A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dasar
merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk
itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah,
tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang
berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya
manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi
untuk mencapai kemajuan bangsa.
Bimbingan konseling
adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu
sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK
IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan
alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkankan
masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum,
fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan,
sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling
(Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58).
Bimbingan merupakan
bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul
dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah,
supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan
demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan
pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang
tersebut.
Dalam Pedoman Kurikulum
Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu sistem
layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta
dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang
bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan
terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola
kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar.
Di
Sekolah Dasar bimbingan dan konseling masih dilakukan guru kelas, dimana sang
guru tidak menguasai ilmu konseling dengan baik karena bukan bidangnya dan
maaaaasih terbebani dengan administrasi sekolah.
Berdasar latar belakang
tersebut di atas, penulis tergerak untuk melakukan telaah mengenai “Peran guru kelas dalam kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah masing-masing”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka persoalan mendasar yang hendak ditelah dalam makalah ini
adalah peran guru kelas dalam kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah masing-masing?
B. PEMBAHASAN
1. Bimbingan dan konseling di SD
Di Sekolah Dasar,
kegiatan Bimbingan Konseling tidak diberikan oleh Guru Pembimbing secara khusus
seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan
tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua materi pelajaran
(kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan konseling kepada
semua siswa tanpa terkecuali
Dalam konteks pemberian
layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian
layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan
dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan
konseling kelompok.
Guru Sekolah Dasar
harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap
permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga
tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat
mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
Tetapi
realitas di lapangan, khususnya di Sekolah Dasar
menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum
dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas
yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling
kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.
Selain melaksanakan tugas
pokoknya menyampaikan semua mata pelajaran, guru SD juga dibebani seperangkat
administrasi yang harus dikerjakan sehingga tugas memberikan layanan bimbingan
konseling belum dapat dilakukan secara maksimal. Walaupun sudah memberikan
layanan bimbingan konseling sesuai dengan kesempatan dan kemampuan, namun
agaknya data pendukung yang berupa administrasi bimbingan konseling juga belum
dikerjakan secara tertib sehingga terkesan pemberian layanan bimbingan
konseling di SD "asal jalan".
Hal
ini dapat diatasi dengan adanya tenaga tambahan seperti TU dan Tim Pengembang
Kurikulum dimana tugasnya menentukan penggunaan kurikulum untuk tahun ini dan
membuat kurikulum mulai dari RPP dan lain-lainnya. Disini guru tinggal
melaksanakan. Tetapi alangkah baiknya ada tenaga ahli bimbingan dan konseling
di sekolah.
2. Hakikat
Bimbingan dan Konsling di SD
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah
penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat
mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam
kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan adalah suatu
proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka
mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan
MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
(1) adanya bantuan dari
seorang ahli,
(2) proses pemberian
bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
(3) bantuan diberikan
kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan
kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di
masa yang akan datang.
2. Perlunya Bimbingan
dan Konseling di SD
Jika ditinjau secara
mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya bimbingan
yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum,
latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan
pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan
tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada
dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.
Bila dicermati dari
sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga
berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan
relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP
Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan
bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan
individu,
(2) masalah perbedaan
individual,
(3) masalah kebutuhan
individu,
(4) masalah penyesuaian
diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5)
masalah belajar
3.Fungsi Bimbingan dan Konseling di
SD
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Fungsi
penyaluran ( distributif )
Fungsi
penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam
memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan
sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai
dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu
fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah
antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fungsi
penyesuaian ( adjustif )
Fungsi
penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh
penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam
teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan
kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha
mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi
adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya
guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan
pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang
ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada
guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi
para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai
dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
4.
Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di SD
Prinsip
merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno, 1997:219).
Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah
sumber, sebagai berikut:
a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
a. Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
b.
Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh
karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih
teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.
c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.
d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai bayak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
c. Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.
d. Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai bayak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
e.
Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi
apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah
(petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada
petugas atau lembaga lain yang lebih ahli
f.
Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan
identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang
dibimbing.
g.
Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan
kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.
h.
Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program
pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan karena
usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan
dalam mencapai tujuan pendidikan.
i.
Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin
oleh seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.
Di samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas
lain yang terlibat. j. Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya
senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan
program bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan
konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi
sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan juga
untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno,
1997:219).
5.
Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berdasakan
Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004)
dinyatakan bahwakerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK
yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:
a.
Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan
adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan
perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas
perkembangan siswa SD.
b.
Layanan responsif
adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang
dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih
bersifat preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah
konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif
adalah:
(1) bidang pendidikan;
(2) bidang belajar;
(3)bidang sosial;
(4) bidang pribadi;
(5) bidang karir;
(6) bidang tata tertib
SD;
(7) bidang narkotika
dan perjudian;
(8) bidang perilaku
sosial, dan
(9)bidang kehidupan
lainnya.
c. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.
d. Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990)
Kegiatan utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan BK, yakni:
(1) layanan pengumpulan
data,
(2) layanan informasi,
(3) layanan penempatan,
(4) layanan konseling,
(5) layanan referal/melimpahkan
ke pihak lain, dan
(6) layanan penilaian
dan tindak lanjut (Nurihsan, 2005:21).
6. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD
6. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di SD
Implementasi kegiatan
BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru
diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru
sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru
harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus
dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan
yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai
pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru
bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru
akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru
sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru
mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik
maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar