Kamis, 13 November 2014

TEORI BELAJAR PAVLOV

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalampikiran peserta didik. Berdasarkan suatu teori belajar, suatu pembelajaran diharapkan dapat lebih meningkatkan perolehan peserta didik sebagai hasil belajar (Trianto, 2007: 12). Teori belajar juga dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang terkait dengan peristiwa belajar. Di antara sekian banyak teori belajar itu antara lain teori belajar behavioristik.
Pelopor aliran behaviorisme ini adalah John Broadus Watson. Melalui studi eksperimental, Watson menjelaskan konsep kepribadian dengan mempelajari tingkah laku manusia yang mengacu pada konsep stimulus – respons.

Aliran behaviorisme ini menolak pandangan dari aliran pendahulunya, yaitu aliran psikoanalisa yang memandang bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh insting tak sadar dan dorongan-dorongan nafsu rendah. Aliran behaviorisme ini lebih memandang aspek stimulasi lingkungan yang dapat membentuk perilaku manusia dengan sesuka hati lingkungan eksternal itu. Aliaran behaviorisme ini mengganti konsep kesadaran dan ketidaksadaran ala psikoanalisa dengan istilah stimulus, response, dan habit. Stimulus selanjutnya dimaknakan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi atau direkayasa lingkungan sebagai upaya membentuk perilaku manusia melalui respons yang muncul sebagaimana yang diharapkan lingkungan, sedangkan habit adalah hasil pembentukan perilaku tersebut (Koesma, 2000: 56).
Pandangan Watson ini banyak dipengaruhi oleh pendapat Ivan Pavlov, seorang ahli faal dari Rusia tentang conditioned response dalam classical conditioning (pembiasaan klasik).
Secara singkat makalah ini akan membahas tentang Ivan Pavlov, Teori dan kekurangan-kekurangan dari teorinya, serta penerapan Teorinya dalam Pembelajaran.


B.     Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Siapakah Pavlov itu?
2.      Bagaimanakah Teori Pavlov?
3.      Apa saja kekurangan dari Teori Pavlov?
4.      Bagaimanakah penerapan Teori Pavlov?

C.    Tujuan
Tujuan dari penyussunan makalah ini adalah untuk :
1.      Mengetahui secara singkat siapakah Pavlov itu.
2.      Mengetahui bagaimana teori Pavlov.
3.      Mengetahui kekurangan dari Teori Pavlov.
4.      Mengetahui penerapan Teori Pavlov.










BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sekilas Tentang Pavlov

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL3LmIfTD2dS1X4e53EIUyTguq0d3Hh4EIHQStgWwHDqzSvecTArTzmn4F-p44GyHC3VFQ10SC6l00_f8WhWn5FGxalPPsontccQzMiEBFeQKZMxR7CnmulX-sicuO_MXBXnsTlUb2bYE/s200/Ivan+Pavlov.jpg

Ivan Petrovich  Pavlov (1849 - 1936) adalah seorang ilmuwan yang memiliki karir panjang produktif yang tidak pernah mengalami hambatan serius meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi Rusia. Pavlov  lahir di kota kecil di Rusia tengah, anak seorang pendeta ortodoks pedesaan. Pada awalnya ia berniat mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pendeta, namun mengurungkannya dan pergi ke St. Petersburg pada tahun 1870. Setelah beberapa tahun mengajar, yang hanya memberikan penghasilan pas-pasan, Pavlov berhasil mendapatkan beasiswa di universitas pada tahun 1879 dan menyelesaikan pendidikan kedokterannya pada tahun 1883. Dari tahun 1884 hingga 1886 ia belajar di Leipzig dan Breslau, dimana ia bergabung dengan sekelompok ilmuwan yang meneliti sekresi pankreas. Pada tahun 1890 , ia menjadi profesor farmakologi di Akademi Medis Kemiliteran St. Petersburg dan lima tahun kemudian diangkat menjadi profesor fisiologi. Juga pada tahun yang sama, Pavlov membantu pendirian Institut Kedokteran Eksperimental  Kekaisaran dan menjabat sebagai direktur sekaligus kepala departemen fisiologi di  institut tersebut. Bersama Marceli   Nencki (1849 – 1901) seorang  ahli biokimia pelopor asal Polandia yang meninggalkan Universitas Berne untuk mengepalai departemen biokimia di institute tersebut, Pavlov mendirikan pusat penelitian dengan reputasi internasional yang pada tahun 1930-an dipindahkan ke fasilitas baru di luar St. Petersburg. Pavlov memimpin institute yang berkembang semakin besar tersebut dan institute Pisiologi Pavlovian di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia tetap menjadi pusat penelitian fisologi tentang refleksologi yang prestisius.
Pavlov adalah seorang yang kaku dan intelek dengan disiplin diri yang keras. Ia menerapkan disiplin dan pengharapannya yang kaku pada begitu banyak mahasiswa yang belajar di bawah bimbingannya dalam tahun-tahun produktifnya. Ia seorang metodolog sistematis, baginya pengumpulan data adalah bidang yang serius. Laboratorium baru yang dibangun bagi Pavlov oleh pemerintah Stalin dijuluki “menara keheningan” yang mencerminkan konstruksinya yang kedap suara dan tindak tanduk para pekerja laboratorium tersebut.
Pavlov menerima hadiah Nobel pada tahun 1904 atas karyanya tentan g basis saraf dan kelenjar dalam pencernaan.

B.     Teori Pavlov

Dapat dikatakan bahwa pelopor teori coditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov, seorang ahli psikolog-refleksologi dari Rusia. Ia mengadakan percobaan-percobaan dengan anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlov dapat kita uraikan sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzgWuZK1Cb70yGQuEGZr9ZQO0Q5Ff_ZyCqSnGtuffvIRm4DT85PdVnO3zh3_ULjUhMiukvcfskXEDbJHywKPBBjMIlx-Wz-chu-4vcx3ZO-R_PhAce378fl8exyRP_XnN2bkZN-1py-_c/s200/Stimulus+Respon.gif
Pavlov meneliti apakah bunyi bel sebagai stimulus berkondisi dapat menimbulkan air liur sebagai respon berkondisi pada anjing, dan hasilnya adalah :
a) Apabila daging disajikan maka anjing mengeluarkan air liur (alami)
b) Apabila bunyi bel disajikan secara bersamaan dengan daging maka air liur tidak keluar
c) Apabila perlakuan pada poin b) dilakukan secara berulang-ulang maka air liur anjing dapat keluar
d) Apabila bunyi bel diganti dengan bunyi sirine maka anjing tetap mengeluarkan air liur
e) Apabila bunyi bel disajikan sacara terus menerus tanpa diikuti oleh daging maka lama-lama air liur tidak keluar hal ini disebut extinction (kepunahan)
f) Apabila stimulus disajikan secara bervariasi yaitu dengan penguatan berupa lampu merah disertai daging dan lampu hijau tidak disertai daging dan diberikan secara berulang-ulang maka anjing akan mengeluarkan air liur ketika melihat lampu merah walaupun tidak disertai daging karena sudah terbentuk respon berkondisi.

Kesimpulan penelitian Pavlov adalah bahwa dalam diri anjing akan terjadi penglondisian selektif berdasar penguatan selektif artinya anjing dapat membedakan stimulus yang disertai penguatan dan yang tidak disertai penguatan. Teori Pavlov ini disebut Classical Conditioning

Selain itu, percobaan pada seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga kelenjar ludahnya berada diluar pipinya, dimasukkan ke kamar yang gelap. Di kamar itu hanya ada sebuah lubang terletak didepan moncongnya, tempat menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan percobaan-percobaan. Pada moncongnya yeang telah dibedah dipasang sebuah pipa (selang) yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing oitu pada waktu diadakan percobaan-percobaan. Alat-alat yang digunakan dalam percoban-percobaan itu ialah makanan, lampu senter untuk menyorot bermacam-macam warna, dan sebuah bunyi-bunyian.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapat kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima atau bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suara bunyi tertentu.
Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif. Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah Behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori Classical Conditioning untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya :
a.     Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b.      Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

C.    Kekurangan Teori Pavlov
     Dari teori belajar yang dikemukakan Pavlov, ternyata ada beberapa kekurangan/kelemahan, diantaranya ;
  1. Teori tersebut menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis padahal kenyataannya tidak.
  2. Keaktifan dan penentuan pribadi tidak dihiraukan.
  3. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan/dipentingkan padahal kita dalam bertindak dan berbuat sesuatu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh luar tetapi diri pribadilah yang memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya.
  4. Teori tersebut memang tepat kalau kita terapkan pada hewan tetapi pada manusia, teori tersebut hanya bias diterima dan diterapkan pada pelajaran-pelajaran tertentu saja diantaranya pelajaran-pelajaran yang membutuhkan praktik dan pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks dan daya tahan. Misalnya dalam percakapan bahasa asing, mengetik, menari dan olahraga.







D.    Penerapan Teori Pavlov

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Adapun contoh aplikasi teori belajar behaviorisme menurut Pavlov adalah pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.

Disamping teory Behaviorisme Pavlov juga mempunyai teori Classical Conditioning yang bisa diterapkan dalam kehidupan dan dalam pembelajaran.
1.      Classical Conditioning Dalam Kehidupan
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2. Classical Conditioning Dalam Pembelajaran
Proses belajar dengan rumus S-R bisa berjalan dengan syarat adanya unsur-unsur seperti dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respon (response), dan penguatan (reinforcement).
Pertama, dorongan adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan bahan bacaan ringan untuk mengisi waktu senggangnya, maka ia terdorong untuk memenuhi kebutuhan itu, misalnya dengan mencarinya di perpustakaan terdekat. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang meskipun tingkatannya tidak sama: ada yang kuat, ada pula yang lemah .
 Kedua, adanya rangsangan (stimulus). Dalam Pembelajaran di siang hari, pada saat para siswa banyak yang mengantuk dan kurang bergairah, sang guru bisa merangsangnya dengan berbagai cara, dan yang sering dilakukan adalah antara lain dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang selektif dan menarik, bercerita ringan atau humor.
Ketiga, adalah masalah respon. Respon ini bisa dilihat atau diamati dari luar. Respon ini ada yang positif dan ada pula yang negatif. Respon positif terjadi sebagai akibat “ketepatan” seseorang melakukan respon (mereaksi) terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan respon negatif adalah apabila seseorang bereaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan.
 Kempat, adalah masalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar kepada seseorang yang sedang melakukan respon. Apabila respon telah benar, maka perlu diberi penguatan agar orang tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil yang sedang mencoret-coret buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar, bisa terkejut bahkan bisa menderita guncangan sehingga ia tidak akan mencoret-coret buku lagi. Bahkan kemungkinan yang paling jelek di kemudian hari barangkali ia akan benci terhadap setiap yang namanya tulis menulis. Hal ini adalah bentuk penguatan yang salah. Barangkali akan lebih baik apabila cara melarangnya dengan kata-kata yang tidak membentak.



















BAB III
KESIMPULAN


Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “ contemporary behaviorist“ atau juga disebut “S-R psikologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.

Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang reinforcement terhadap tingkah laku tersebut.
Obyek psikologi menurut aliran ini ialah: tingkah laku, dan bukannya kesadaran. Karena itu behaviorisme adalah psikologi tingkah laku; dan studinya terbatas mengenai pengamatan serta penulisan tingkah laku.
Aliran behaviorisme kuat berorientasi pada ilmu alam; dan sesuai dengan psikologi asosiasi, ia selalu mencari elemen-elemen tingkah laku yang paling sederhana, yaitu refleks.
Aliran behaviorisme menyatakan, bahwa semua tingkah laku manusia itu bisa ditelusuri asalnya dari bentuk refleks-refleks. Refleks adalah reaksi-reaksi yang tidak disadari terhadap perangsang-perangsang tertentu. Setiap bentuk tingkah laku manusia dapat dijelaskan diluar peristiwa kesadaran. Maka diri manusia disebut sebagai kompleks refleks-refleks, atau sebagai mesin reaksi belaka. Faktor pembawaan tidak mempunyai peranan sama sekali; “pendidikan” yang maha kuasa dalam membentuk diri manusia. Maka manusia itu hanyalah merupakan makhluk kebiasan belaka, karena sang pendidik dengan sesuka hati bisa mampengaruhi refleks-refleks anak-anak didiknya dalam membentuk prilaku dan kebiasaan-kebiasaannya.





















DAFTAR PUSTAKA

Brenan, James F. 2003. Sejarah dan Sistem Psikologi edisi keenam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
http://www.elfilany.com/2011/03/teori-belajar-menurut-aliran.html#
http://8tunas8.wordpress.com/teori-teori-belajar-behavioristik-serta-penerapannya-dalam-pai/
http://elmisbah.wordpress.com/teori-

http://www.sman1telaga.com/artikel_detail.php?be_item=29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar