BAB
I
PENDAHULUAN
Salah satu sifat
manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa adalah sifat ingin tahu.
Sejak kecil, dengan dilengkapi kepandaian menggunakan tangan dan kakinya, ia
berusaha ingin tahu segala sesuatu yang ada di sekitar dan lingkungan tempat
tinggalnya. Semakin tumbuh dewasa dan berkembang kepandaiannya melalui
pendidikan orang tuanya, semakin besar keingintahuannya. Dan segala sesuatu
yang ingin diketahuinya adalah yang lebih rumit dan tentu saja memerlukan
penguasaan berfikir dan berbahasa yang semakin rumit pula. Seringkali
keingintahuannya tersebut dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan.
Dan setiap pertanyaan atau permasalahan itu ia mengharapkan jawaban atau
pemecahan. Maka sifat manusia lainya yang dianugerahkan adalah usaha untuk
mengetahui jawaban atau memperoleh pemecahan masalah. Dan tentunya, jawaban
atau pemecahan yang diperoleh tersebut adalah suatu kenyataan yang benar
mengenai masalah tersebut.
Pada
hakekatnya penelitian
diawali dari hasrat keingintahuan peneliti yang dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan atau permasalahan. Setiap pertanyaan atau per-masalahan
tersebut perlu jawaban atau pemecahan. Dari jawaban dan pemecahan
tersebut peneliti memperoleh pengetahuan yang benar mengenai suatu masalah.
Pengetahuan yang benar adalah yang dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Untuk memperolehnya harus mengikuti kaidah-kaidah dan menurut
cara-cara bekerjanya akal yang disebut logika, dan dalam pelaksanaannya
diwujudkan melalui penalaran.. Pengetahuan yang benar tersebut disebut juga
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Dengan demikian penelitian ilmiah
adalah suatu metode ilmiah untuk memperoleh pengetahuan menggunakan penalaran.
Penalaran tersebut dilaksanakan melalui prosedur logika deduksi dan induksi.
Dengan pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan, antara
lain untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi, perencanaan pembangunan dan
untuk pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan manusia.
BAB II
PENGERTIAN PENELITIAN
Penelitian
atau
research berasal dari kata re dan to search yang berarti mencari kembali
yang menunjukkan adanya proses berbentuk siklus bersusun yang selalu
berkesinambungan.. Penelitian dimulai
dari hasrat keingintahuan dan permasalahan, dilanjutkan dengan pengkajian landasan
teoritis yang terdapat dalam kepustakaan untuk mendapatkan jawaban sementara
atau hipotesis. Selanjutnya direncanakan dan dilakukan pengumpulan data untuk
menguji hipotesis yang akan diperoleh kesimpulan dan jawaban permasalahan.
Dalam proses pemecahan masalah dan dari jawaban permasalahan tersebut akan
timbul permasalahan baru, sehingga akan terjadi siklus secara
berkesinambungan.
Penelitian
adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu
proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena (Kerlinger, 1986:
17-18).
Penelitian merupakan refleksi
dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam.
Perhatian atau pengamatan awal terhadap fakta atau fenomena merupakan awal dari
kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah (Indriantoro
& Supomo,1999: 16).
Menurut Fellin,
Tripodi dan Meyer (1969) penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud
meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan
(dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Definisi
penelitian di antara ketiga ahli ini tentu didasarkan pada latar belakang
pendidikan yang berbeda juga latar belakang waktu yang berbeda. Kerlinger
mendefinisikan penelitian pada tahun 1986. Kerlinger memuat beberapa istilah
yang tidak mudah dikenali orang dalam definisi penelitiannya. Sehingga orang
awam akan kesulitan memahami maksud definisi yang diuraikannya. Meski definisi
di atas sudah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, tapi tetap saja memuat
istilah yang tidak semua orang dapat memahaminya, seperti kata “investigasi”
atau “proposisi”.
Namun
penggunaan istilah ini digunakan untuk keefisienan definisi tersebut. Sehingga
satu kalimat definisi singkat, menjabarkan banyak makna. Karlinger menyebutkan
empat karakteristik penelitian yaitu sistematis, terkontrol, empiris dan
kritis. Empat karakterisitik ini sudah melingkupi prasyarat dari sebuah
penelitian. Selanjutnya Karlinger menyebutkan objek penelitian yaitu proposisi
hipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena, sehingga definisi
Karlinger bisa disebut lengkap karena memuat kata kerja utama penelitian yaitu
investigasi atau penyelidikan, karakteristik penelitian, dan objek penelitian.
Selanjutnya
definisi dari Indriantoro & Supomo pada tahun 1999, cukup berbeda dengan
definisi yang diuraikan Karlinger. Indriantoro tidak menyematkan karakteristik
penelitian dalam definisinya. Hal unik dari pengertian ini adalah adanya
pengertian “refleksi dari keinginan”, karena sangat benar jika dikatakan sebuah
penelitian diawali oleh sebuah keinginan, juga rasa keingintahuan terhadap
sesuatu. Tidak akan lahir sebuah penelitian jika tidak ada pemikiran
kritis yang menimbulkan keingintahuan untuk mencari tahu lebih dalam tentang sesuatu.
Indriantoro
& Supomo memiliki kesamaan dengan Karlinger dalam menyebutkan objek dari
penelitian ini, yaitu fenomena. Namun bedanyam Karlinger menyebutkan objeknya
yaitu hubungan antarfenomena, sedangkan Indriantoro & Supomo hanya
menyebutkan fenomena dan fakta secara umum.
Definisi yang
ketiga dari Fellin dkk. menyebutkan kembali satu karakteristik yang disebutkan
Kerlinger sebelumnya yaitu “sistematik”. Uniknya, mereka menguraikan tujuan
dari penelitian itu sendiri, yaitu “meningkatkan, memodifikasi dan
mengembangkan pengetahuan” tidak seperti kedua definisi sebelumnya yang tidak
menyematkan tujuan penelitian pada definisi miliknya.
Dari analisis
ketiga definisi dari para ahli di atas, dapat saya simpulkan bahwa pengertian
penelitian yaitu :
Suatu penyelidikan yang
bersifat sistematik, terkontrol, empiris dan kritis, dalam mengungkap suatu
fenomena atau hubungan fenomena tertentu dengan maksud meningkatkan,
memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat diverifikasi.
BAB
III
JENIS-JENIS
PENELITIAN
Dalam dunia
pendidikan, dikenal banyak sekali jenis-jenis penelitian pendidikan. Namun
dalam kesempatan ini kelompok kami mendapatkan tugas untuk membahas jenis-jenis
penelitian pendidikan berdasarkan metode
dapat dibedakan menjadi :
A. Penelitian Ex Post Facto
Penelitian
dengan rancangan ex post facto sering
disebut dengan after the fact.
Artinya, penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut
juga sebagai restropective study
karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu
peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Dalam pengertian yang
lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang
dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena
perkembangan suatu kejadian secara alami
Penelitian ex
post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi
perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung,
sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen.
Peneliti ingin melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab
terjadinya sesuatu.
Perbandingan Antara Ex post Facto dengan Eksperimen
Perbandingan Antara Ex post Facto dengan Eksperimen
Dalam beberapa
hal, penelitian ex post facto dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian
eksperimen. Sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama kemudian
diberi perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan dua kelompok
yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan tersebut. Studi ex
post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang dianggap sebagai
akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki ke
belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya.
Penelitian ex
post facto memiliki persamaan dengan penelitian eksperimen. Logika dasar
pendekatan dalam ex post facto sama dengan penelitian eksperimen, yaitu adanya
variabel x dan y. Kedua metode penelitian tersebut membandingkan dua kelompok
yang sama pada kondisi dan situasi tertentu. Perhatiannya dipusatkan untuk
mencari atau menetapkan hubungan yang ada di antara variabel-variabel dalam
data penelitian. Dengan demikian, banyak jenis informasi yang diberikan oleh
eksperimen dapat juga diperoleh melalui analisis ex post facto.
Dalam
penelitian eksperimen, pengaruh variabel luar dikendalikan dengan kondisi
eksperimental. Variabel bebas yang dianggap sebagai penyebab dimanipulasi secara
langsung untuk meminimalkan pengaruh terhadap variabel terikat. Melalui
eksperimen, peneliti dapat memperoleh bukti tentang hubungan kausal atau
hubungan fungsional di antara variabel yang jauh lebih menyakinkan daripada
yang dapat diperoleh menggunakan studi ex post facto.
Peneliti dalam penelitian ex post facto tidak dapat melakukan manipulasi atau pengacakan terhadap variabel-variabel bebasnya.
Peneliti dalam penelitian ex post facto tidak dapat melakukan manipulasi atau pengacakan terhadap variabel-variabel bebasnya.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam
variabel-variabelnya sudah terjadi. Peneliti dihadapkan kepada masalah
bagaimana menetapkan sebab dari akibat yang diamati tersebut. Furchan
(383:2001) menyatakan bahwa dengan tidak adanya kemungkinan peneliti untuk
melakukan manipulasi atau pengacakan. Pendekatan
Ex post Facto
Hal penting dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan melihat situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi. Artinya, kelas tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya.
Hal penting dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan melihat situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi. Artinya, kelas tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya.
Dari
hasil tersebut, dilakukan klasifikasi antara siswa yang memiliki nilai tinggi
dengan siswa yang memiliki nilai rendah. Kemudian dihubungkan antara kecemasan
dengan hasil nilai. Misalnya ditemukan kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata
dikerjakan oleh siswa yang memiliki kecemasan. Oleh karena itu, pengaruh
kecemasan siswa memang berpengaruh
terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih baik. Penelitian
dengan menggunakan pendekatan ini tentu saja memiliki kekurangan. Dari kasus di
atas dapat terlihat satu celah kelemahan bahwa bisa jadi adanya faktor ketiga
selain kecemasan yang membuat nilai ujian meningkat. Hal ini dimungkinkan
adanya faktor ketiga, yaitu kecerdasan. Selain
kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa kecemasan adalah situasi lain, sedangkan kecerdasan menjadi penunjang
utama.
Kekurangan
Pendekatan Ex Post Facto. Kelemahan tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Tidak
adanya kontrol terhadap variabel bebas. Oleh
karena tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas, maka sukar untuk
memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah
benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
2) Kenyataan
bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan
interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek
yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
3) Suatu
gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi
dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain
sebab pada kejadian lain.
4) Apabila
saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk
menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
5) Kenyataan
bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidaklah mesti memberi
implikasi adanya hubungan sebab akibat.
6) Menggolongkan-golongkan
subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh)
untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena
kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap.
7) Studi
komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subyek secara
terkontrol. Menempatkan
kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali
dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.
Keunggulan
Penelitian dengan Pendekatan Ex Post Facto
Metode ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode eksperimental, tak dapat digunakan. Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh. Apabila control di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan. Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu. Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Metode ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode eksperimental, tak dapat digunakan. Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh. Apabila control di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan. Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu. Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Prosedur
Penelitian Ex Post Facto :
Penelitian
ini dimulai dengan mendeskripsikan situasi sekarang yang diasumsikan sebagai
akibat dari factor-faktor yang telah terjadi atau bereaksi sebelumnya. Dengan
demikian peneliti harus menoleh ke belakang untuk menentukan factor-faktor yang
diasumsikan sebagai penyebab, yang telah beroperasi di masa lalu. Itulah
sebabnya peneliti tidak dapat memberikan control. Hubungan-huibungan variabel
B. Penelitian Sejarah
Secara umum dapat dimengerti bahwa
penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi
informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat
dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi
bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian historis di
dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa
alasan. Penelitian historis bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara
sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan
serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung
fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang
benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis
dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.
Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996: 22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Sementara menurut Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah , 2005: 51 juga menyatakan bahwa penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996: 22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Sementara menurut Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah , 2005: 51 juga menyatakan bahwa penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan
oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah
mengandung beberapa unsur pokok,
yaitu
- Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
- Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
- Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
- Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
Tujuan penelitian Historis
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen
(1990) dalam Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 52) menyetakan
bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan
tujuan untuk :
- Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
- Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
- Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
- Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
- Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian
sejarah tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan
masa mendatang.
Sumber-Sumber Data dalam Penelitian
Historis
Oleh karena objek penelitian sejarah
adalah peristiwa atau kehidupan masyarakat pada masa lampau maka yang menjadi
sumber informasi harus mempunyai karakteristik yang berbeda dengan metode
penelitian lainnya. Beberapa sumber tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku perisriwa itu sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Contoh sumber-sumber primer lainnya yang sering menjadi perhatian perhatian para peneliti di lapangan atau situs di anataranya seperti, dokumen asli, relief dan benda-benda peninggalan masyarakat zaman lampu.
a. Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku perisriwa itu sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Contoh sumber-sumber primer lainnya yang sering menjadi perhatian perhatian para peneliti di lapangan atau situs di anataranya seperti, dokumen asli, relief dan benda-benda peninggalan masyarakat zaman lampu.
b. Sumber
informasi sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain yang
mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Sumber sekunder
ini dapat berupa para ahli yang mendalami atau mengetahui peristiwa yang
dibahas dan dari buku atau catatan yang berkaitan dengan peristiwa, buku
sejarah, artikel dalam ensiklopedia, dan review penelitian.Dari adanya sumber
primer dan sekunder ini, sebaiknya peneliti apabila mungkin lebih memberikan
bobot sumber-sumber data primer lebih dahulu, baru kemudian data sekunder, data
tersier, dan seterusnya.
Langkah-Langkah Dalam Penelitian
Historis
Menurut M. Subana dkk. 2005: 88, adapun
kerangka penelitiannya yaitu
- Pendefinisian Masalah
- Perumusan masalah
- Pengumpulan data
- Analisis data
- Kesimpulan
Contoh
:
Penelurusan
komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
Perumusan masalah : Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ? Pengumpulan data : Analisis dokumen, wawancara. Dari sumber primer dan sumber sekunder
Perumusan masalah : Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ? Pengumpulan data : Analisis dokumen, wawancara. Dari sumber primer dan sumber sekunder
Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis
yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas
statistic deskriptif.
Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme
merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sedangkan menurut Yatim Riyanto (1996:
23) dalam Nurul Zuriah (2005: 53) ada 4 (empat) langkah esensial dalam
penelitian sejarah, yaitu sebagai berikut :
Merumuskan Masalah
Dalam merumuskan masalah historis
terdapat beberapa persyaratan sebagaimana dalam penelitian yang lain, yaitu seharusnya dinyatakan secara jelas dan
ringkas
- Manageable, dan
- Memiliki rasional yang kuat.
- Menemukan Sumber Informasi sejarah yang Relevan
Secara umum sumber
informasi yang relevan dalam penenlitian sejarah dapat dikelompokkan menjadi 4
(empat) bagian berikut ini.
Dokumen
Dokumen, yaitu materi
yang tertulis atau tercetak dalam bentuk buku, majalah, Koran, buku catatan,
dan sebagainya. Dokumen merujuk pada beberapa jenis informasi yang eksis ke
dalam bentuk tertulis atau cetak.
Rekaman yang Bersifat
Numerik
Rekaman yang bersifat
numeric, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik,
mislanya skor tes, laporan sensus, dan sebagainya.
Pernyataan Lisan
Pernyataan lisan, yaitu
melakukan interview dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu
terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
Relief
Relief, yaitu objek
fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang
peristiwa masa lalu. Contohnya berupa bangunan monument, peralatan, pakaian dan
sebagainya
Meringkas Informasi
yang Diperoleh dari Sumber Historis
Langkah ini merupakan
proses me-review dan meringkas dari sumber informasi sejarah. Dalam hal ini
peneliti berusaha untuk menentukan relevansi materi utama dengan pertanyaan
atau masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan rekaman data biografi
yang lengkap dari sumber, mengorganisasikan data berdasarkan kategori yang
dihubungkan dengan masalah yang diteliti, dan meringkas informasi yang
berhubungan fakta, jumlah, dan pertanyaan yang penting).
Mengevaluasi Sumber Sejarah
Mengevaluasi Sumber Sejarah
Dalam langkah ini peneliti
sejarah harus mengadopsi sikap kritis ke arah beberapa atau seluruh sumber
informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah yang merupakan dokumen atau
informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah terdapat dua kritik yaitu
Kritik eksternal
Hal ini berguna untuk
menetapkan keaslian atau auntentisitas data, dilakukan kritik eksternal. Apakah
fakta peninggalan ata dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu.
Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut. Misalnya
untuk menetapkan umumr dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas,
cat, bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain.
Kritik Internal
Kritik Internal
Setelah dilakukan suatu
dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal.
Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah mengukapkan gambaran yang benar?
Bagaiaman mengenai penulis dan penciptanya? Apakah ia jujur, adil dan
benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul
seperti diatas. Sejarahwan harus benar-benar yakin bahwa datanya antentik dan
kaurat. Hanya
jika datanya autentik dan akuratlah sejarawan bisa memandang data tersebut
sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah secara serius.
Hipotesis Dan Generalisasi Dalam Penelitian Sejarah
Hipotesis Dan Generalisasi Dalam Penelitian Sejarah
Dalam penelitian sejarah
dapat juga diajukan hipotesis, meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit.
Biasanya sejarawan menyimpulkan bukti-buktidan secara cermat menilai
kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya maka hipotesis
tersebut teruji.
Ciri-ciri penelitian historis
ü Lebih
tergantung pada hasil observasi orang lain dan hasil sendiri
ü Harus
tertib,ketat,sistematis dan tuntas
ü Tergantung
pada data primer dan sekunder
ü Dilakukan
kritik eksternal dan internal untuk menentukan bobot data
ü Mencari
informasi dari sumber yang lebih luas
C. Penelitian Action Research
Pengertian reseach
dalam Action Research bukan merupakan penelitian untuk tujuan penerbitan.
Pengertian research di sini berarti refleksi dan evaluasi atas
pengajaran dosen itu sendiri. Action research adalah bentuk kolektif dari penyelidikan
refleksi diri sendiri yang dilakukan oleh peserta pada situasi social tertentu
dalam rangka memperbaiki rasionalitas dan menilai praktek sosial praktek
pendidikan mereka sendiri. Kelompok dari peserta tersebut dapat berupa kelompok
dosen, mahasiswa, orang tua dan anggota masyarakat lainnya. Penggabungan dari
istilah ‘action’ dan ‘research’ menekankan pentingnya keistimewaan dari
pendekatan ini yaitu mencoba berbagai gagasan dalam praktek dengan pengertian
perbaikan dan peningkatan pengetahuan tentang kurikulum, pengajaran dan
belajar.
Tahapan
Action Research
Action
Research adalah riset yang dilakukan oleh dosen itu sendiri pada proses
belajar-mengajar. Batchler dan Maxwell’s (1987, 70) mendefinisikan Action
Research sebagai proses dimana seorang praktisi merangkap sebagai evaluator
untuk dirinya sendiri. Sedangkan Lewin menggambarkan action research sebagai
awal dari llangkah yang berbentuk spiral dimana terdiri dari perencanaan,
tindakan, dan evaluasi hasil dari suatu tindakan. Proses perencanaan dari
Action Research
terdiri
dari 3 langkah, yaitu:
1. Langkah
pertama
dimulai
dari gagasan yang bersifat umum sampai pada tujuan yang spesifik. Gagasan
tersebut harus diperiksa secara seksama dengan menggunakan cara penemuan fakta
tentang suatu situasi.
2. Langkah
kedua
dimulai dengan melakukan eksekusi dari langkah
pertama (perencannaan) dan diikuti dengan penemuan bukti dari fakta tertentu.
Penemuan
atas bukti mempunyai 4 fungsi:
a.
untuk mengevaluasi tindakan dalam
hubungannya dengan harapan
b.
untuk memberi
kesempatan kepada perencana untuk belajar dan memadukan pandangannya ke dalam
dirinya sendiri
c.
sebagai dasar untuk membuat perencanaan
yang tepat pada langkah berikutnya
d.
sebagai dasar untuk melakukan modifikasi
pada rencana keseluruhan.
3. Langkah
ketiga
kembali
berisi siklus dari perencanaan, pelaksanaan danpenemuan bukti untuk
mengevaluasi atas langkah kedua dan menyiapkan dasar rasional untuk perencanaan
pada langkah keempat dan mungkin dapat melakukan modifikasi pada rencana
keseluruhan sekali lagi.
Oleh karena
itu action research berjalan seperti spiral pada setiap llangkah. Setiap
langkah berisi siklus dari perencanaan, tindakan dan penemuan bukti tentang
hasil daripada tindakan yang dilakukan. Memperhatikan tahapan action research
tersebut, maka bila seseorang dosen melakukan action research
berarti:
a.
melakukan pengembangan terhadap rencana
(planning) tindakan untuk memperbaiki apa yang telah terjadi. Rencana tersebut
adalah tindakan yang tersusun, memiliki pandangan ke depan dan memiliki prospek
untuk ditindak lanjuti.
b.
melakukan tindakan (action) untuk
mengimplementasikan rencana yang telah dibuat. Tindakan tersebut adalah
tindakan yang teliti, terkontrol, orientasi pada tujuan tetapi juga melihat
pada tindakan yang dilakukan sebelumnya untuk merencanakan dasar pemikirannya.
c.
melakukan pengamatan (observation) atas
efek dari tindakan. Pengamatan memiliki fungsi dalam mendokumentasikan proses
tindakan, efek dari tindakan yang dituju maupun yang di luar dari tujuan,
keadaan dan hambatan dari tindakan. Tujuan dari pengamatan adalah untuk
menyediakan dasar untuk refleksi diri sendiri. Seperti tindakan yang dilakukan,
maka perencanaan pengamatan harus fleksible untuk mencatat sesuatu yang di luar
dari rencana.
d.
melakukan refleksi (reflection) atas efek
sebagai dasar dari perencanaan selanjutnya. Refleksi berhubungan dengan masa
lalu karena refleksi mengingat kembali tindakan yang tercatat dalam pengamatan.
Unsur-unsur dalam sikulus action reserah
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Plan (rencana)
Rencana
adalah tindakan yang tersusun, dengan kata lain harus terdapatkemungkinan untuk
ditindaklanjuti. Rencana harus mengenal tindakan sosialyang kadang kala tidak
dapat diprediksi dan kadang kala beresiko. Rencana umum harus cukup fleksibel
untuk beradaptasi dengan efek yang tidak terlihat dan hambatan yang tidak
dikenal.
b.
Action (tindakan)
Tindakan yang dimaksud disini adalah
tindakan yang cermat dan terkendali. Tindakan tersebut harus cermat dan
memiliki variasi dalam praktek dan diinformasikan dengan kritis. Tindakan
mengenali praktek sebagai gagasandalam tindakan dan menggunakan tindakan
sebagai dasar untuk pengembangan bagi tindakan selanjutnya. Tindakan dipandu
oleh rencana dalam arti tindakan tersebut harus mengacu pada rencana dan
rasionalitasnya.
c.
Observation (pengamatan)
Pengamatan memiliki fungsi dokumentasi
dari efek tindakan yang kritis. Pengamatan melihat ke depan, menyediakan dasar
untuk refleksi. Pengamatan yang cermat adalah penting karena tindakan selalu
dibatasi oleh hambatan dari realita dan semua hambatan ini tidak mungkin
dihilangkan sama sekali di masa yang akan datang. Pengamatan harus terencana
karena akan menjadi dasar dokumentasi untuk refleksi selanjutnya. Pengamatan
harus responsif dan memiliki pikiran yang terbuka.
d.
Reflection (refleksi)
Refleksi adalah mengingat tindakan yang
dicatat dalam pengamatan tetapi juga bersifat aktif. Refleksi mencoba mencari
pengertian dari proses, masalah, persoalan dan hambatan untuk dimasukkan ke
dalam daftar tindakan yang strategis. Refleksi mengambil laporan dari berbagai
perspektif yang mungkin dalam situasi sosial, memahami persoalan dan keadaan
yang muncul.
D. METODE PENELITIAN R & D
Pada
awalnya, metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) mulai
diterapkan pada dunia industri dan merupakan ujung tombak dari suatu industri
dalam menghasilkan produk-poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4%
biaya digunakan untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang industri, bahkan
untuk bidang-bidang tertentu (komputer, farmasi) hampir melebihi 4% (Borg and
Hall:1989). Dalam bidang sosial dan pendidikan, peranan Research and
Development masih sangat kecil dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara
keseluruhan.Unfortunately, R & D still plays a minor role in education.
Less than one percent of education expenditures are for this purpose. This is
probably one of the main reason why progress in education has logged for behind
progress in other field.
Pada
masa lalu, penelitian dalam bidang pendidikan tidak diarahkan pada pengembangan
suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan
dengan fenomena-fenomena yang bersifat fundamental, serta praktik-praktik
pendidikan. Penelitian tentang fenomena-fenomena fundamental pendidikan
tersebut dilakukan melalui penelitian dasar (basic research), sedang penelitian
tentang praktik pendidikan dilakukan melalui penelitian terapan (applied
research). Beberapa penelitian terapan secara sengaja diarahkan pada
pengembangan produk, beberapa penelitian lain mengembangkan suatu produk secara
tidak sengaja, karena dalam penelitiannya mengandung atau menuntut pengembangan
produk.
Penelitian
dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara
penelitian dasar dengan penelitian terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan
antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian
terapan yang bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau
disambungkan dengan penelitian dan pengembangan. Sesuatu produk yang dihasilkan
tentu saja memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik
tersebut merupakan perpaduan dari sejumlah konsep, prinsip, asumsi, hipotesis,
prosedur berkenaan dengan sesuatu hal yang telah ditemukan atau dihasilkan dari
penelitian dasar.
Educational
Research and Development biasa juga disebut Research Based Development. “
Educational Research and Development is a process used to develop and validate
educational products” (Borg and Gall; 1989:772). Penelitian dan Pengembangan
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru
atau menyempurnakan produk yang telah ada. Yang dimaksud dengan produk dalam
konteks ini adalah tidak selalu berbentuk hardware (buku, modul, alat bantu
pembelajaran di kelas dan laboratorium), tetapi bisa juga perangkat lunak
(software) seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas,
perpustakaan atau laboratorium, ataupun model- model pendidikan, pembelajaran
pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen,dll.
Karakteristik
Research & Development adalah penelitian ini berbentuk “siklus” , yang
diawali dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan
suatu produk tertentu. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan
melalui penelitian R & D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan
dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik
untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku
ajar , modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji
kompetensi, penataan ruang kelas, , model unit produksi, Khusus dalam bidang
pengembangan kurikulum, para pengembang jarang menggunakan metode penelitian
dan pengembangan. Para pengembang kurikulum seringkali menggunakan metode atau
pendekatan filosofis dan akademik dan kurang memberikan perhatian pada
temuan-temuan empiris.
Pengembangan
kurikulum didasarkan atas landasan-landasan filosofis dan konseptual untuk
mencapai tujuan-tujuan ideal. Di pihak lain, pengembangan kurikulum lebih
ditekankan pada penguasaan segi-segi akademis, penguasaan bidang-bidang ilmu.
Beberapa pengembang kurikulum juga mengunakan pendekatan empiris, kurikulum
lebih diarahkan pada penguasaan pengetahuan, kemampuan, dan kecakapan- 6
kecakapan yang dibutuhkan para pengguna. Penyusunan dan penyempurnaan kurikulum
didasarkan atas fakta-fakta di lapangan menggunakan penelitian dan pengembangan
1.
R & D Versi Dick and Carey
Model
Dick – Carey adalah model desain Instruksional yang dikembangkan oleh Walter
Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural,
yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain Instruksional
disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan.
Model
Dick – Carey tertuang dalam Bukunya The Systematic Design of Instruction edisi
6 tahun 2005. Perancangan Instruksional menurut sistem pendekatan model Dick
& Carey terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses
pengembangan dan perencanaan tersebut.
Model
Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk
mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey
menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang
satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada ick and
Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan
berikutnya.
Model
ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran
menurut Dick and Carey adalah:
a.
Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b.
Melaksanakan analisi pembelajaran
c.
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d.
Merumuskan tujuan performansi
e.
Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
f.
Mengembangkan strategi pembelajaran
g.
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.
Merevisi bahan pembelajaran
j.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Berikut
penjabaran langkah-langkahnya
a.
Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).
Tahap
awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar pebelajar dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program Instruksional. Tujuan
Instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis
kinerja (performance analysis), dari penilaian kebutuhan (needs
assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar pebelajar,
dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis), atau
dari persyaratan lain untuk instruksi baru. Langkah ini sangat sesuai dengan
kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya
dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar
dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.
b.
Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis)
Langkah
ini, pertama mengklasifikasi tujuanke dalam ranah belajar Gagne, menentukan
langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan
tersebut (mengenali keterampilan bawahan / subordinat). Langkah terakhir
dalam proses analisis Instruksional adalah untuk menentukan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry
behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai
Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua
keterampilan yang telah diidentifikasi.
c.
Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts)
Langkah
ini melakukan analisis pembelajar, analisis konteks di mana mereka akan
belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan
pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan
untuk merancang strategi Instruksional.
d.
Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives)
Pernyataan-pernyataan
tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis
Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi
di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang
sukses.
e.
Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments).
Berdasarkan
tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan
butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan
siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan
diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian
yang diminta.
f.
Pengembangan Siasat Instruksional (Develop Instructional Strategy).
Bagian-bagian
siasat Instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pebelajar
termasuk kegiatan praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik,
penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.
g.
Pengembangan atau Memilih Material Instruksional (Develop and Select
Instructional Materials).
Ketika
kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk
Instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video,
komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh.
maksudnya bahan memiliki konotasi.
h.
Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct
Formative Evaluation of Instruction).
Ada
tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok
kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi
yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan Instruksional.
Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau
Instruksional di kelas.
i.
Revisi Instruksional (Revise Instruction).
Strategi
Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan
ke dalam revisi Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih
efektif.
j.
Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative
Evaluation).
Hasil-hasil
pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan.
Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/
diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
Penggunaan
model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar
(1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan
mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,
(2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan langkah–langkah yang perlu
dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
2.
Versi Borg and Gall
Menurut
Borg and Gall (1989:782), yang dimaksud dengan model penelitian dan
pengembangan adalah “a process used develop and validate educational
product”. Kadang-kadang penelitian ini juga disebut ‘research based
development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil
pendidikan, Research and Development juga bertujuan untuk menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat
praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk
meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian ini Research and
Development dimanfaatkan untuk menghasilkan model pelatihan keterampilan
sebagai upaya pemberdayaan, sehingga kemampuan masyarakat petani dalam berusaha
dapat berkembang.
Menurut
Borg dan Gall (1989: 783-795), pendekatan Reseach and Development (R
& D) dalam pendidikan meliputi sepuluh langkah, yaitu:
a.
Studi Pendahuluan
Langkah
pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literature,
penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
i. Analisis Kebutuhan: Untuk melakukan analisis
kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah produk yang akan dikembangkan
merupakan hal yang penting bagi pendidikan? 2) Apakah produknya mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada? 4)
Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?
ii. Studi Literatur: Studi literatur dilakukan
untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan
dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset
dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang
direncanakan.
iii. Riset Skala Kecil:
Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu
pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu
melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang
akan dikembangkan.
b.
Merencanakan Penelitian
Setelah
melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu
merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: 1)
merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3)
merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam
penelitian.
Langkah
ini meliputi: 1) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain
hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan
selama proses penelitian dan pengembangan; 3) menentukan tahap-tahap
pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian.
d.
Preliminary Field Test
Langkah
ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: 1) melakukan
uji lapangan awal terhadap desain produk; 2) bersifat terbatas, baik substansi
desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji lapangan awal dilakukan secara
berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun
metodologi.
e.
Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas
Langkah
ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas.
Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan
secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak
dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada
evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan
internal.
f.
Main Field Test
Langkah
merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi 1) melakukan uji
efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan
teknik eksperimen model penggulangan; 3) Hasil uji lapangan adalah diperoleh
desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
g.
Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas
Langkah
ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas
dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan
lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada
tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol.
Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang
bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil
sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
h.
Uji Kelayakan
Langkah
ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1) melakukan uji
efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan
adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; 3) hasil uji
lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi
substansi maupun metodologi.
i.
Revisi Final Hasil Uji Kelayakan
Langkah
ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan
produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada
tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat
dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai
“generalisasi” yang dapat diandalkan.
j.
Desiminasi dan Implementasi
Produk Akhir
Laporan hasil dari R & D melalui forum-forum
ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus
dilakukan setelah melalui quality control.
Teknik
analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal
dengan istilah lingkaran research dan development menurut Borg and Gall terdiri
atas :
a.
meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
b.
mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
c.
uji lapangan
d.
mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.
3.
Versi 4D
Metode
pengembangan (Development Research) dengan menggunakan pendekatan pengembangan
model 4D (four-D model). Adapun tahapan model pengembangan meliputi tahap
pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan
(develop) dan tahap ujicoba (disseminate). Tahapan yang dilakukan pada
penelitian ini baru sampai pada tahap pengembangan (develop).
Secara
garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut
a.
Tahap Pendefinisian (define).
Tujuan
tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di
awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan
perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (a) Analisis ujung
depan, (b) Analisis siswa, (c) Analisis tugas. (d) Analisis konsep, dan (e)
Perumusan tujuan pembelajaran.
b.
Tahap Perencanaan (Design ).
Tujuan
tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri
dari empat langkah yaitu, (a) Penyusunan tes acun patokan, merupakan langkah
awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun
berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi Dasar dalam
kurikukum KTSP). Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (b) Pemilihan media
yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (c) Pemilihan format.
Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji
format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara
yang lebih maju.
c.
Tahap Pengembangan (Develop).
Tujuan
tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi
berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh
para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan
mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa
yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi.
Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan
kelas sesungguhnya.
d.
Tahap penyebaran (Disseminate).
Pada
tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada
skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang
lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di
dalam KBM.
4.
Versi ADDIE
Ada
satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model
ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun
1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE
yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program
pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model
ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a.
Analysis (analisa)
b.
Design (disain / perancangan)
c.
Development (pengembangan)
d.
Implementation (implementasi/eksekusi)
e.
Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Langkah
1: Analisis
Tahap
analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh
peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).
Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik
atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi
kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
a.
Analisis Kinerja
Analisis Kinerja
dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang
dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau
perbaikan manajemen.
Contoh :
i. Kurangnya pengetahuan
dan ketrampilan menyebabkan rendahnya kinerja individu dalam organisasi atau
perusahaan, hal ini diperlukan solusi berupa penyelenggaraan program
pembelajaran.
ii. Rendahnya motivasi
berprestasi, kejenuhan, atau kebosanan dalam bekerja memerlukan solusi
perbaikan kualitas manajemen.Misalnya pemberian insentif terhadap prestasi
kerja, rotasi dan promosi, serta penyediaan fasilitas kerja yang memadai.
b.
Analisis Kebutuhan
Analisis
kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan
kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk
meningkatkan kinerja atau prestasi belajar. Hal
ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari
masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Pada
saat seorang perancang program pembelajaran melakukan tahap analisis, ada dua
pertanyaan kunci yang yang harus dicari jawabannya, yaitu :
i. Apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,
dibutuhkan oleh siswa?
ii. Apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,
dapat dicapai oleh siswa?
Jika
hasil analisis data yang telah dikumpulkan mengarah kepada pembelajaran sebagai
solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran yang sedang dihadapi, selanjutnya
perancang program pembelajaran melakukan analisis kebutuhan dengan cara
menjawab beberapa pertanyaan lagi.
Pertanyaannya sebagai berikut :
Pertanyaannya sebagai berikut :
a.
Bagaimana karakteristik siswa yang akan mengikuti program pembelajaran?
(learner analysis )
b.
Pengetahuan dan ketrampilan seperti apa yang telah dimiliki oleh
siswa?(pre-requisite skills)
c.
Kemampuan atau kompetensi apa yang perlu dimiliki oleh siswa? (task atau goal
analysis)
d.
Apa indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan bahwa siswa
telah mencapai kompetensi yang telah ditentukan setelah melakukan pembelajaran?
(evaluation and assessment)
e.
Kondisi seperti apa yang diperlukan oleh siswa agar dapat memperlihatkan
kompetensi yang telah dipelajari? (setting or condition analysis)
Langkah
2: Desain
Tahap
ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan,
maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus
ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama
merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan
realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita
pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula
sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan
belajar yang seperti apa seharusnya, dan lainlain. Semua itu tertuang dalam
sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Langkah
3: Pengembangan
Pengembangan
adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan.
Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan
modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan
lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus
disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah
uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian
dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi
formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang
sedang kita kembangkan.
Langkah
4: Implementasi
Implementasi
adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita
buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset
sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah
diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting
tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario
atau desain awal.
Langkah
5: Evaluasi
Evaluasi
adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun
berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa
terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat
tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan
revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk
evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap
rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji
coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok
kecil dan lainlain.
5.
Versi Kemp
Secara
singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah
bahan ajar, yaitu:
a. Menentukan
tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap
topiknya;
b.
Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
c. Menetapkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan
tolak ukur perilaku pelajar;
d.
Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
e. Pengembangan
prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar dan
pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
f. Memilih
aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau
menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah menyelesaikan
tujuan yang diharapkan;
g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau
sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan,
dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran;
h. Mengevaluasi
pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta
melihat kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari
perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang
dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
E.
METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode
eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas
tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains,
penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena
variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi
proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode ini,
peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain
yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap variabel terikat.
Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu karakteristik yang
membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-penelitian lain.
Eksperimen
sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas,
yang disebut sebagai variabel eksperimental. Eksperimen adalah suatu cara untuk
mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan
faktor-faktor lain yang mengganggu.
Ada
tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
1.Manipulasi,
dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai
sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh
perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2.Pengendalian,
dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai
dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau
membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variabel.
3.Pengamatan,
dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada
pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel
lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
Prosedur
Penelitian
Prosedur
penelitian eksperimental pada dasarnya sama dengan penelitian lain, yakni;
memilih dan merumuskan masalah, memilih subyek dan instrumen pengukuran, memilih
desain penelitian, melaksanakan prosedur, menganalisis data, dan merumuskan
kesimpulan.
Validitas
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan eksternal.
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan eksternal.
1.Validitas Internal
Validitas
ini mengacu pada kondisi bahwa perbedaan yang diamati pada variabel bebas adalah
suatu hasil langsung dari variable bebas yang dimanipulasi dan bukan dari
variabel lain. Delapan ancaman utama terhadap validitas internal, antara lain:
•Historis, dimana munculnya suatu kejadian yang bukan bagian dari perlakuan dalam eksperimen yang dilakukan, tetapi mempengaruhi model, karakter, dan penampilan variabel bebas.
•Maturasi, dimana terjadi perubahan fisik atau mental peneliti atau obyek yang diteliti yang mungkin muncul selama suatu periode tertentu yang mempengaruhi proses pengukuran dalam penelitian.
•Historis, dimana munculnya suatu kejadian yang bukan bagian dari perlakuan dalam eksperimen yang dilakukan, tetapi mempengaruhi model, karakter, dan penampilan variabel bebas.
•Maturasi, dimana terjadi perubahan fisik atau mental peneliti atau obyek yang diteliti yang mungkin muncul selama suatu periode tertentu yang mempengaruhi proses pengukuran dalam penelitian.
•Testing,
dimana sering terjadi ketidak efektifan suatu penelitian yang menggunakan
metode test karena suatu kegiatan test yang dilakukan dengan menggunakan pra
test dan post test, apalagi dengan rentang waktu yang cukup panjang, dan
terkadang nilai pra test dan post test yang sama.
•Instrumentasi,
instrumentasi sering muncul karena kurang konsistensinya instrumen pengukuran
yang mungkin menghasilkan penilaian performansi yang tidak valid. Dimana jika
dua test berbeda digunakan untuk pratest dan postest, dan test-test tersebut
tidak sama tingkat kesulitannya, maka instrumentasi dapat muncul.
•Regresi Statistik, dimana regresi statistik ini sering muncul bila subyek dipilih berdasarkan skor ekstrem dan mengacu pada kecenderungan subyektif yang memiliki skor yang paling tinggi pada pratest ke skor yang lebih rendah pada postes, begitupun sebaliknya.
•Seleksi subyek yang berbeda, dimana biasanya muncul bila kelompok yang ada digunakan dan mengacu pada fakta bahwa kelompok tersebut mungkin berbeda sebelum kegiatan penelitian dimulai.
•Regresi Statistik, dimana regresi statistik ini sering muncul bila subyek dipilih berdasarkan skor ekstrem dan mengacu pada kecenderungan subyektif yang memiliki skor yang paling tinggi pada pratest ke skor yang lebih rendah pada postes, begitupun sebaliknya.
•Seleksi subyek yang berbeda, dimana biasanya muncul bila kelompok yang ada digunakan dan mengacu pada fakta bahwa kelompok tersebut mungkin berbeda sebelum kegiatan penelitian dimulai.
•Mortalitas,
dimana sering terjadi bahwa subyek yang terkadang drop out dari lingkup
penelitian dan memiliki karakteristik kuat yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
•Interaksi seleksi Maturasi, dimana satu kelompok akan termaturasi dengan hasil kelompok lain tanpa melalui perlakuan.
•Interaksi seleksi Maturasi, dimana satu kelompok akan termaturasi dengan hasil kelompok lain tanpa melalui perlakuan.
2.Validitas
Eksternal
Validitas
ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan
kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke
populasi yang lain pada waktu dan kondisi yang lain.
Beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
Beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
•Interaksi
Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda
pada setiap perlakuan karena mengikuti prates.
•Interaksi
Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara
acak sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan
internal.
•Spesifisitas
Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan generalisabilitas
dari desain eksperimental yang digunakan.
•Pengaturan
Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana
penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
•Interferensi
Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih
dari satu perlakuan dalam pergantian.
•Kontaminasi
dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti
mempengaruhi hasil penelitian.
Desain
Penelitian Eksperimental
1.Pengontrolan
Variabel Luar
2.Pemadanan,
yaitu suatu teknik untuk penyamaan kelompok pada satu atau lebih variabel yang
telah diidentifikasi peneliti sebagai berhubungan dengan performansi pada
variabel terikat
3.Perbandingan
Kelompok atau Subkelompok Homogen
4.Penggunaan
Subjek sebagai pengendalian diri mereka sendiri
5.Analisis
Kovarian, yaitu suatu metode statistik untuk penyamaan kelompok yang dibentuk
secara random pada satu atau lebih variabel terkontrol.
Jenis-Jenis
Desain Penelitian Eksperimental
Kriteria-kriteria
untuk suatu desain penelitian eksperimental yang baik, diantaranya;
•Kontrol
eksperimental yang memadai
•Mengurangi
artifisialitas (dalam merealisasikan suatu hasil eksperimen ke non-eksperimen)
•Dasar
untuk perbandingan dalam menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
•Informasi
yang memadai dari data yang akan diambil untuk memutuskan hipotesis
•Data
yang diambil tidak terkontaminasi dan memadai dan mencerminkan pengaruh
∙Tidak
mencampurkan variabel yang relevan agar variabel lain tidak mempengaruhi
•Keterwakilan
dengan menggunakan randomisasi aspek-aspek yang akan diukur
•Kecermatan
terhadap karakteristik desain yang akan dilakukan
Dengan
demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti membutuhkan
perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan.
Desain eksperimental diklasifikasikan dalam dua kategori yakni:
1.Desain Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang dimanipulasi) yang terdiri atas;
1.Desain Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang dimanipulasi) yang terdiri atas;
•Pra-Experimental
Designs (non-designs)
Dikatakan
pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang
ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil
eksperimen yang merupakan variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena
tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random).
Bentuk pra-experimental designs antara lain:
a.One-Shot
Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Dimana
dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment
(perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai
variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam
eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur
hasilnya.
b.One
Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau
pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c.Intact-Group
Comparison
Pada
desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi
dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
•True
Experimental Design
Dikatakan
true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain
ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan
penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah
bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol
diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya
kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true
experimental terbagi atas :
a.Posstest-Only
Control Design
Dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan disebut kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design
Dalam desain ini
terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok control
c.The Solomon
Four-Group Design
Dalam desain ini,
dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok
diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan
satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat
kelompok ini diberi posttest.
•Quasi Experimental
Design
Bentuk desain
eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit
dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari
pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada
kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan
administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian
para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan
prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan
dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain
Quasi Experimental.
Desain eksperimen model
ini diantarnya sebagai berikut:
a.Time Series Design
Dalam desain ini
kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.
Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum
diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan
tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan
jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya
menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b.Nonequivalent Control
Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
c.Conterbalanced Design
Desain ini semua
kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang
berbeda-beda, dan dilakukan secara random
2.Desain
Faktorial, yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas
(sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi).
Desain faktorial secara
mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan membolehkan
penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual dan dalam
interaksi satu sama lain.
Tujuan dari desain ini
adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat
digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah
efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel
kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak
dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
A. PENGERTIAN
Pendekatan
survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan
untuk pemngumpulan data yang luas dan banyak.
Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan.
Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei dilakukan secara sistematis dan berencana. Pemerintah, lembaga dan sebagainya sebelum mengadakan survei sudah ditentukan: siapa pelaksananya, dilaksanakan dimana, kapan, berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa saja yang dikumpulkan, menggunakan instrumen apa, bagaimana cara menarik kesimpulan, dan bagaimana cara melaporkan.
Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan.
Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei dilakukan secara sistematis dan berencana. Pemerintah, lembaga dan sebagainya sebelum mengadakan survei sudah ditentukan: siapa pelaksananya, dilaksanakan dimana, kapan, berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa saja yang dikumpulkan, menggunakan instrumen apa, bagaimana cara menarik kesimpulan, dan bagaimana cara melaporkan.
Van Dalen
mengatakan : Their objective ( of survey ) may not merely be to as certain
status, but also to determine the adequacy of status by comparing it with
selected or established standards, norms or criteria. Jadi survei bukanlah
hanya bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan
kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih
atau ditentukan. Disamping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu
hipotesis.
B. MACAM-MACAM PENDEKATAN SURVEY
Dikatakan oleh
Van Dalen bahwa studi survei merupakan bagian dari studi deskriptif dan
meliputi :
1. School
Survey yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan situasi
belajar, proses belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan
murid dan hal-hal yang menunjang proses belajar mengajar.
2. Job Analysis
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas umum dan
tanggung jawab para karyawan, aktifitas khusus yang dibutuhkan, keterlibatan,
dan fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya dan fasilitas.
3. Analysis
Dokumen. Istilah lain adalah analisis isi (content analysis), analisis
aktivitas atau analisis informasi. Contoh kegiatannya : meneliti dokumen,
menganalisis peraturan, hukum, keputusan-keputusan.
Analisis dokumen juga dapat dilakukan untuk menganalisis isi buku dengan menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar, dan sebagainya untuk mengetahui klasifikasi buku-buku tersebut.
Analisis dokumen juga dapat dilakukan untuk menganalisis isi buku dengan menghitung istilah, konsep, diagram, tabel, gambar, dan sebagainya untuk mengetahui klasifikasi buku-buku tersebut.
4. Public
Opinion Surveys. Survey ini bertujuan
untuk mengetahui pendapat umum tentang suatu hal misalnya tentang rehabilitasi
suatu bangunan bersejarah, tentang jalan satu jurusan, pemasangan lampu lalu
lintas, dan sebagainya.
5. Community
Surveys. Survey ini juga disebut
“social surveys” atau “field surveys” karena di dalam survey ini peneliti
bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan mendalam.
Walaupun kelihatannya survey ini menyangkut masyarakat, namun sangat erat
hubungannya dengan survey sekolah. Dalam hal ini sekolah dapat menggali data di
masyarakat yang biasa membantu lancarnya roda persekolahan.
C. Contoh Pendekataan Survei
1. BP3K departemen Pdan K
mengadakan survei tenteng kualitas pendidikan anak kelas 6 SD tahun di seluruh Indonesia tahun
1976. survei tersebut bermaksud untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas
pendidikan yang tercermin dari daya serap beberapa bidang studi yang diajarkan
di SD. Di dalam survei tersebut dikumpulkan pula data tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat belajar belajar siswa.
2. Sebelum membangun bendungan
Asahan departemen PUTL bersama-bersama dengan Departemen perindustrian
mengadakan survei ke daerah sekitar danau Toba dan Sungai Asahan. Survei
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kemugkinan membangun bendungan serta
menfaatnya bagi perindustrian di sekitar pembangunan bendungan tersebut.
3. Sekelompok mahasiswa
mengadakan survei ke suatu daerah yang akan digunakan sebagai kancah
pelaksanaan KKN. Survei tersebut bertujuan untuk memperoleh data tentang
keadaan daerah baik fisik, lokasi serta sumber alam yang merupakan akomodasi,
serta keadaan interaksi social daerah itu, adapt-adat, pencaharian, kebiasaan
dan sebagainya yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
BAB IV
KESIMPULAN
Penelitian
atau
research berasal dari kata re dan to search yang berarti mencari kembali
yang menunjukkan adanya proses berbentuk siklus bersusun yang selalu
berkesinambungan.. Penelitian dimulai
dari hasrat keingintahuan dan permasalahan, dilanjutkan dengan pengkajian landasan
teoritis yang terdapat dalam kepustakaan untuk mendapatkan jawaban sementara
atau hipotesis. Selanjutnya direncanakan dan dilakukan pengumpulan data untuk
menguji hipotesis yang akan diperoleh kesimpulan dan jawaban permasalahan.
Dalam proses pemecahan masalah dan dari jawaban permasalahan tersebut akan
timbul permasalahan baru, sehingga akan terjadi siklus secara
berkesinambungan.
Penelitian
adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu
proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena (Kerlinger, 1986:
17-18).
Jenis-Jenis Metode Penelitian Pendidikan :
1. Penelitian Ex Post Facto; yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut
2. Penelitian Sejarah; berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan sintesa data diperoleh, sehingga ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan.
3. Action Research; merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktifitas lembaga dapat meningkat. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah: 1) situasi, 2) perilaku, 3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja, dan pranata.
4. R & D : Pada awalnya, metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) mulai diterapkan pada dunia industri dan merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan produk-poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang industri, bahkan untuk bidang-bidang tertentu (komputer, farmasi) hampir melebihi 4% (Borg and Hall:1989). Dalam bidang sosial dan pendidikan, peranan Research and Development masih sangat kecil dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan.Unfortunately, R & D still plays a minor role in education. Less than one percent of education expenditures are for this purpose. This is probably one of the main reason why progress in education has logged for behind progress in other field.
5. Penelitian Eksperimen; yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Variabel independennya dimanipulasi oleh peneliti.
6. Penelitian Survey; penelitian yang dilakukan pada popolasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosilogis maupun psikologis..
Menurut kami metode penelitian yang paling baik adalah
yang sesuai dengan obyek yang ada, sesuai SDM, dan kemampuan finansial. Jadi
metode apapun baik, tergantung si peneliti itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar