Selasa, 20 Mei 2003 - Sorotan
oleh
Romi Satria Wahono
Ketua PPI Jepang
Direktur Gegar Technologies (www.gegar.com)
Kepemimpinan membawa arti filosofis suatu energi untuk
menggerakkan orang lain ke arah suatu tujuan. Di sisi lain, pemimpin juga
merupakan tempat rakyat bercermin. Ketika "perkataan" adalah
implementasi strategis untuk menggerakkan orang dan juga membangun
pondasi-pondasi sebuah bangunan cermin. Maka kasus rapor merah kepemimpinan negeri
kita, bisa kita tarik keatas serat-seratnya sebagai memerahnya nilai dari
perkataan para pemimpin.
Kekuatan kata-kata telah membingkai
peradaban, membalut perjuangan, dan menggoreskan sandi munculnya para pemimpin
besar. Mengantarkan seorang mantan budak barbar beKekuatan Kata-Kata Para
Pemimpin
Selasa, 20 Mei 2003 - Sorotan
oleh
Romi Satria Wahono
Ketua PPI Jepang
Direktur Gegar Technologies (www.gegar.com)
Selasa, 20 Mei 2003 - Sorotan
oleh
Romi Satria Wahono
Ketua PPI Jepang
Direktur Gegar Technologies (www.gegar.com)
Kepemimpinan membawa arti filosofis suatu energi untuk
menggerakkan orang lain ke arah suatu tujuan. Di sisi lain, pemimpin juga
merupakan tempat rakyat bercermin. Ketika "perkataan" adalah
implementasi strategis untuk menggerakkan orang dan juga membangun
pondasi-pondasi sebuah bangunan cermin. Maka kasus rapor merah kepemimpinan
negeri kita, bisa kita tarik keatas serat-seratnya sebagai memerahnya nilai
dari perkataan para pemimpin.
Kekuatan kata-kata telah membingkai peradaban, membalut
perjuangan, dan menggoreskan sandi munculnya para pemimpin besar. Mengantarkan
seorang mantan budak barbar bernama Tariq bin Ziyad menjadi pemimpin besar
Islam penakluk Eropa. Dengan ucapannya yang cukup terkenal ketika memerintahkan
pasukannya membakar kapal-kapal mereka sendiri, "Kita datang ke sini
tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan, menaklukkan negeri ini dan
menetap di sini, atau kita semua syahid".
Kekuatan kata-kata para pemimpin, juga telah menjadi sumbu
keberhasilan puluhan proyek mercusuar dan "mission impossible"
di Jepang. Adalah kisah sukses pemimpin-pemimpin tak dikenal (mumei no hitotachi),
dalam pengembangan teknologi, pembangunan fisik, perbaikan metode pendidikan,
dsb. Memberi insiprasi kepada seorang produser TV NHK Jepang (Akira Imai) untuk
menyusun acara TV berjudul Project X, dan juga menulis sebuah buku berjudul
"Project X - Rida Tachi no Kotoba (Perkataan Para Pemimpin)".
Terlepas dari kesalahan politik masa lalu, harus kita akui
juga bahwa militer Indonesia (baca TNI) adalah salah satu contoh lembaga yang
cukup cerdik mewarnai sistem kaderisasi internal dengan menggunakan metode
"positif therapy" yang dipondasi oleh kekuatan kata-kata. Maka
jargon, mars, slogan, dan doktrin kata-kata bijak para pendahulu adalah "makanan"
sehari-hari para taruna muda dan menjadi motivator penting penyemangat
pergerakan mereka. Menengok ke dalam sistem pendidikan Islam yang ada, belumlah
kita sampai pada suatu tahapan sistem kaderisasi dimana hadits nabi, kata bijak
para sahabat dan ulama setelahnya, berkedudukan penting sebagai jargon, cermin
ataupun elemen motivator perjuangan kita.
Namun bagaimanapun juga kekuatan kata-kata adalah bagaikan
pedang bermata dua. Perkataan para pemimpin, di satu sisi bisa membawa manfaat,
tetapi juga bisa membawa kerusakkan yang dahsyat bagi rakyat. Keterpurukan
republik kita yang sudah berjalan secara turun temurun, salah satunya juga
diakibatkan oleh efek negatif kekuatan kata-kata para pemimpin kita.
Lalu, bagaimana sebenarnya kita harus berkata-kata? Konsepsi
dan metode berkata-kata, telah diajarkan secara gamblang oleh Allah kepada
kita.
Konsepsi qaulan ma'rufa (perkataan yang baik) (QS.
4:5). Perkataan baik yang mendidik, dan dapat bersifat sebagai cermin dalam
tindakan masyarakat.
Konsepsi qaulan sadida (perkataan yang tegas dan
benar) (QS. 4:9; 33:70) membawa implikasi bahwa perkataan seorang pemimpin
haruslah tegas, benar, straight to the point, dan terbebas dari "pemerkosaan
bahasa". Pemimpin bukanlah seorang orator yang bisanya hanya menipu
rakyat dengan kata-kata yang abstrak, "ngeles", ataupun kata-kata
ambigu yang membius. Tegas bukan berarti keras atau kasar, tetapi tegas membawa
makna konsistensi dan keteguhan prinsip.
Konsepsi qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)
(QS. 20:44). Dilatar belakangi oleh kisah nabi Musa dan Harun yang
diperintahkan oleh Allah untuk menghadapi Fir?aun dengan perkataan yang lemah
lembut. Allah memberi nasehat kepada kita untuk tetap lembut, meskipun yang
dihadapi adalah seorang jahil dan perusak.Tentu ini tidak bisa dihantamkan
dengan konsepsi qaulan sadida. Justru ketegasan merupakan pengokoh kelembutan.
Konsepsi qaulan maisura (perkataan yang pantas) (QS.
17:28). Janganlah menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan menyinggung
perasaaan, meskipun itu kepada bawahan kita, kepada penerima infaq harta-harta
kita, dan juga terutama kepada orang-orang yang lebih tua daripada kita.
Konsepsi qaulan baligha (perkataan yang membekas pada
jiwa)(QS. 4:63), adalah ucapan berbobot yang menyentuh jiwa dan ruh para
pendengarnya. Dengan menggunakan ?bahasa? sesuai dengan kemampuan massa yang
dihadapi, fasih dan jelas maknanya.
Konsepsi qaulan karima (perkataan yang mulia) (QS.
17:23) yaitu perkataan yang penuh adab, rasa hormat dan kasih sayang. Perkataan
tidak bersifat menantang atau bahkan merendahkan pendengar.
Mudah-mudahaan kita dan juga para pemimpin kita mendapat
bimbingan dari Allah, untuk merefleksikan keenam konsepsi Qurani diatas dalam
kehidupan nyata.
Wallahualam bisshawab
rnama Tariq bin Ziyad menjadi pemimpin besar Islam penakluk
Eropa. Dengan ucapannya yang cukup terkenal ketika memerintahkan pasukannya
membakar kapal-kapal mereka sendiri, "Kita datang ke sini tidak untuk
kembali. Kita hanya punya pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini,
atau kita semua syahid".
Kekuatan kata-kata para pemimpin, juga telah menjadi sumbu
keberhasilan puluhan proyek mercusuar dan "mission impossible"
di Jepang. Adalah kisah sukses pemimpin-pemimpin tak dikenal (mumei no
hitotachi), dalam pengembangan teknologi, pembangunan fisik, perbaikan metode
pendidikan, dsb. Memberi insiprasi kepada seorang produser TV NHK Jepang (Akira
Imai) untuk menyusun acara TV berjudul Project X, dan juga menulis sebuah buku
berjudul "Project X - Rida Tachi no Kotoba (Perkataan Para Pemimpin)".
Terlepas dari kesalahan politik masa lalu, harus kita akui
juga bahwa militer Indonesia (baca TNI) adalah salah satu contoh lembaga yang
cukup cerdik mewarnai sistem kaderisasi internal dengan menggunakan metode
"positif therapy" yang dipondasi oleh kekuatan kata-kata. Maka
jargon, mars, slogan, dan doktrin kata-kata bijak para pendahulu adalah "makanan"
sehari-hari para taruna muda dan menjadi motivator penting penyemangat
pergerakan mereka. Menengok ke dalam sistem pendidikan Islam yang ada, belumlah
kita sampai pada suatu tahapan sistem kaderisasi dimana hadits nabi, kata bijak
para sahabat dan ulama setelahnya, berkedudukan penting sebagai jargon, cermin
ataupun elemen motivator perjuangan kita.
Namun bagaimanapun juga kekuatan kata-kata adalah bagaikan
pedang bermata dua. Perkataan para pemimpin, di satu sisi bisa membawa manfaat,
tetapi juga bisa membawa kerusakkan yang dahsyat bagi rakyat. Keterpurukan
republik kita yang sudah berjalan secara turun temurun, salah satunya juga
diakibatkan oleh efek negatif kekuatan kata-kata para pemimpin kita.
Lalu, bagaimana sebenarnya kita harus berkata-kata? Konsepsi
dan metode berkata-kata, telah diajarkan secara gamblang oleh Allah kepada
kita.
Konsepsi qaulan ma'rufa (perkataan yang baik) (QS.
4:5). Perkataan baik yang mendidik, dan dapat bersifat sebagai cermin dalam
tindakan masyarakat.
Konsepsi qaulan sadida (perkataan yang tegas dan
benar) (QS. 4:9; 33:70) membawa implikasi bahwa perkataan seorang pemimpin
haruslah tegas, benar, straight to the point, dan terbebas dari "pemerkosaan
bahasa". Pemimpin bukanlah seorang orator yang bisanya hanya menipu
rakyat dengan kata-kata yang abstrak, "ngeles", ataupun kata-kata
ambigu yang membius. Tegas bukan berarti keras atau kasar, tetapi tegas membawa
makna konsistensi dan keteguhan prinsip.
Konsepsi qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)
(QS. 20:44). Dilatar belakangi oleh kisah nabi Musa dan Harun yang
diperintahkan oleh Allah untuk menghadapi Fir?aun dengan perkataan yang lemah
lembut. Allah memberi nasehat kepada kita untuk tetap lembut, meskipun yang
dihadapi adalah seorang jahil dan perusak.Tentu ini tidak bisa dihantamkan
dengan konsepsi qaulan sadida. Justru ketegasan merupakan pengokoh kelembutan.
Konsepsi qaulan maisura (perkataan yang pantas) (QS.
17:28). Janganlah menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan menyinggung
perasaaan, meskipun itu kepada bawahan kita, kepada penerima infaq harta-harta
kita, dan juga terutama kepada orang-orang yang lebih tua daripada kita.
Konsepsi qaulan baligha (perkataan yang membekas pada
jiwa)(QS. 4:63), adalah ucapan berbobot yang menyentuh jiwa dan ruh para
pendengarnya. Dengan menggunakan ?bahasa? sesuai dengan kemampuan massa yang
dihadapi, fasih dan jelas maknanya.
Konsepsi qaulan karima (perkataan yang mulia) (QS.
17:23) yaitu perkataan yang penuh adab, rasa hormat dan kasih sayang. Perkataan
tidak bersifat menantang atau bahkan merendahkan pendengar.
Mudah-mudahaan kita dan juga para pemimpin kita mendapat
bimbingan dari Allah, untuk merefleksikan keenam konsepsi Qurani diatas dalam
kehidupan nyata.
Wallahualam bisshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar