BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teori belajar pada dasarnya
merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana
informasi diproses di dalampikiran peserta didik. Berdasarkan suatu teori
belajar, suatu pembelajaran diharapkan dapat lebih meningkatkan perolehan peserta
didik sebagai hasil belajar (Trianto, 2007: 12). Teori belajar juga dapat
dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan
merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang terkait dengan
peristiwa belajar. Di antara sekian banyak teori belajar itu antara lain teori
belajar behavioristik.
Pelopor aliran behaviorisme ini
adalah John Broadus Watson. Melalui studi eksperimental, Watson menjelaskan
konsep kepribadian dengan mempelajari tingkah laku manusia yang mengacu pada
konsep stimulus – respons.
Aliran behaviorisme ini menolak
pandangan dari aliran pendahulunya, yaitu aliran psikoanalisa yang memandang
bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh insting tak sadar dan dorongan-dorongan
nafsu rendah. Aliran behaviorisme ini lebih memandang aspek stimulasi
lingkungan yang dapat membentuk perilaku manusia dengan sesuka hati lingkungan
eksternal itu. Aliaran behaviorisme ini mengganti konsep kesadaran dan
ketidaksadaran ala psikoanalisa dengan istilah stimulus, response, dan habit.
Stimulus selanjutnya dimaknakan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi atau
direkayasa lingkungan sebagai upaya membentuk perilaku manusia melalui respons
yang muncul sebagaimana yang diharapkan lingkungan, sedangkan habit adalah hasil pembentukan perilaku
tersebut (Koesma, 2000: 56).
Pandangan Watson ini banyak
dipengaruhi oleh pendapat Ivan Pavlov, seorang ahli faal dari Rusia tentang conditioned response dalam classical conditioning (pembiasaan
klasik).
Secara singkat makalah ini akan membahas tentang Ivan Pavlov, Teori dan
kekurangan-kekurangan dari teorinya, serta penerapan Teorinya dalam
Pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Siapakah Pavlov
itu?
2.
Bagaimanakah
Teori Pavlov?
3.
Apa saja
kekurangan dari Teori Pavlov?
4.
Bagaimanakah
penerapan Teori Pavlov?
C.
Tujuan
Tujuan dari penyussunan makalah ini adalah untuk :
1.
Mengetahui
secara singkat siapakah Pavlov itu.
2.
Mengetahui
bagaimana teori Pavlov.
3.
Mengetahui
kekurangan dari Teori Pavlov.
4.
Mengetahui
penerapan Teori Pavlov.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sekilas Tentang Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936) adalah seorang ilmuwan yang
memiliki karir panjang produktif yang tidak pernah mengalami hambatan serius
meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi Rusia. Pavlov lahir di kota kecil di Rusia tengah, anak
seorang pendeta ortodoks pedesaan. Pada awalnya ia berniat mengikuti jejak
ayahnya menjadi seorang pendeta,
namun mengurungkannya dan pergi ke St. Petersburg pada tahun 1870. Setelah beberapa tahun mengajar,
yang hanya memberikan penghasilan pas-pasan, Pavlov berhasil mendapatkan
beasiswa di universitas pada tahun 1879 dan menyelesaikan pendidikan
kedokterannya pada tahun 1883. Dari tahun 1884 hingga 1886 ia belajar di
Leipzig dan Breslau, dimana ia bergabung dengan sekelompok ilmuwan yang
meneliti sekresi pankreas. Pada tahun 1890 , ia menjadi profesor farmakologi di
Akademi Medis Kemiliteran St. Petersburg dan lima tahun kemudian diangkat
menjadi profesor fisiologi. Juga pada tahun yang sama, Pavlov membantu
pendirian Institut Kedokteran Eksperimental
Kekaisaran dan menjabat sebagai direktur sekaligus kepala departemen
fisiologi di institut tersebut. Bersama Marceli
Nencki (1849 – 1901) seorang ahli
biokimia pelopor asal Polandia yang meninggalkan Universitas Berne untuk
mengepalai departemen biokimia di institute tersebut, Pavlov mendirikan pusat
penelitian dengan reputasi internasional yang pada tahun 1930-an dipindahkan ke
fasilitas baru di luar St. Petersburg. Pavlov memimpin institute yang
berkembang semakin besar tersebut dan institute Pisiologi Pavlovian di Akademi
Ilmu Pengetahuan Rusia tetap menjadi pusat penelitian fisologi tentang
refleksologi yang prestisius.
Pavlov adalah seorang yang kaku dan
intelek dengan disiplin diri yang keras. Ia menerapkan disiplin dan
pengharapannya yang kaku pada begitu banyak mahasiswa yang belajar di bawah
bimbingannya dalam tahun-tahun produktifnya. Ia seorang metodolog sistematis,
baginya pengumpulan data adalah bidang yang serius. Laboratorium baru yang
dibangun bagi Pavlov oleh pemerintah Stalin dijuluki “menara keheningan” yang
mencerminkan konstruksinya yang kedap suara dan tindak tanduk para pekerja
laboratorium tersebut.
Pavlov menerima hadiah Nobel pada tahun
1904 atas karyanya tentan g basis saraf dan kelenjar dalam pencernaan.
B.
Teori Pavlov
Dapat dikatakan
bahwa pelopor teori coditioning
adalah Ivan Petrovich Pavlov, seorang ahli psikolog-refleksologi
dari Rusia. Ia mengadakan percobaan-percobaan dengan anjing. Secara ringkas
percobaan-percobaan Pavlov dapat kita uraikan sebagai berikut:
Pavlov
meneliti apakah bunyi bel sebagai stimulus berkondisi dapat menimbulkan air
liur sebagai respon berkondisi pada anjing, dan hasilnya adalah :
a) Apabila daging disajikan maka anjing mengeluarkan air liur (alami)
b) Apabila bunyi bel disajikan secara bersamaan dengan daging maka air liur tidak keluar
c) Apabila perlakuan pada poin b) dilakukan secara berulang-ulang maka air liur anjing dapat keluar
d) Apabila bunyi bel diganti dengan bunyi sirine maka anjing tetap mengeluarkan air liur
e) Apabila bunyi bel disajikan sacara terus menerus tanpa diikuti oleh daging maka lama-lama air liur tidak keluar hal ini disebut extinction (kepunahan)
f) Apabila stimulus disajikan secara bervariasi yaitu dengan penguatan berupa lampu merah disertai daging dan lampu hijau tidak disertai daging dan diberikan secara berulang-ulang maka anjing akan mengeluarkan air liur ketika melihat lampu merah walaupun tidak disertai daging karena sudah terbentuk respon berkondisi.
a) Apabila daging disajikan maka anjing mengeluarkan air liur (alami)
b) Apabila bunyi bel disajikan secara bersamaan dengan daging maka air liur tidak keluar
c) Apabila perlakuan pada poin b) dilakukan secara berulang-ulang maka air liur anjing dapat keluar
d) Apabila bunyi bel diganti dengan bunyi sirine maka anjing tetap mengeluarkan air liur
e) Apabila bunyi bel disajikan sacara terus menerus tanpa diikuti oleh daging maka lama-lama air liur tidak keluar hal ini disebut extinction (kepunahan)
f) Apabila stimulus disajikan secara bervariasi yaitu dengan penguatan berupa lampu merah disertai daging dan lampu hijau tidak disertai daging dan diberikan secara berulang-ulang maka anjing akan mengeluarkan air liur ketika melihat lampu merah walaupun tidak disertai daging karena sudah terbentuk respon berkondisi.
Kesimpulan penelitian Pavlov adalah bahwa dalam diri anjing akan terjadi penglondisian selektif berdasar penguatan selektif artinya anjing dapat membedakan stimulus yang disertai penguatan dan yang tidak disertai penguatan. Teori Pavlov ini disebut Classical Conditioning
Selain itu,
percobaan pada seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga
kelenjar ludahnya berada diluar pipinya, dimasukkan ke kamar yang gelap. Di
kamar itu hanya ada sebuah lubang terletak didepan moncongnya, tempat
menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan
percobaan-percobaan. Pada moncongnya yeang telah dibedah dipasang sebuah pipa
(selang) yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian
dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing oitu pada waktu
diadakan percobaan-percobaan. Alat-alat yang digunakan dalam percoban-percobaan
itu ialah makanan, lampu senter untuk menyorot bermacam-macam warna, dan sebuah
bunyi-bunyian.
Dari hasil
percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapat kesimpulan bahwa
gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat
latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu
refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar
air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks
yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar
air liur karena menerima atau bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau
terhadap suara bunyi tertentu.
Demikianlah
maka menurut teori conditioning
belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan reaksi (response).
Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang
diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Penganut teori
ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil
daripada conditioning. Yaitu
hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap
syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam
kehidupannya. Proses
belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan
asosiasi antara stimulus dan respons refleksif. Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi
istilah Behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus
dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian
dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori Classical Conditioning untuk semuanya yang bertalian dengan
pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik.
Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan.
Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari
situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara
atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar
ucap.
Dari eksperimen yang dilakukan
Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
a. Law of Respondent Conditioning yakni
hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara
simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
b. Law of Respondent Extinction yakni
hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun.
C.
Kekurangan Teori Pavlov
Dari teori belajar yang dikemukakan Pavlov, ternyata ada beberapa
kekurangan/kelemahan, diantaranya ;
- Teori
tersebut menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis
padahal kenyataannya tidak.
- Keaktifan
dan penentuan pribadi tidak dihiraukan.
- Peranan
latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan/dipentingkan padahal kita dalam
bertindak dan berbuat sesuatu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh
luar tetapi diri pribadilah yang memegang peranan dalam memilih dan
menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya.
- Teori
tersebut memang tepat kalau kita terapkan pada hewan tetapi pada manusia,
teori tersebut hanya bias diterima dan diterapkan pada pelajaran-pelajaran
tertentu saja diantaranya pelajaran-pelajaran yang membutuhkan praktik dan
pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks dan daya tahan. Misalnya dalam percakapan bahasa
asing, mengetik, menari dan olahraga.
D.
Penerapan Teori Pavlov
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud
sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik
memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran,
tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Adapun contoh aplikasi teori belajar behaviorisme menurut
Pavlov adalah pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar
mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap
murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang
ditunjukkan gurunya.
Disamping teory
Behaviorisme Pavlov juga mempunyai teori Classical Conditioning yang bisa
diterapkan dalam kehidupan dan dalam pembelajaran.
1. Classical
Conditioning Dalam Kehidupan
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi
yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim
Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing,
tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa
menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak
ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan
dagangannya. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan
strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2. Classical
Conditioning Dalam Pembelajaran
Proses belajar dengan rumus S-R
bisa berjalan dengan syarat adanya unsur-unsur seperti dorongan (drive),
rangsangan (stimulus), respon (response), dan penguatan (reinforcement).
Pertama, dorongan adalah suatu keinginan
dalam diri seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan yang sedang dirasakannya.
Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan bahan bacaan ringan untuk mengisi
waktu senggangnya, maka ia terdorong untuk memenuhi kebutuhan itu, misalnya
dengan mencarinya di perpustakaan terdekat. Unsur dorongan ini ada pada setiap
orang meskipun tingkatannya tidak sama: ada yang kuat, ada pula yang lemah .
Kedua, adanya rangsangan (stimulus). Dalam Pembelajaran di
siang hari, pada saat para siswa banyak yang mengantuk dan kurang bergairah,
sang guru bisa merangsangnya dengan berbagai cara, dan yang sering dilakukan
adalah antara lain dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang selektif dan
menarik, bercerita ringan atau humor.
Ketiga,
adalah masalah respon. Respon ini bisa dilihat atau diamati dari luar.
Respon ini ada yang positif dan ada pula yang negatif. Respon positif terjadi
sebagai akibat “ketepatan” seseorang melakukan respon (mereaksi) terhadap
stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan
respon negatif adalah apabila seseorang bereaksi justru sebaliknya dari yang
diharapkan oleh pemberi rangsangan.
Kempat, adalah masalah penguatan (reinforcement).
Unsur ini datangnya dari pihak luar kepada seseorang yang sedang melakukan respon.
Apabila respon telah benar, maka perlu diberi penguatan agar orang tersebut
merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak
kecil yang sedang mencoret-coret buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak
dengan kasar, bisa terkejut bahkan bisa menderita guncangan sehingga ia tidak
akan mencoret-coret buku lagi. Bahkan kemungkinan yang paling jelek di kemudian
hari barangkali ia akan benci terhadap setiap yang namanya tulis menulis. Hal
ini adalah bentuk penguatan yang salah. Barangkali akan lebih baik apabila cara
melarangnya dengan kata-kata yang tidak membentak.
BAB III
KESIMPULAN
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para
psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “ contemporary
behaviorist“ atau juga disebut “S-R psikologists”. Mereka
berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward)
atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.
Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa
tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka
pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan
hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan
mempelajari latar belakang reinforcement terhadap tingkah laku tersebut.
Obyek psikologi menurut aliran ini ialah: tingkah laku, dan
bukannya kesadaran. Karena itu behaviorisme adalah psikologi tingkah laku; dan
studinya terbatas mengenai pengamatan serta penulisan tingkah laku.
Aliran behaviorisme kuat berorientasi pada ilmu alam; dan
sesuai dengan psikologi asosiasi, ia selalu mencari elemen-elemen tingkah laku
yang paling sederhana, yaitu refleks.
Aliran
behaviorisme menyatakan, bahwa semua tingkah laku manusia itu bisa ditelusuri
asalnya dari bentuk refleks-refleks. Refleks adalah reaksi-reaksi yang tidak
disadari terhadap perangsang-perangsang tertentu. Setiap bentuk tingkah laku
manusia dapat dijelaskan diluar peristiwa kesadaran. Maka diri manusia disebut
sebagai kompleks refleks-refleks, atau sebagai mesin reaksi belaka. Faktor
pembawaan tidak mempunyai peranan sama sekali; “pendidikan” yang maha kuasa
dalam membentuk diri manusia. Maka manusia itu hanyalah merupakan makhluk
kebiasan belaka, karena sang pendidik dengan sesuka hati bisa mampengaruhi
refleks-refleks anak-anak didiknya dalam membentuk prilaku dan
kebiasaan-kebiasaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Brenan, James F. 2003. Sejarah dan
Sistem Psikologi edisi keenam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
http://www.elfilany.com/2011/03/teori-belajar-menurut-aliran.html#
http://8tunas8.wordpress.com/teori-teori-belajar-behavioristik-serta-penerapannya-dalam-pai/
http://elmisbah.wordpress.com/teori-
http://www.sman1telaga.com/artikel_detail.php?be_item=29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar