghilangkan perasaan-perasaan yang mengganggu belajar. Termasuk didalam strategi ini ialah:
-          Mempertahankan motivasi
-          Tetap memusatkan perhatian
-          Mengeyahkan kecemasan, dan
-          Mengatur waktu sebaik-baiknya.

Dari sudut pandang kognitif, salah satu tujuan mengajar ialah membantu murid mengatur dan mengendalikan belajarnya sendiri atau belajar secara mandiri. Kalau murid tidak memiliki strategi yang diperlukan untuk belajar, maka mereka harus dibantu memiliki strategi tersebut. Strategi belajar itu perlu diajarkan kepada mereka.















B.   APLIKASI TEORI PEMROSESAN INFORMASI
Teori pengolahan informasi merupakan pendekatan untuk mempelajari perkembangan kognitif yang lahir dari tradisi eksperimental Amerika dalam psikologi.
Pikiran manusia diibaratkan seperti satu komputer yang merupakan sebuah sistem yang memproses informasi melalui penerapan aturan logika dan strategi. Seperti komputer pula, pikiran mempunyai kapasitas yang terbatas untuk jumlah dan sifat informasi yang dapat diproses.
Beberapa petunjuk yang dapat diterapkan dalam mengaplikasikan teori pemrosesan informasi di kelas adalah seperti berikut:
1.      Guru hendaknya yakin bahwaa para siswa menunjukkan perhatian
Untuk menarik perhatian para siswa, guru dapat melakukan beberapa tindakan misalnya:
a.       Menunjukkan suatu tanda tertentu untuk menghentikan apa yang sedang dikerjakan oleh para siswa dan untuk memusatkan perhatian mereka pada guru. Misalnya dengan bertepuk tangan, memukulkan sesuatu benda ke meja dan sebagainya.
b.      Berkeliling ruangan atau berbicara secara berirama.
c.       Memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang membangkitkan minat terhadap topik yang akan dibicarakan.
d.      Meminta perhatian kepada siswa tertentu kalau perlu dengan berjalan mendekat kepadanya, menyebutkan namanya atau mengajukan pertanyaan yang sekiranya dijawab olehnya.
2.      Guru hendaknya membantu siswa untuk membedakan hal-hal yang penting dan yang tidak penting serta memusatkan diri pada informasi yang paling penting.
Sebagai contoh misalnya:
a.       Guru menuliskan di papan tulis tujuan-tujuan instruksional yang hendak dicapai. Kemudian guru mengaitkan bahan yang disajikan dengan tujuan-tujuan tersebut. Misalnya guru berkata demikian: “Nah sekarang saya akan menerangkan bagaimana caranya kamu dapat mencapai Tujuan Nomor Satu pada papan tulis itu”; katakanlah tujuan nomor satu tersebut ialah menyebutkan sebab-sebab runtuhnya Majapahit.
b.      Jika saat anda menerangkan pelajaran ada hal-hal yang penting, berhentilah sejenak dan ulangilah hal-hal tersebut. Kemudian suruhlah siswa mengatakannya dengan kalimat sendiri. Sesudah itu tuliskanlah hal penting itu di papan tulis dengan kapur berwarna, atau katakanlah kepada para siswa supaya mencatatnya.
3.      Bantulah para siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang telah diketahuinya.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a.       Ulangilah sebentar hal-hal yang telah diketahui oleh siswa untuk mengingat kembali informasi yang diperlukan dalam memahami bahan pelajaran yang baru. Misalnya: “Siapa yang dapat menjelaskan definisi tentang segi empat?. Sekarang, apakah belah ketupat itu? Apakah suatu persegi itu bersisi empat? Apakah persegi itu belah ketupat? Hari ini kita akan mempelajati segi empat-segi empat yang lain”.
b.      Pergunakanlah suatu garis besar atau diagram untuk menunjukkan bagaimana informasi yang baru diajarkan sesuai dengan kerangka yang telah diajarkan. Misalnya begini: “Nah sekarang kamu tahu apa saja tugas dan wewenang Presiden. Lalu dimanakah letak Presiden dalam bagan pemerintahan Republik Indonesia ini?”.
c.       Berilah para siswa tugas yang menyangkut penggunaan informasi yang baru bersama-sama dengan informasi yang telah dipelajarinya. Misalnya, setelah guru mengajarkan bagaimana caranya menentukan volume dan luas balok, seluruh siswa mengukur volume dan luas almari pakaian di rumahnya.
4.      Sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi
Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai berikut:
a.       Mulailah pelajaran dengan meninjau tugas pekerjaan rumah.
b.      Adakanlah tes-tes pendek tetapi sering.
c.       Buatlah acara mengulang-ulang seperti permainan, atau seluruh siswa berpasangan untuk saling bertanya jawab.

5.      Sajikanlah bahan pelajaran secara tersusun dan jelas.
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan jalan:
a.       Menjelaskan tujuan pelajaran yang hendak dicapai.
b.      Berikanlah garis besar pelajaran secara singkat untuk memudahkan siswa mengajukan pertanyaan atau memberi komentar.

6.      Utamakanlah makna pelajaran, bukan memorisasi
Misalnya dalam mengajarkan pembendaharaan kata-kata baru, hendaknya guru membantu siswa mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah dimengertinya.

Sehubungan dengan segi-segi keterampilan dasar, menyimpan informasi dalam ingatan dan mengingatnya kembali, ada beberapa pengalaman praktis yang dapat digunakan, yaitu:
1.      Untuk menghafalkan informasi-informasi yang tidak memerlukan pemahaman, dapat digunakan cara mneumonic (pembantu ingatan, atau sering juga disebut jembatan keledai atau kiat). Misalnya menghafalkan kata-kata ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional lebih mudah dengan menggunakan mneumonic : IPOLEKSOSBUD HANKAMNAS.
2.      Membawakan situasi yang dapat membantu siswa memahami informasi dan sekaligus menyimpannya dalam ingatan. Sebagai contoh, dimisalkan Aniek adalah matahari, Herry adalah bumi, sedangkan Susi adalah bulan. Aniek berdiri di tengah, Herry berputar mengelilingi Aniek, sedangkan Susi berputar mengelilingi Herry. Setelah hal itu dilakukan beberapa kali dalam beberapa hari berturut-turut, Herry akhirnya menjadi mengerti gerakan apa yang dilakukan bumi.
3.      Pelajaran-pelajaran yang memerlukan ingatan cepat dan segera, metode drill dapat bermanfaat.
4.      Pelajaran menjadi bermakna ketika siswa berkesempatan menanganinya,secara fisik ataupun secara mental. Guru juga dapat membantu siswa mengingat bahan pelajaran dengan baik dengan menjelaskan hubungan antara bahan yang lama dan bahan yang baru dan dengan caramenunjukkan secara jelas baik persamaan-persamaannya meupun perbedaan-perbedaannya.
5.      Menyelenggarakan suatu kegiatan atau proyek yang membangkitkankreatifitas dan partisipasi para siswa. Misalnya proek pengumpulan informasi mengenai bunga-bunga atau binatang-binatang  yang ada di daerah sekitar. Para siswa disuruh melakukan “penelitian” dan hasilnya dikumpulkan untuk dijadikan “buku”. Melalui proyek semacam itu para siswa memiliki kesempatan untuk memberikan sumbangan baik dalam artian intelektual, emosional, maupun fisik. Kecuali itu proyek ini juga memungkinkan siswa mempergunakan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai macam bidang studi.
6.      Agar siswa dapat memroses informasi dengan baik, ada beberapa cara yang dapat dimanfaatkan, antara lain:
a.       Menyuruh siswa untuk membuat kalimat dengan mempergunakan kata-kata yang baru dipelajarinya, membuat ikhtisar dari bahan-bahan bacaan, dan menyatakan gagasan-gagasan yang baru dengan kata-katanya sendiri.
b.      Sehubungan dengan penggunaan alat bantu-lihat (visual aids) dapat diterapkan cara-car berikut:
1.      Kalau bahan yang akan dituliskan di papan tulis banyak, hemdaknya ditulis sebelum pelajaran di mulai. Tetapi kalau bahannya sedikit atau pendek, misalnya nam-nama, topik-topik pokok atau gagasan-gagasan penting, sebaliknya ditulis di papan tulis secara spontan.
2.      Untuk mata pelajaran seperti matematika misalnya, sebaiknya bahan ditulis selama pelajaran berlangsung. Bersamaan dengan itu apabila perlu guru dapat memberikan keterangan-keterangan tambahan.
3.      Untuk menekankan dan menuliskan hal-hal yang penting seyogyanya digunakan kapur berwarna.

Memahami inhibisi retroaktif adalah penting bagi guru. Salah satu implikasinya ialah bahwa konsep yang serupa hendaknya tidak diajarkan sangat berdekatan waktunya; satu konsep hendaknya diajarkan sampai dipahami dulu sebelum konsep yang lain diajarkan. Sebagai contoh misalnya huruf “b” harus dikenal dulu secara lebih baik oleh siswa sebelum kepadanya diajarkan huruf “d”; kalau kedua huruf ini diajarkan pada waktu yang berdekatan akan terjadi inhibisi retroaktif artinya informasi yang lama (huruf “b”) akan terganggu oleh hadirnya informasi yang baru (huruf “d”). Demikian juga halnya kalau guru mengajarkan entomologi  (ilmu serangga), salah satunya harus diajarkan terlebih dahulu sampai siswa mengerti dan baru kemudian mengajarkan yang satunya lagi; kalau tidak demikian akan terjadi kekacauan dalam pengertian siswa.
            Cara lain untuk mengurangi kemuingkinan terjadinya inhibisi retroaktif ialah mengajarkan bahan yang serupa dengan metode yang berbeda atau dengan strategi penyajian yang berlainan. Sebagai contoh misalnya ketiak guru mengajarkan pelajaran Sejarah; ketika mengajarkan Sejarah Diponegoro dengan metode ceramah dan diskusi; ketika mengajarkan Sejarah Imam Bonjol dengan menggunakan proyek bersama dan ketika mengajarkan Sejarah perang Kemerdekaan Indonesia dengan mempergunakan film. Cara seperti ini dapat membantu siswa menghindarkan informasi yang membingungkan tentang satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
            Dalam proses belajar kita jumpai apa yang disebut serial learning dan free-recall learning. Yang dimaksud dengan serial learning ialah belajar fakta-fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan sila-sila dalam Pancasila, urutan serangkaian peristiwa dalam sejarah, urutan bermacam-macam warna, urutan bait-bait dalam puisi dan sebagainya. Sedangkan free-recall learning ialah mempelajari suatu daftar item yang tidak perlu diingat secara urut, seperti misalnya nama-nama provinsi, sembilan bahan pokok, nama-nama berbagai bagian tubuh dan sebagainya. Satu hal yang penting mengenai mempelajari suatu daftar ialah bahwa item-item atau hal-hal yang berada di dekat bagian permulaan dan akhir dari daftar itu lebih mudah diingat dari pada yang berada di tengah.
            Dalam prakteknya, strategi serial-learning dan free-recall learning itu ada bermacam-macam, antara lain:
1.      Organisasi atau penyusunan
Untuk serial learning dan free-call learning, strategi yang terbaik untuk mengingat ialah menyusun daftar informasi yang akan dipelajari menjadi kategori-kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat.
2.      Metode loci
Loci artinya tempat. Metode loci ialah alat bantu mengingat diaman seseorang membuat gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu, misalnya kamar. Dengan metode ini siswa membayangkan seriap item yang tertera pada daftar untuk diingat dalam lokasi khusus, atau setiap informasi yang ada dalam daftar itu diletakkan pada tempat tertentu. Sekali hubungan antara tempat daan informasi itu terbentuk, siswa mudah mengingat kembali setiap tempat beserta isinya secara urut.
3.      Irama
Metode ini memang sudah kuno tetapi tetap efektif untuk ingat-mengingat. Mengapa suatu nyanyian tidak mudah dilupakan?. Karena nyanyian memiliki irama Urutan abjad A B C D E F G H I J K L M N O P dan seterusnya misalnya akan lebih mudah diingat kalau dihafalkannya dengan lagu dan irama.

4.      Strategi satu atau beberapa huruf    
        Strategi ini juga sangat membantu ingatan. Sebagai contoh:
a.       Strategi satu huruf
-  NKKBS (singkatan dari Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera).
-   FIP IKIP (singkatan dari Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
b.      Strategi beberapa huruf:
-   MEJIKU HIBINIU (singkatan dari Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu)
-   HAMKAMNAS (singkatan dari Pertahanan, Keamanan, Nasional).
            Informasi yang ada di dalam ingatan jangka pendek harus dilatih, diulang-ulang, dipraktekan kalau hendak disimpan dlam ingatan jangka panjang. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh, yaitu:
1.      Massed-practice, yaitu suatu teknik di mana fakta-fakta atau keterampilan-keterampilan yang dipelajari diulang berkali-kali pada satu periode waktu tertentu; dengan cara ini informasi yang baru dipelajari secara intensif dan cepat sampai benar-benar dikuasai. Ada kalanya siswa mempelajari bahan pelajaran semalam sebelum ujian; dengan cara begini siswa bisa saja berhasil menempuh ujian, akan tetapi bahan tersebut tidk akan terintegrasikan dengan baik ke dalam ingatan jangka panjang.
2.      Distributed-practice, yaitu suatu teknik di mana item-item yang dispelajari diulang-ulang sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang panjang; jika dibandingkan dengan teknik massed-practice, teknik ini lebih baik, artinya lebih menjamin disimpannya bahan pelajaran di dalam ingatan jangka panjang, baik informasi maupun keterampilan. Tugas pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa misalnya, merupakan strategi yang kena untuk mempelajari dan menguasai bahan pelajarn-bahan pelajaran yang baru dlaam jangka waktu yang lama untuk memberi kesempatan kepada bahan tersebut disimpan dalam ingatan jangka panjang.
3.      Belajar bagian (part learning)
Bagi kebanyakan orang, mempelajari suatu daftar yang panjang sekaligus bukanlah hal yang gampang. Lebih mudah mempelajarinya kalau daftar yang panjang itu dibagi-bagi menjadi daftar-daftar yang lebih pendek. Tindakan semacam ini disebut belajar bagian atau part learning. Perlu kiranya dicatat bahwa strategi ini juga membantu mengurangi terjadinya inhibisi retroaktif karena bagian-bagian atau daftar-daftar yang lebih awal dipelajari benar-benar sebelum bagian atau daftar berikutnya dipelajari.
4.      Overlearning
Sebagaimana telah dikemukakan salah satu indikator terpenting dari tersimpannya informasi atau ketrampilan untuk jangka panjang ialah seberapa baik informasi dan ketrampilan itu dipelajari untuk pertama kalinya. Kalau siswa cukup lama mempelajarinya dan sesudah itu tidak mempelajarinya lagi, besar kemungkinan mereka melupakan sebagian besar dari apa yang telah dipelajarinya itu. Akan tetapi kalau mereka belajar secara berkesinambungan, penyimpanannya dalam ingatan akan meningkat. Strategi demikian ini disebut overlearning.
Strategi ini hanya berguna untuk melatihkan informasi yang harus diingat secara tepat untuk jangka waktu panjang tetapi sedikit maknanya. Sebagai contoh misalnya, mengingat-ingat penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian; perbendaharaan kata-kata, tanggal-tanggal yang penting dalam sejarah, sistem ukuran dan beberapa unsur kimia beserta simbol-simbolnya; dalam hal ini siswa harus dapat mengingat secara otomatis dan tanpa kesalahan.



















BAB III
PENUTUP

Dalam teori pemprosesan informasi, berpikir digambarkan sebagai suatu rangkaian kejadian dalam otak yang meliputi urutan langkah pengolahan informasi dari saat diterima sampai saat dilepaskan lagi.
Kegiatan pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana informasi yang siswa dapatkan dapat diproses dalam otak dan tersimpan lama sehingga dapat kembali dimunculkan pada saat digunakan.






















DAFTAR PUSTAKA

Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.

M. Dalyono. 1997. Psikolodi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Purwanto, M. Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.




















MODEL PEMROSESAN INFORMASI

Text Box: R e c e p t o r


Register Indrawi
Text Box: Stimulus dari LingkunganDown Arrow: K e r u s a k a nDown Arrow: K e r u s a k a n d a n
G a n g g u a n
Down Arrow: L u p a 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar