BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Anak manusia yang baru lahir tidak dapat
hidup tanpa bantuan dari manusia dewasa.
Potensi alami yang dimiliki masih
terbatas. Potensi itupun tidak mungkin berkembang baik tanpa pengaruh dari
luar. Hal ini menyebabkan proses belajar sangat penting.
Belajar didefinisikan sebagai proses
memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang masuk kepikiran kita melalui
indera tidak dapat kita simpan dalam waktu lama. Hal ini dipengaruhi oleh
sistem pemrosesan informasi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Masalah
yang akan diuraikan pada bab pembahasan berikut ini meliputi :
1.
Apakah yang dimaksud dengan teori pemrosesan
informasi tersebut?
2.
Bagaimanakah kita menerapkan teori
pemrosesan informasi dalam pembelajaran?
C.
TUJUAN
Setelah
mempelajari makalah ini, diharapkan:
1.
Mahasiswa dapat memahami teori pemrosesan
informasi
2.
Mahasiswa dapat menerapkan teori
pemrosesan informasi dalam pembelajaran.
BAB
II
ISI
A.
TEORI
PEMPROSESAN / REINFORCEMENT
Reinforcement merupakan umpan balik yang
bertujuan memberitahukan tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku
diulang-ulang. Reforcement berfungsi
mengurangi ketidak pastian dan karenanya mengarah ke pemahaman dan
penguasaan. Sedangkan orang adalah pemroses informasi yang aktif karena
dibekali dengan pengalaman-pengalaman yang mengarah kebelajar, dicarinya
informasi –informasi untuk memecahkan persoalan dan disusun kembali apa-apa
yang telah diketahuinya untuk belajar lebih lanjut. Tujuan yang ingin diraihnya
adalah secara aktif dia melihat, berbuat, menunjukan perhatian dan melakukan
banyak halyang lain. Satu hal yang amat berpengaruh terhadap proses belajar
ialah apa yang dibawa seseorang kedalam situasi belajar artinya apa yang telah
diketahui sebelumnya sangat berperan dalam belajar; apa yang diketahui
sebelumnya menentukan apa yang akan dipelajari, diingat atau dilupakan.dalam
teori kognitif terdapat banyak teori tentang belajar diantaranya teori
pemprosesan informasi yang meliputi :
1. Mengumpulkan
informasi dan membuatnya menjadi kode-kode (encoding)
2. Menyimpan
informasi (retention)
3. Mengingat
kembali apabila diperlukan (retrieval)
Keterangan
:
Alat
indra mengirimkan informasi ke register indrawi untuk disimpan sebentar.
Informasi tersebut diberi arti melalui perhatian dan persepsi. Setelah diubah
menjadi kode-kode, informasi tersebut masuk kedalam ingatan jangka pendek
(tempatnya terbatas). Informasi ini akan hilang jika tidak diulang-ulang.
Informasi yang disimpan untuuk diingat kembali dihubungkan dengan pengetahuan
yang sudah ada karenanya disimpan didalam ingatan jangka panjang.
1. Register
Indrawi (sensory register)
Stimulus dari lingkungan seperti
benda-benda, cahaya, suara, baud an sebagainya selalu menghampiri
receptor-receptor kita. Receptor adalah bagian-bagian dari tubuh (alat indra)
yang menerima informasi indrinformasi indrawi. Seluruh system resepctor ini
disebut register indrawi. Sistim ini menangkap informasi indrawisebentar
sekali, tetapi pada saat ini kita sempat menyeleksi informasi untuk proses
lebih lanjut, disusun. Penyusunan ini perlu karena lebih banyak informasi yang
ada di register indrawi dari apa yang mungkin yang masuk kedalam ingatan jangka
pendek. Pada taraf ini , persepsi dan perhatian penting sekali.
Ø Pengaruh
Persepsi
Persepsi
adalah interprentasi informasi yang dating dari indra, pemberian arti terhadap
stimulus indrawi dan sebagian dari cara seseorang menyusun informasi tersebut,
ataupun dari pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Ø Penerapan
perhatian
Setiap
detik alat indra kita dihadapkan pada benda, cahaya, suara dan
stimulus-stimulusindrawi lainya. Dengann memperhatikan stimulus tertentu dan
mengabaikan stimulus lainya kita menyaksikan mana yang akan diproses. Tetapi
perhatian kita terbatas; memperhatikan dua macam objek sekaligus secara
sungguh-sungguh hamper-hampir tidak mungkin , terkecuali kalau sudah sama
kemampuanya memperhatikan sesuatu secara efektif.
2. Ingatan
jangka pendek (working memory)
Sekali diubah menjadi
kode-kode, informasi yang terdapat didalam register indrawi dapat masuk kedalam
ingatan jangka pendek. Informasi tersebut hanya sebentar saja tinggal disitu,
barang kali sekitar dua puluh detik. Informasi tersebut dapat tingal lebih lama
kalau dipraktekan, dilatih. Praktek atau latihan itu merupakan suatu proses
kontrol yang mempengaruhi jalannya informasi
melalui sistem pemrosesan informasi.
Ingatan jangka pendek
itu terbatas bukan saja karena tanpa latihan atau praktek informasi itu dapat
disimpan lama tetapi juga karena banyaknya informasi yang dapat disimpan pada
satu waktu; menurut hasil eksperiment ternyata bahwa hanya lima sampai sembilan
item saja yang dapat disimpan didalam ingatan jangka pendek dalam satu waktu
tertentu.
Ingatan jangka pendek
itu kadang-kadang disebut working memory,
ingatan yang bekerja, yang sadar, karena ia memegangi informasi yang kita
pikirkan pada suatu waktu teretntu (atau lebih spesifik, selama dua puluh
detik). Dengan perkataan lain, kalau kita ingin menggunakan sesuatu informasi
itu harus ada diingatan jangka pendek. Karena itu ingatan jangka pendek ini
juga dianggap sepadan atau sinonim dengan kesadaran.
Terbatasnya kemampuan
ingatan jangka pendek itu dapat pula diatasi dengan cara chunking atau grouping,
mengelompokkan. Karena banyaknya informasi yang dapat disimpan di dalam ingatan
jangka pendek dalam satu waktu tertentu terbatas, maka informasi-informasi itu
dapat dikelompok-kelompokkan sehingga lebih mudah diingat. Sebagai contoh
misalnya, seseorang harus mengingat deretan angka 3, 5, 4, 8, 7 dan 0; hal ini akan
menjadi lebih mudah dilakukan apabila:
a. Dikelompokkan
menjadi dua-dua, yaitu 35, 48, dan 70, atau
b. Dikelompokkan
menjadi tiga-tiga, yaitu 354 dan 870.
Dengan demikain, yang ada sekarang tinggal
tiga atau dua informasi yang mesti diingat sekaligus.
Perlu kiranya kita
mencatat bahwa kemampuan seseorang dalam ingatan jangka pendek ini
berbeda-beda. Semakin tumbuh seseorang dan semakin bertambah umurnya, kian
meningkatkan kemampuan ingatan jangka pendeknya. Hal ini mungkin saja karena
yang bersangkutan menggunakan cara-cara yang lebih efektif seperti chunking
misalnya. Tetapi pada setiap fase perkembangan, variasi individual itu memang
muncul ada yang lebih sederhana dan ada pula yang lebih baik.
3. Ingatan
Jangka Panjang
Ada beberapa perbedaan
antara ingatan jangka pendek dengan ingatan jangka panjang,
Jenis
ingatan
|
Input
|
Kapasitas
|
Maintenance
|
Retrieval
|
Ingatan
jangka pendek
|
Sangat
cepat
|
Terbatas
|
Sangat
sebentar
|
Segera
/ cepat
|
Ingatan
jangka panjang
|
Relatif
lambat
|
Praktis
tak terbatas
|
Praktis
tak terbatas
|
Tergantung
pada penyusunan
|
Informasi (input) yang
masuk ke dalam ingatan jangka pendek sangat cepat. Dibutuhkan waktu dan usaha
untuk memindahkan informasi ke dalam ingatan jangka panjang. Kemampuan ingatan
jangka pendek terbatas, sedangkan kemampuan ingatan jangka panjang praktis
tidak terbatas. Kecuali itu sekali informasi itu disimpan di dalam ingatan
jangka panjang, dia akan berada di situ secara permanen. Secara teoritis kita
dapat mengingat kembali apa yang kita inginkan. Mengingat kembali apa yang
terdapat didalam ingatan jangka pendek itu berlangsung secara cepat, sedangkan
mengingat kembali apa yang ada dalam ingatan jangka panjang itu memerlukan
waktu dan upaya.
Salah satu cara untuk
menyimpan informasi secara permanen ialah mengintegrasikan pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam ingatan jangaka panjang. Menurut Endel tulving (1972), informasi yang
disimpan di dalam ingatan jangka panjang itu ada dua macam, yaitu informasi episodik dan informasi semantik.
a. Informasi
episodik atau disebut juga ingatan episodik ialah ingatan tentang peristiwa-peristiwa
dalam hidup kita lengkap dengan bagian-bagiannya; informasi ini berkaitan
dengan waktu dan tempat tertentu. Misalnya ingatan-ingatan pribadi tentang
pengalaman-pengalaman yang bersifat pribadi. Mengingat kembali peristiwa-peristiwa
tersebut tak ubahnya seperti kalau kita memutar kaset video.
b. Informasi
semantik atau disebut ingatan semantik meliputi pengetahuan tentang fakat-fakta
dan pengertian-pengertian yang tidak berkaitan dengan waktu dan tempat
tertentu; juga meliputi aturan-aturan dan hubungan antara kata-kata dengan
simbol-simbol lainnya . apabila kita membaca kalimat misalnya, yang kita simpan
adalah makna kalimat tersebut, bukan kata-kata yang menyusun kalimat tersebut.
Tetapi perlu disadarai bahwa pembedaan
tersebut tidak selalu benar, sebab pengetahuan kita tentang pengertian-pengertian
itu juga diperoleh lewat pengalaman-pengalaman yang erat kaitanya dengan waktu
dan tempat. Karenanya ingatan episodik dan semantik itu jarang merupakan dua
hal yang bertumpang tindih.
Ingatan semantik itu berisikan dua macam
pengetahuan yaitu:
1. Pengetahuan
deklaratif, seperti tanggal, alamat,
nama seseorang, dan sebagainya
2. Pengetahauan
prosedural, seperti cara memecahkan
soal-soal hitungan , cara mengendarai mobil, cara memakai dasi , dsb.
Mengenai struktur atau bentuk
pengetahuan yang dismpan di dalam ingatan jangka panjang itu ada yang berupa bayangan
visual, ada pula yang verbal, atau kedua-duanya. Para psikolog yang sesuai
dengan pandangan ini beranggapan bahwa informasi yang dapat dikodekan secara
visual dan verbal mudah sekali diingat. Kecuali itu, mungkin juga bahwa
informasi episodik disimpan sebagai bayangan visual, sedangkan informasi
semantik disimpan sebagai satuan-satuan verbal.
Masalah
ingat dan lupa
Ada beberapa hal yang
kita ingat dan ada hal-hal yang kita lupakan, bahkan ada yang menyebut
kenyataan ini sebagai pola dasar kehidupan mental kita. Mengapa kita lupa? Kemampuan
kita menyimpan informasi luar biasa, tetapi mengapa kita lupa? Hilangnya informasi
dari ingatan jangka pendek disebabkan oleh dua hal: pertama ganagguan, kedua
waktu. Mengingat hal-hal yang baru mengganggu mengingat hal-hal yang lama. Pada
satu saat tertentu, kemampuan ingatan jangka pendek yang terbatas itu penuh dengan
informasi-infromasi baru sehingga hilanglah informsi-informasi yang lama.
Informasi juga hilang dari ingatan jangka pendek karena usangnya waktu. Semakin
lama informasi di dalam ingatan jangka pendek semakin lemahnya dia dan akhirnya
hilang lenyap tak berbekas.
Infomasi yang hilang
dari ingatan jangka pendek itu benar-benar lenyap. Tetapi informasi yang
tersimpan didalam ingatan jangka panjang tidak pernah hilang dan selalu dapat
diingat kembali asal kondisinya tepat. Freud pernah menyatakan bahwa kadang-kadang
secara sengaja kita melupakan atau menekan informasi atau penngetahuan tertentu
yang tidak ingin kita ingat-ingat. Tetapi hal ini tidak dapat menjelaskan
mengapa pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan teringat dan terbayang-bayang
secara jelas. sedangkan pengalaman-pengalaman lain yang menyenangkan atau yang
netral justru dilupakan. Lalu apalagi yang menyebabkan munculnya masalah-masalah
dalam ingatan jangka panjang itu?
Bahwa gangguan itu menyebabkan
terjadinya lupa baik dslam ingatan jangka panjang maupun dalam ingatan jangka
pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian yaitu bahwa informasi-infromasi
yang baru dapat membingungkan infromasi-informasi yang lama, apalagi kalau yang
lama ini bersifat kabur. Apabila informasi-informasi yang baru menyulitkan
orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang lama, hal itu disebut gangguan retroaktif atau inhibisi retroaktif, sedangkan apabila
informasi-informasi yang lama menyukarkan orang utnuk mengingat kembali informasi-informasi
yang baru, hal itu dinamakan gangguan
proaktif atau inhibisi proaktif.
Anggapaan bahwa
gangguan itu menyebabkan lupa tidaklah bertentangan dengan pendapat bahwa kita
sebenarnya tidak pernah melupakan hal-hal yang tersimpan di dalam ingatan jangka
panjang. Gangguan itu tidak terjadi dalam ingatan jangka pendek itu sendiri; barangkali
gangguan itu terjadi ketika informasi diingat dan dibawa kembali keingatan
jangaka pendek. Jadi masalahnya terletak pada proses mengingat kembali.
Bagaimana
kita mengingat?
Mengingat yang baik itu
sesungguhnya berupa suatu poses pemecahan masalah yang menggunakan logika,
tanda-tanda dan pengetahuan lainya untuk mengkonstruksi informasi dan mengisi
bagian-bagian yang tercecer atau hilang. Kadang-kadang informasi yang
direkonstruksi itu tidak cermat dan tidak benar, sebab yang diingat kembali
bukanlah kata-kata yang harfiah tetapi makananya. Tetapi makna ini pada umumnya
sudah mengalami perubahan sesuai dengan sudut pandang atau latar belakang
budaya seseorang atau dengan perkataaan lain sesuai dengan skemata yang
dimilikinya. (Skemata adalah struktur dasar untuk menyusun informasi).
Terkadang informasi
yang kita ingat itu hanya sebagian saja yang benar. Contohnya; anda sedang mencari
buku dan berkata: “Saya tahu buku itu sampulnya berwarna biru dan tulisannya
putih”. Ketika buku itu diketemukan, memang benar tulisannya putih tetatpi
sampulnya berwarna merah muda. Barangkali saja dulu memang anda tidak begitu
memperhatikan warnanya atau mungkin dulu warna buku itu tidak anda camkan
secara benar mungkin juga anda kacau dengan buku lain yang anda baca pada suatu
waktu, atau mungkin juga waran buku itu anda camkan secara benar, tetapi kodenya
tidak pernah mencapai ingatan jangka panjang anda. Dengan begitu iformasi yang anda
ingat hanyalah sebagian saja yaitu tulisan yang berwarana putih tadi;
bagian-bagian yang tidak anda ingat, anda rekonstruksi.
Kadang-kadang ita
mencoba mengingat sesuatu dari ingatan jnagka panjang kita dan merasa seloah-olah
kita “hampir mengingatnya”, tetapi tidak dapat mengingat betul apa yang ingin
kita ingat, entah itu nama seorang teman,tempat berlangsungnya kejadian
tertenu, tanggal lahirnya seoarang pahlawan nasiaonal, dan sebagainya. “Hampir
ingat” ini disebut gejala ujung lidah”
(tip of the tongue phenomenon). (Brown & Mc Nail, 1966).
Meskipun kemampuan dan
ketahanan ingatan jangka panjang kita itu secara teoritis tidak terbatas, namun
jelas kiranya bahwa mengingat yang baik itu bukanlah hal yang sederhana. Lalu
apa saja yang mempengaruhi ingatan yang baik itu? Cara kita memproses informasi
pada petama kalinya berpengaruh sekali terhadap diingatnya kembali informasi
pada saat lain. Adapun unsur-unsur yang penting dalam pemrosesan ini ialah
elaborasi, organisasi dan konteks.
a.
Elaborasi
Elaborasi adalah
menambah dan memperluas arti dengan cara menghubungkan informasi yang baru
dengan yang sudah ada. Dengan perkataan lain kita mengaplikasikan skemata kita
dan pengetahuan yang sudah kita miliki untuk memberi arti kepada informasi yang
baru. Seringkali kita melakukan elaborasi secara otomatis. kita menggunakan
pengetahuan kita yang sudah ada untuk memahami informasi yang baru
Bahan yang dielaborasi
ketika pertama kali dipelajari akan lebih mudah diingat pada waktu lain.
Demikian gampang diingat kembali bahan tersebut
b.
Organisasai
Unsur kedua ialah
organisasi atau penyusunan. Orgasnisasi dapat memudahkan mengingat kembali khususnya
informasi yang kompleks dan jumlahnya banyak. Bahan yang disusun dengan baik
lebih mudah dipelajari dan diingat dari pada bahan yang terpisah-pisah. Bagan
dibawah ini merupakan contoh organisasi tersebut,
Struktur diatas dapat
menjadi petunjuk apabila kita memerlukan informasi tersebut.
c.
Konteks
Unsur ketiga yang mempengaruhi
ingatan ialah konteks. Aspek-aspek dari konteks fisik dan emosional seperti
tempat, kamar, ruang kelas, bagaimana perasaan kita pada suastu hari tertentu,
siapa yang ketika itu berada bersama kita dan sebagainya, dipelajarai
bersama-sama dengan informasi lain. Kelak, kalau kita mau mencoba mengingat
sesuatu, akan lebih mudah kalau konteks yang ada sekarang serupa dengan konteks
yang dulu pernah kita alami. Sebagai contoh misalnya, kalau kita mengerjakan
ujian dikelas yang biasa kita gunakan untuk menerima pelajaran hasilnya akan
lebih baiak ketimbang mengerjakan ujian ditempat baru yang masih asing bagi
kita. Tentu saja tidak harus sekaku itu,
artinya mengerjakan ujian diruang yang sama terus, namun dengan membayangkan
situasi, waktu, dan lain-lain yang serupa akan lebih memudahkan mengingat
informasi yang kita perlukan.
Sejauh ini telah kita
bicarakan prinsip-prinsip umum belajar kognitif, prinsip yang berlaku untuk kebanyakan
orang. Tetapi pengalaaman mengatakan bahwa ada perbedaan individual dalam kemampuan
belajar, artinya ada sementara orang yang dapat belajar dan mengingat lebih baik
dan ada pula yang tidak baik. Disinilah terletak pentingnya apa yang
disebut kemampuan metakognitif.
Metakognitif
adalah pengetahuan dan pemantauan berpikir dan strategi belajar. Menurut
Flavell (1976), metakognisi ialah pengetahuan seseorang mengenai proses-proses
dan produk-produk kognitifnya sendiri atau sesuatu yang bertalian dengannya,
misalanya data-data yang ada kaitanya dengan belajar. Sebagai contoh, murid
diberi tugas membaca suatu bab tentang sejarah Indonesia. Murid tahu bahwa
hasil bacaannya itu akan diuji dengan menggunakan tes essay. Dengan menggunakan
kemampuan metakognitif, murid memutuskan untuk memahami gagasan-gagasan utama
yang terdapat dalam bacaan tersebut dan menghafalkan fakat-fakta yang paling
penting.karena itu, murid tersebut lalu membaca dengan cermat bagian-bagian dari
bab itu dan menggaris bawahi fakta-fakta dan faktor-faktor yang terpenting,
kemudian ditulisnya karangan pendek tentang butir-butir yang penting dari bab
itu sebagai tindakan menguji pengetahuan yang diperolehnya dar membaca bab
tersebut.
Metakognisi memiliki
dua macam komponen, yaitu:
a. Kesadaraan
tentang adanya ketrampilan, strategi dan sumber-sumber yang diperlukan untuk
melakukan tugas secara efektif; dengan perkataan lain mengetahui apa yang harus diperbuat.
b. Kemampuan
menggunakan mekanisme pengaturan diri (self-regulatory mechanism) untuk
menjamin penyelesaian tugas secara berhasil; dengan perkataan lain, mengetahui kapan dan bagaimana melakukan sesuatu atau apa itu.
Termasuk dalam komponen
yang pertama, yaitu mengetahui apa yang harus diperbuat, ialah:
- Mengidentifikasi
gagasaan pokok
- Mengulang-ulang
informasi
- Membentuk
asosiasi-asosiasi dan gambaran-gambaran bahan
- Menggunakan
mneumonic
- Mengorganisir
atau menyusun bahan yang baru agar lebih mudah diingat
- Menerapkan
teknik-teknik menempuh ujian
- Membuat
garis besar dan mencatat
Sedangkan yang termasuk
di dalam komponen yang kediua, yaitu mengetahuai kapan dan bagaimana
ialah:
- Mengecek
apakah kita mengerti
- Memperkirakan
hasil
- Mengevaluasi
efeketifitas pelaksanaan tugas
- Merencanakan
langkah berikutnya
- Menguji
strategi
- Menentukan
cara membagi waktu dan kegiataan, dan
- Merevisi
atau berganti dengan strategi-strategi lain untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi
Penggunaan
mekanisme ini disebut pemantauan kogniif (cognitive
monitoring). Perlu kiranya diketahui bahwa pemantauan kognitif ini adalah
bagian dari proses kontrol eksekutif yang bekerja pada jalannya informasi melalui
sistem ingatan dalam model pemrosesan informasi.
Pada umumnya, kemampuan kognitif ini
mulai berkembang pada umur sekitar lima sampai tujuh tahun. Tetapi ada
variasi-variasi yang menyolok antara muri-murid yang sebaya usia. Kebanyakan anak
memulai masa transisi dimana mereka dapat mempergunakan strategi tertentu kalau
diberitahu tetapi tidak akan menggunakannya atas kemauan sendiri.
Kalau kita layangkan perhatian sebentar
kepada contoh metakognisi di depan tentang pemberian tugas kepada murid untuk
membaca suatu bab tentang Sejarah Indonesia, pada contoh tersebut terdapat dua
proses kontrol eksekutif, yaitu:
1. Pengggunaan strategi belajar,
seperti menggaris bawahi dan membuat ringkasan dengan kalimat sendiri
2. Penggunaan proses metakognitif,
dimana murid menentukan strategi apa yang akan diperlukan dan kapan startegi
itu digunakan.
Strategi metakognitif /
strategi belajar
Menurut Weinstein dan Mayer (1985),
ada lima macam startegi belajar, yaitu:
1.
Rehearsal
Strategy
Dengan strategi ini, seseorang secara
aktif mengulang–ulang bahan yang dipelajari, baik secara lisan maupun secara
tulisan, ataupun memusatkan perhatian pada bagian-bagian yang penting. Untuk bahan-bahan
hafalan, strategi ini berupa mengulang-ulang bahan dengan keras agar mudah
diingat. Untuk hal-hal yang lebih rumit seperti belajar dari kuliah-ceramah
atau dari membaca buku teks, strategi ini berupa mengulang-ulang
istilah-istilah kunci dengan suara keras atau dalam hati, atau menggaris bawahi
bagian-bagian yang penting.
2.
Elaboration
Strategy
Strategi ini berupa membuat hubungan antara
bahan yang baru dengan bahan yang sudah lebih dulu dimiliki. Untuk tugas-tugas
yang tidak banyak memerlukan pemikiran, strategi ini berujud:
-
Membentuk gambaran-gambaran pikiran
untuk berasosiasi dengan bahan
-
Membuat kalimat-kalimat yang
menghubungkan bahan-bahan yang harus dipelajari, atau
-
Menggunakan cara-cara mneumonic.
Sedangkan
untuk tugas-tugas belajar yang lebih rumit startegi berupa:
-
Membuat ringkasan, kesimpulan dan analogi
-
Menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan
-
Membayangkan atau menggambarkan
bagaimana pengetahuan yang baru itu berhubungan dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki
3.
Organizational
Strategy
Dengan strategi ini orang menyusun bahan
dengan jalan mengkelompok-kelompokkan menjadi bagian-bagian dan melihat
hubungan-hubungannya satu dengan yang lain. Untuk tugas-tugas belajar yang
sederhana, strategi ini berupa menyusun bahan menjadi kelompok–kelompok yang
lebih kecil. Sedangkan untuk tugas-tugas yang lebih rumit berupa:
-
Membuat garis besar
-
Membuat hirarki dan jaringan-jaringan
konsep, atau
-
Membuat diagram yang menunjukan hubungan
antara konsep-konsep
4.
Comprehension
Monitoring Strategy
Dengan startegi ini orang tetap sadar
dan tetap pendirian pada tugas-tugas belajar yang harus diselesaikannya, kalau
perlu tetap menggunakan srategi yang telah dipilihnya dan tetap waspada terhadap
keberhasilan yang telah dicapainya serta menyesuaikan perilakunya sesuai dengan
kondisi tersebut.
Startegi
ini berupa:
-
Melakukan suatu tindakan apabila tidak
memahami sesuatu,
-
Bertanya kepada diri sendiri untuk
mengecek pemahaman
-
Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan atau menentukan
tujuan belajar agar kegiatan belajarnya terarah
-
Menilai seberapa kemajuan diperoleh, dan
-
Kalau perlu mengubah strategi belajar
5.
Affective
Strategy
Pada pokoknya, strategi ini berupa
menghilangkan perasaan-perasaan yang mengganggu belajar. Termasuk didalam
strategi ini ialah:
-
Mempertahankan motivasi
-
Tetap memusatkan perhatian
-
Mengeyahkan kecemasan, dan
-
Mengatur waktu sebaik-baiknya.
Dari
sudut pandang kognitif, salah satu tujuan mengajar ialah membantu murid
mengatur dan mengendalikan belajarnya sendiri atau belajar secara mandiri.
Kalau murid tidak memiliki strategi yang diperlukan untuk belajar, maka mereka
harus dibantu memiliki strategi tersebut. Strategi belajar itu perlu diajarkan
kepada mereka.
B. APLIKASI
TEORI PEMROSESAN INFORMASI
Teori pengolahan informasi merupakan
pendekatan untuk mempelajari perkembangan kognitif yang lahir dari tradisi
eksperimental Amerika dalam psikologi.
Pikiran manusia diibaratkan seperti
satu komputer yang merupakan sebuah sistem yang memproses informasi melalui
penerapan aturan logika dan strategi. Seperti komputer pula, pikiran mempunyai
kapasitas yang terbatas untuk jumlah dan sifat informasi yang dapat diproses.
Beberapa petunjuk yang dapat
diterapkan dalam mengaplikasikan teori pemrosesan informasi di kelas adalah
seperti berikut:
1.
Guru hendaknya yakin bahwaa para siswa
menunjukkan perhatian
Untuk menarik perhatian para siswa, guru
dapat melakukan beberapa tindakan misalnya:
a.
Menunjukkan suatu tanda tertentu untuk
menghentikan apa yang sedang dikerjakan oleh para siswa dan untuk memusatkan
perhatian mereka pada guru. Misalnya dengan bertepuk tangan, memukulkan sesuatu
benda ke meja dan sebagainya.
b.
Berkeliling ruangan atau berbicara
secara berirama.
c.
Memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan
yang membangkitkan minat terhadap topik yang akan dibicarakan.
d.
Meminta perhatian kepada siswa tertentu
kalau perlu dengan berjalan mendekat kepadanya, menyebutkan namanya atau
mengajukan pertanyaan yang sekiranya dijawab olehnya.
2.
Guru hendaknya membantu siswa untuk
membedakan hal-hal yang penting dan yang tidak penting serta memusatkan diri
pada informasi yang paling penting.
Sebagai
contoh misalnya:
a.
Guru menuliskan di papan tulis
tujuan-tujuan instruksional yang hendak dicapai. Kemudian guru mengaitkan bahan
yang disajikan dengan tujuan-tujuan tersebut. Misalnya guru berkata demikian:
“Nah sekarang saya akan menerangkan bagaimana caranya kamu dapat mencapai Tujuan Nomor Satu pada papan tulis itu”;
katakanlah tujuan nomor satu tersebut ialah menyebutkan sebab-sebab runtuhnya
Majapahit.
b.
Jika saat anda menerangkan pelajaran ada
hal-hal yang penting, berhentilah sejenak dan ulangilah hal-hal tersebut.
Kemudian suruhlah siswa mengatakannya dengan kalimat sendiri. Sesudah itu
tuliskanlah hal penting itu di papan tulis dengan kapur berwarna, atau
katakanlah kepada para siswa supaya mencatatnya.
3.
Bantulah para siswa menghubungkan
informasi yang baru dengan apa yang telah diketahuinya.
Hal
ini dapat dilakukan dengan cara:
a.
Ulangilah sebentar hal-hal yang telah
diketahui oleh siswa untuk mengingat kembali informasi yang diperlukan dalam
memahami bahan pelajaran yang baru. Misalnya: “Siapa yang dapat menjelaskan
definisi tentang segi empat?. Sekarang, apakah belah ketupat itu? Apakah suatu
persegi itu bersisi empat? Apakah persegi itu belah ketupat? Hari ini kita akan
mempelajati segi empat-segi empat yang lain”.
b.
Pergunakanlah suatu garis besar atau
diagram untuk menunjukkan bagaimana informasi yang baru diajarkan sesuai dengan
kerangka yang telah diajarkan. Misalnya begini: “Nah sekarang kamu tahu apa
saja tugas dan wewenang Presiden. Lalu dimanakah letak Presiden dalam bagan
pemerintahan Republik Indonesia ini?”.
c.
Berilah para siswa tugas yang menyangkut
penggunaan informasi yang baru bersama-sama dengan informasi yang telah
dipelajarinya. Misalnya, setelah guru mengajarkan bagaimana caranya menentukan
volume dan luas balok, seluruh siswa mengukur volume dan luas almari pakaian di
rumahnya.
4.
Sediakan waktu untuk mengulang dan
memeriksa kembali informasi
Dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai berikut:
a.
Mulailah pelajaran dengan meninjau tugas
pekerjaan rumah.
b.
Adakanlah tes-tes pendek tetapi sering.
c.
Buatlah acara mengulang-ulang seperti
permainan, atau seluruh siswa berpasangan untuk saling bertanya jawab.
5.
Sajikanlah bahan pelajaran secara
tersusun dan jelas.
Hal ini dapat
dilakukan antara lain dengan jalan:
a.
Menjelaskan tujuan pelajaran yang hendak
dicapai.
b.
Berikanlah garis besar pelajaran secara
singkat untuk memudahkan siswa mengajukan pertanyaan atau memberi komentar.
6.
Utamakanlah makna pelajaran, bukan
memorisasi
Misalnya
dalam mengajarkan pembendaharaan kata-kata baru, hendaknya guru membantu siswa
mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah dimengertinya.
Sehubungan
dengan segi-segi keterampilan dasar,
menyimpan informasi dalam ingatan dan mengingatnya kembali, ada beberapa
pengalaman praktis yang dapat digunakan, yaitu:
1.
Untuk menghafalkan informasi-informasi
yang tidak memerlukan pemahaman, dapat digunakan cara mneumonic (pembantu ingatan, atau sering juga disebut jembatan
keledai atau kiat). Misalnya menghafalkan kata-kata ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional lebih mudah dengan menggunakan
mneumonic : IPOLEKSOSBUD HANKAMNAS.
2.
Membawakan
situasi yang dapat membantu siswa memahami informasi dan sekaligus menyimpannya
dalam ingatan. Sebagai contoh, dimisalkan Aniek adalah matahari, Herry adalah
bumi, sedangkan Susi adalah bulan. Aniek berdiri di tengah, Herry berputar
mengelilingi Aniek, sedangkan Susi berputar mengelilingi Herry. Setelah hal itu
dilakukan beberapa kali dalam beberapa hari berturut-turut, Herry akhirnya
menjadi mengerti gerakan apa yang dilakukan bumi.
3.
Pelajaran-pelajaran yang memerlukan
ingatan cepat dan segera, metode drill dapat bermanfaat.
4.
Pelajaran menjadi bermakna ketika siswa
berkesempatan menanganinya,secara
fisik ataupun secara mental. Guru juga dapat membantu siswa mengingat bahan
pelajaran dengan baik dengan menjelaskan hubungan antara bahan yang lama dan
bahan yang baru dan dengan caramenunjukkan secara jelas baik
persamaan-persamaannya meupun perbedaan-perbedaannya.
5.
Menyelenggarakan suatu kegiatan atau
proyek yang membangkitkankreatifitas dan partisipasi para siswa. Misalnya proek
pengumpulan informasi mengenai bunga-bunga atau binatang-binatang yang ada di daerah sekitar. Para siswa
disuruh melakukan “penelitian” dan hasilnya dikumpulkan untuk dijadikan “buku”.
Melalui proyek semacam itu para siswa memiliki kesempatan untuk memberikan
sumbangan baik dalam artian intelektual, emosional, maupun fisik. Kecuali itu
proyek ini juga memungkinkan siswa mempergunakan pengetahuan dan keterampilan
dari berbagai macam bidang studi.
6.
Agar siswa dapat memroses informasi
dengan baik, ada beberapa cara yang dapat dimanfaatkan, antara lain:
a.
Menyuruh siswa untuk membuat kalimat
dengan mempergunakan kata-kata yang baru dipelajarinya, membuat ikhtisar dari
bahan-bahan bacaan, dan menyatakan gagasan-gagasan yang baru dengan
kata-katanya sendiri.
b.
Sehubungan dengan penggunaan alat bantu-lihat (visual aids) dapat
diterapkan cara-car berikut:
1.
Kalau bahan yang akan dituliskan di
papan tulis banyak, hemdaknya ditulis sebelum pelajaran di mulai. Tetapi kalau
bahannya sedikit atau pendek, misalnya nam-nama, topik-topik pokok atau
gagasan-gagasan penting, sebaliknya ditulis di papan tulis secara spontan.
2.
Untuk mata pelajaran seperti matematika
misalnya, sebaiknya bahan ditulis selama pelajaran berlangsung. Bersamaan
dengan itu apabila perlu guru dapat memberikan keterangan-keterangan tambahan.
3.
Untuk menekankan dan menuliskan hal-hal
yang penting seyogyanya digunakan kapur berwarna.
Memahami
inhibisi retroaktif adalah penting
bagi guru. Salah satu implikasinya ialah bahwa konsep yang serupa hendaknya
tidak diajarkan sangat berdekatan waktunya; satu konsep hendaknya diajarkan
sampai dipahami dulu sebelum konsep yang lain diajarkan. Sebagai contoh
misalnya huruf “b” harus dikenal dulu secara lebih baik oleh siswa sebelum
kepadanya diajarkan huruf “d”; kalau kedua huruf ini diajarkan pada waktu yang
berdekatan akan terjadi inhibisi retroaktif artinya informasi yang lama (huruf
“b”) akan terganggu oleh hadirnya informasi yang baru (huruf “d”). Demikian
juga halnya kalau guru mengajarkan entomologi
(ilmu serangga), salah satunya harus
diajarkan terlebih dahulu sampai siswa mengerti dan baru kemudian mengajarkan
yang satunya lagi; kalau tidak demikian akan terjadi kekacauan dalam pengertian
siswa.
Cara lain untuk mengurangi
kemuingkinan terjadinya inhibisi retroaktif ialah mengajarkan bahan yang serupa
dengan metode yang berbeda atau dengan strategi penyajian yang berlainan.
Sebagai contoh misalnya ketiak guru mengajarkan pelajaran Sejarah; ketika mengajarkan
Sejarah Diponegoro dengan metode ceramah dan diskusi; ketika mengajarkan
Sejarah Imam Bonjol dengan menggunakan proyek bersama dan ketika mengajarkan
Sejarah perang Kemerdekaan Indonesia dengan mempergunakan film. Cara seperti
ini dapat membantu siswa menghindarkan informasi yang membingungkan tentang
satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Dalam proses belajar kita jumpai apa
yang disebut serial learning dan free-recall learning. Yang dimaksud
dengan serial learning ialah belajar fakta-fakta menurut urutan tertentu,
misalnya urutan sila-sila dalam Pancasila, urutan serangkaian peristiwa dalam
sejarah, urutan bermacam-macam warna, urutan bait-bait dalam puisi dan
sebagainya. Sedangkan free-recall learning ialah mempelajari suatu daftar item
yang tidak perlu diingat secara urut, seperti misalnya nama-nama provinsi,
sembilan bahan pokok, nama-nama berbagai bagian tubuh dan sebagainya. Satu hal
yang penting mengenai mempelajari suatu daftar ialah bahwa item-item atau
hal-hal yang berada di dekat bagian permulaan dan akhir dari daftar itu lebih
mudah diingat dari pada yang berada di tengah.
Dalam prakteknya, strategi
serial-learning dan free-recall learning itu ada bermacam-macam, antara lain:
1.
Organisasi
atau penyusunan
Untuk serial
learning dan free-call learning, strategi yang terbaik untuk mengingat ialah
menyusun daftar informasi yang akan dipelajari menjadi kategori-kategori yang
mempunyai arti dan mudah diingat.
2.
Metode
loci
Loci artinya
tempat. Metode loci ialah alat bantu mengingat diaman seseorang membuat
gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu, misalnya kamar.
Dengan metode ini siswa membayangkan seriap item yang tertera pada daftar untuk
diingat dalam lokasi khusus, atau setiap informasi yang ada dalam daftar itu
diletakkan pada tempat tertentu. Sekali hubungan antara tempat daan informasi
itu terbentuk, siswa mudah mengingat kembali setiap tempat beserta isinya
secara urut.
3.
Irama
Metode ini
memang sudah kuno tetapi tetap efektif untuk ingat-mengingat. Mengapa suatu
nyanyian tidak mudah dilupakan?. Karena nyanyian memiliki irama Urutan abjad A
B C D E F G H I J K L M N O P dan seterusnya misalnya akan lebih mudah diingat
kalau dihafalkannya dengan lagu dan irama.
4.
Strategi
satu atau beberapa huruf
Strategi ini juga sangat membantu
ingatan. Sebagai contoh:
a.
Strategi satu huruf
- NKKBS
(singkatan dari Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera).
- FIP
IKIP (singkatan dari Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan)
b.
Strategi beberapa huruf:
- MEJIKU
HIBINIU (singkatan dari Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu)
- HAMKAMNAS
(singkatan dari Pertahanan, Keamanan, Nasional).
Informasi yang ada di dalam ingatan
jangka pendek harus dilatih, diulang-ulang, dipraktekan kalau hendak disimpan
dlam ingatan jangka panjang. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh, yaitu:
1.
Massed-practice,
yaitu
suatu teknik di mana fakta-fakta atau keterampilan-keterampilan yang dipelajari
diulang berkali-kali pada satu periode waktu tertentu; dengan cara ini
informasi yang baru dipelajari secara intensif dan cepat sampai benar-benar
dikuasai. Ada kalanya siswa mempelajari bahan pelajaran semalam sebelum ujian;
dengan cara begini siswa bisa saja berhasil menempuh ujian, akan tetapi bahan
tersebut tidk akan terintegrasikan dengan baik ke dalam ingatan jangka panjang.
2.
Distributed-practice,
yaitu suatu teknik di mana item-item yang dispelajari diulang-ulang sedikit
demi sedikit dalam jangka waktu yang panjang; jika dibandingkan dengan teknik
massed-practice, teknik ini lebih baik, artinya lebih menjamin disimpannya
bahan pelajaran di dalam ingatan jangka panjang, baik informasi maupun
keterampilan. Tugas pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa misalnya,
merupakan strategi yang kena untuk mempelajari dan menguasai bahan pelajarn-bahan
pelajaran yang baru dlaam jangka waktu yang lama untuk memberi kesempatan
kepada bahan tersebut disimpan dalam ingatan jangka panjang.
3.
Belajar
bagian (part learning)
Bagi
kebanyakan orang, mempelajari suatu daftar yang panjang sekaligus bukanlah hal
yang gampang. Lebih mudah mempelajarinya kalau daftar yang panjang itu
dibagi-bagi menjadi daftar-daftar yang lebih pendek. Tindakan semacam ini
disebut belajar bagian atau part
learning. Perlu kiranya dicatat bahwa strategi ini juga membantu mengurangi
terjadinya inhibisi retroaktif karena bagian-bagian atau daftar-daftar yang
lebih awal dipelajari benar-benar sebelum bagian atau daftar berikutnya
dipelajari.
4.
Overlearning
Sebagaimana
telah dikemukakan salah satu indikator terpenting dari tersimpannya informasi
atau ketrampilan untuk jangka panjang ialah seberapa baik informasi dan
ketrampilan itu dipelajari untuk pertama kalinya. Kalau siswa cukup lama
mempelajarinya dan sesudah itu tidak mempelajarinya lagi, besar kemungkinan
mereka melupakan sebagian besar dari apa yang telah dipelajarinya itu. Akan
tetapi kalau mereka belajar secara berkesinambungan, penyimpanannya dalam
ingatan akan meningkat. Strategi demikian ini disebut overlearning.
Strategi
ini hanya berguna untuk melatihkan informasi yang harus diingat secara tepat
untuk jangka waktu panjang tetapi sedikit maknanya. Sebagai contoh misalnya,
mengingat-ingat penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian;
perbendaharaan kata-kata, tanggal-tanggal yang penting dalam sejarah, sistem
ukuran dan beberapa unsur kimia beserta simbol-simbolnya; dalam hal ini siswa
harus dapat mengingat secara otomatis dan tanpa kesalahan.
BAB
III
PENUTUP
Dalam teori pemprosesan
informasi, berpikir digambarkan sebagai suatu rangkaian kejadian dalam otak yang
meliputi urutan langkah pengolahan informasi dari saat diterima sampai saat
dilepaskan lagi.
Kegiatan pembelajaran
hendaknya memperhatikan bagaimana informasi yang siswa dapatkan dapat diproses
dalam otak dan tersimpan lama sehingga dapat kembali dimunculkan pada saat
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.
M. Dalyono. 1997. Psikolodi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
MODEL PEMROSESAN
INFORMASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar