MODUL BIMTEK PENINGKATAN PERAN
SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR
A.
Identitas Materi
B. Tujuan
Peserta dapat memahami dan
mengembangkan program pencitraan publik di sekolah dasar sesuai dengan gugus binaan
C. Indikator
- Menjelaskan pentingnya pencitraan publik di sekolah dasar pada TPS di gugus binaan
- Mengemukakan makna pencitraan publik di sekolah dasar di gugus binaan
- Menjelaskan prinsip-prinsip pencitraan publik di sekolah dasar pada TPS di gugus binaan
- Menggali strategi dan teknik pencitraan publik di sekolah dasar di gugus binaan
- Mengembangkan bentuk-bentuk pencitraan publik sekolah dasar di gugus binaan
- Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat dilibatkan dalam pencitraan publik di sekolah dasar di gugus binaan
- Mengidentifikasi efek positif yang diharapkan muncul dalam pencitraan publik di sekolah dasar pada gugus binaan
- Menganalisis perilaku Tim Pengembang Sekolah yang diharapkan mampu meningkatkan pencitraan sekolah pada dengan gugus binaan
D. Uraian Materi
Bahan
Bacaan.
- Pentingnya Pencitraan Publik di Sekolah Dasar
Dewasa ini persaingan antar sekolah, terutama
dalam hal kualitas proses dan hasil pendidikan, sudah sangat ketat dan terbuka.
Salah satu upaya sekolah untuk memenangkan persaingan tersebut adalah membangun
citra sekolah di mata masyarakat (publik). Persepsi warga
sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua murid) dan masyarakat
tentang citra sekolah merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi warga
sekolah dan masyarakat. Semakin baik persepsi warga sekolah dan masyarakat
terhadap citra suatu sekolah, maka semakin tinggi pula partisipasi warga
sekolah dan masyarakat terhadap sekolah tersebut. Untuk itu, sekolah harus dapat
membangun citra yang baik agar dapat menjalin hubungan baik dengan masyarakat
serta diminati oleh masyarakat.
Membangun
citra sekolah memang bukan merupakan hal yang mudah. Untuk itu, sekolah harus
mampu mengenali potensi yang dimiliki serta
mengkaitkannya dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat. Keberhasilan
mengkaitkan kedua hal tersebut akan melahirkan program-program unggulan, yang
pada akhirnya akan mampu meningkatkan citra sekolah. Salah satu indikator utama untuk mengukur keberhasilan
membangun citra suatu sekolah adalah berapa jumlah peserta didik yang mendaftar
dan diterima di suatu sekolah, berapa tinggi peran serta masyarakat, serta
bagaimana prestasi siswa di suatu sekolah. Jumlah peserta didik yang mendaftar
di suatu sekolah dipengaruhi oleh citra sekolah di mata masyarakat, sedangkan
kualitas pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh seberapa tinggi peran
serta masyarakat terhadap suatu sekolah.
- Makna Pencitraan Publik di Sekolah Dasar
Citra adalah gambaran yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) mengenai pribadi, atau organisasi (diadaptasi
dari Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dengan demikian, citra sekolah adalah
gambaran yang memberikan kesan yang kuat pada seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) tentang suatu sekolah. Dalam hal ini, citra sekolah dapat bersifat
positif, dan dapat bersifat negatif. Namun yang dimaksudkan dalam kajian ini,
adalah citra sekolah yang bersifat positif yakni yang mengambarkan citra
sekolah unggul dengan berbagai perangkatnya.
Upaya pencitraan suatu sekolah dimaksudkan untuk mewujudkan
visi dan misi sekolah. Untuk itu, upaya pencitraan suatu sekolah harus
merupakan bagian integral dari program sekolah dan berbasis pada visi dan misi
sekolah.
3. Prinsip-prinsip Pencitraan Publik
Sekolah Dasar
Upaya pencitraan sekolah merupakan
upaya kolektif yang melibatkan semua unsur yang ada di sekolah, seperti kepala
sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua murid. Masing-masing
unsur tersebut memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Jika salah satu
unsur sekolah bekerja kurang optimal
maka upaya pencitraan sekolah tidak akan dapat mencapai hasill yang maksimal.
Untuk itu upaya pencitraan sekolah harus dirancang secara cermat dengan
melibatkan semua unsur sekolah dan memberdayakan semua potensi yang ada di
suatu sekolah.
Merancang atau membangun citra sekolah harus berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.
Berdasarkan visi dan misi sekolah,
artinya upaya pencitraan sekolah harus mengacu pada visi dan misi sekolah dan
tidak boleh bertentangan dengan visi dan misi sekolah;
b.
Kebersamaan dan
komitmen artinya upaya pencitraan sekolah melibatkan semua unsur sekolah
sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing dengan
penuh tanggungjawab.
c.
Memberdayakan seluruh potensi yang
ada, artinya upaya pencitraan sekolah harus mengoptimalkan seluruh potensi yang
dimiliki sekolah;
d.
Kesungguhan dan keikhlasan, artinya
upaya pencitraan sekolah harus dirancang dan dilaksanakan secara
sungguh-sungguh dan semata-mata untuk peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah;
e.
Keterbukaan dan kejujuran, artinya
upaya pencitraan sekolah harus didasarkan pada kondisi riil di sekolah, serta
dapat diakses secara mudah oleh masyarakat; dan
f.
Adanya keinginan untuk berubah,
artinya pencitraan sekolah dilakukan seiring dengan tuntutan perubahan yang
ada.
4. Strategi dan Teknik Pencitraan Publik Sekolah Dasar
Banyak upaya/strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan
pencitraan publik. Upaya/strategi pencitraan sekolah tersebut adalah sebagai
berikut.
a.
Peningkatan kerja kepala sekolah,
pendidik, dan tenaga kependidikan;
b.
Keikutsertaan sekolah dalam
kegiatan-kegiatan lomba sekolah dan siswa;
c.
Membangun jaringan kerja (network) dengan orang tua murid dan
masyarakat;
d.
Peningkatan layanan akademik dan
non-akademik yang prima; dan Kepemilikan
peringkat akreditasi sekolah yang baik.
Ada banyak teknik yang dapat
dipergunakan oleh sekolah dasar dalam melakukan pencitraan publik, yaitu:
- Pameran sekolah.
- Publikasi kegiatan positif sekolah
- Pertemuan sekolah dengan orang tua dan tokoh masyakat
- Jurnalisme warga sekolah (School citizen jurnalisme)
- Konferensi Pers
- Website Sekolah
- Gelar prestasi sekolah
- Testimoni elit tentang prestasi sekolah
- Pelibatan warga sekolah dalam kepemimpinan publik (masyarakat).
- Bakti sosial sekolah
o.
Membuat
berbagai even dan kegiatan yang mampu memobilisasi masyarakat
Upaya-upaya tersebut diharapkan mampu membangun persepsi
siswa dan masyarakat tentang citra sekolah menjadi lebih baik. Persepsi siswa
yang baik tentang citra sekolah akan berdampak meningkatnya motivasi belajar
siswa, sedangkan peningkatan persepsi masyarakat tentang citra sekolah yang
baik akan berdampak pada meningkatnya peran serta masyarakat terhadap
pendidikan di sekolah.
- Bentuk-bentuk Pencitraan Publik Sekolah Dasar
Ada
banyak bentuk pencitraan publik di sekolah dasar, di antaranya adalah: (1)
pencitraan yang terkait dengan lingkungan fisik sekolah, (2) pencitraan yang
terkait dengan pelayanan yang diberikan, (3) pencitraan yang terkait dengan
pembelajaran, (4) pencitraan yang
terkait dengan sikap dan perilaku warga
sekolah, (5) pencitraan yang terkait dengan transparansi program dan anggaran
sekolah, (6) pencitraan yang terkait dengan prestasi akademik dan non akademik
sekolah; dan (7) pencitraan yang terkait dengan keberadaan alumni.
- Pencitraan yang terkait dengan lingkungan fisik sekolah
Lingkungan
fisik sekolah yang menarik akan memberikan citra positif di mata publik. Pekarangan
dan lingkungan fisik sekolah hendaknya ditata semenarik mungkin sehingga
memberikan citra positif. Pepohonan dan
aneka macam tanaman hendaknya kelihatan terawatt agar menunjukan kepada public
bahwa warga sekolah mampu merawat diri dan lingkungannya dengan baik.
Ruang kelas tempat peserta didik
belajar, hendaknya berada dalam keadaan menyenangkan ketika dipandang,
ditempati dan dipergunakan untuk melakukan aneka macam aktivitas. Terdapat
dekorasi, asesori dan aneka pajangan karya siswa yang menunjukkan bahwa
penghuninya adalah orang-orang terpelajar yang dapat dicontoh oleh masyarakat
kebanyakan.
- Pencitraan yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.
Selain
cepat dan benar saat memberikan pelayanan, warga sekolah yang bertugas
memberikan pelayanan pendidikan juga menunjukkan citra diri sebagai orang yang
terpelajar. Dalam memberikan layanan, tenaga pendidik dan kependidikan
menunjukkan frendly (ramah dan bersahabat),
memperlakukan orang yang dilayani sebagai pelanggan. Jangan sampai pihak yang
dilayani kecewa terhadap jenis pelayanan apapun yang diberikan, sehingga pihak
yang dilayani menjadi respek.
- Pencitraan yang terkait dengan pembelajaran.
Pembelajaran yang menyenangkan dan
ramah anak akan memberikan citra positif, karena apapun yang diterima oleh anak
di sekolah senantiasa diceritakan kepada orang tua. Proses pembelajaran yang
benar dan bervariasi sesuai dengan kompetensi yang akan dibentuk, akan menghantarkan
peserta didik pada pencapaian prestasi optimal.
Kepedulian guru terhadap kesulitan
siswa saat pembelajaran, menjadi poin yang harus selalu diupayakan, karena
selain sebagai pengajar dan pendidik, guru juga sekaligus sebagai problema
solver. Aneka macam, masalah siswa, yang menuntut pemecahan, hendaknya juga
menjadi perhatian guru, karena hal tersebut berkaitan juga dengan prestasi
anak.
- Pencitraan yang terkait dengan sikap dan perilaku warga sekolah.
Selama
berkomunikasi secara internal, antar warga sekolah hendaknya dikondisikan agar
selalu tampak baik. Kebiasan baik yang terbentuk di lingkungan internal ini,
akan ditransfer ketika berkomunikasi dengan pihak eksternal. Oleh karena itu,
pembentukan kebiasaan untuk bersikap dan berperilaku baik selama di sekolah,
akan terbawa serta ketika mereka berhadapan dengan pihak luar. Hal ini akan
membuat citra positif pihak luar terhadap sekolah.
- Pencitraan yang terkait dengan transparansi program dan anggaran sekolah.
Kepercayaan
publik (public trust), dapat ditumbuhkan oleh sekolah dengan menunjukkan
citra jujur. Citra jujur tersebut, hendaknya ditunjukkan oleh sekolah pada
pelaksanaan seluruh program sekolah, dan lebih-lebih dalam soal pengelolaan
anggaran. Oleh karena itu, anggaran hendaknya dikelola secara jujur dan
transparan dengan menggunakan prinsip-prinsip akutansi keuangan. Pelaporan
kepada pihak-pihak berkepentingan tentang pemasukan dan pengeluaran anggaran,
akan mampu menaikkan trust publik
kepada sekolah. Pemajangan pemasukan dan pengeluaran anggaran pada
tempat-tempat yang mudah diakses oleh publik, akan mampu meningkatkan citra
sekolah di mata publik.
- Pencitraan yang terkait dengan prestasi akademik dan non akademik sekolah.
Hampir semua sekolah yang prestasi
akademik dan non akademiknya tinggi, selalu menjadi sekolah vavorit. Oleh
karena itu, usaha keras untuk mencapai prestasi akademik dan non akademik
haruslah dilakukan oleh warga sekolah. Ketika prestasi akademik dan non
akademik diraih, seberapapun prestasi tersebut, hendaknya dikomunikasikan
kepada publik, karena terkait dengan citra baik suatu sekolah. Oleh karena itu,
acara gelar prestasi akademik dan non akademik, yang mengundang semua lapisan
masyarakat menjadi penting, agar masyarakat tahu dengan nyata tentang prestasi
sekolah.
- Pencitraan yang terkait dengan keberadaan alumni.
Keberadaan alumni sekolah dasar, baik
yang berada pada jenjang SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, dapat
dikomunikasikan kepada mayarakat. Terutama alumni yang berada pada sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang baik
(unggul). Bahkan alumni sekolah dasar yang sudah bekerjapun, terutama pada
pekerjaan-pekerjaan atau jabatan-jabatan yang strategis, juga perlu diketahui
oleh masyarakat.
Oleh karena itu, studi penelurusan
alumni (tracer study) sangatlah
penting dilakukan oleh sekolah guna mengetahui keberadaan alumni. Pada
momen-momen tertentu, para alumni ini dapat diminta untuk berbicara kepada
publik, untuk menyampaikan testimoninya tentang sekolah dasar di mana yang
bersangkutan pernah dididik.
- Pihak-pihak yang Dapat Dilibatkan dalam Pencitraan Publik
Siapa
sajakah yang dapat dilibatkan dalam pencitraan publik di sekolah Dasar? Semua
warga sekolah hendaknya dilibatkan dalam pencitraan publik di sekolah dasar.
Selain itu, kepala sekolah perlu melibatkan pihak luar, baik kelompok-kelompok
strategis maupun totoh berpengaruh dalam pencitraan publik sekolah dasar.
Warga
sekolah yang dapat dilibatkan dalam pencitraan publik adalah: kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan (tenaga administrasi sekolah), siswa., dan komite. Pihak
luar dari kelompok strategis yang dapat
dilibatkan dalam pencitraan publik sekolah dasar adalah: Birokrasi bidang pendidikan, NGO yang peduli
pendidikan, interest group yang
berkepentingan dengan pendidikan, mitra-mitra sekolah yang selama ini telah
menjalin kerja sama dengan sekolah, lembaga pendidikan mitra yang selama
bekerja sama dengan sekolah, dan masih banyak lagi. Sementara itu, pihak luar
dari unsur tokoh perorangan yang dapat dilibatkan dalam pencitraan publik
adalah: elit intelektual/akademikus, rohaniawan, usahawan, dan industriawan yang
selama ini sudah bekerja sama dengan sekolah. Suara mereka dalam membentuk
opini publik (public oponion)
sangatlah penting dalam usaha mengangkat citra positif sekolah.
- Efek Positif yang Diharapkan dan Efek Negatif yang Direduksi dengan Pencitraan Publik
Pencitraan publik bukan dimaksudkan untuk mengemas
ketidak-baikan sekolah menjadi terkesan baik, melainkan untuk mengemas dengan
baik apa yang sudah dikerjakan oleh sekolah untuk dikomunikasikan kepada
publik. Harapannya, hal-hal positif yang sudah diperbuat tersebut, diketahui
oleh publik dengan keadaan yang senyatanya.
Dengan demikian, efek postif pencitraan publik sekolah
dasar yang dikehendaki adalah:
a.
Publik mengetahui program, implementasi program, dan apa
saja yang telah dilakukan oleh sekolah
dasar.
b.
Publik mempersepsi positif terhadap program, implementasi
program, dan apa saja yang telah
dilakukan oleh sekolah dasar.
c.
Publik percaya (trust) terhadap amanat untuk mendidik anak yang dilakukan
oleh sekolah dasar.
d.
Publik merasa memiliki (sens of belongingnes) terhadap
apa saja yang telah dilakukan oleh sekolah dasar.
e.
Publik memberikan respon positif, kritik konstruktif dan
masukan berharga bagi kemajuan sekolah dasar.
f.
Publik bersedia memberikan dukungan (support) dan bantuan baik material maupun moral untuk kemajuan
sekolah dasar.
g.
Publik akan secara terus menerus mengawal sekolah dasar
agar berkinerja sesuai dengan yang diharapkan (Imron, 2014).
Jika efek positif ini digambarkan, sebagaimana pada
diagram 7.1.
Diagram .7.1. Efek Positif Pencitraan Publik Sekolah Dasar (Diadopsi dari
Imron, 2014).
Sementara itu, efek negatif yang hendaknya
direduksi dengan bergbagai aktivitas pencitraan publik adalah:
- Publik tidak mengenal/memahami program sekolah dasar.
- Publik menduga-duga apa yang telah dikerjakan oleh sekolah dasar.
- Publik cenderung mempersepsi negatif terhadap program sekolah dasar.
- Publik curiga terhadap apa yang dikerjakan oleh sekolah dasar.
- Publik tidak percaya terhadap sekolah dasar
- Publik acuh tak acuk/masa bodoh terhadap sekolah dasar
- Publik menolak program-program yang dikembangkan oleh sekolah dasar ((Imron, 2014).
Jika efek
negatf ini digambarkan, sebagaimana pada
diagram 4.1.
Diagram 7.1. Efek
Negatif yang Harus Diredukdi dalam Pencitraan Publik Sekolah
Dasar (Diadopsi dari
Imron, 2014).
- Perilaku Tim Pengembang Sekolah yang Diharapkan Mampu Meningkatkan Pencitraan Sekolah
Agar pelayanan publik di sekolah bisa memuaskan customer, dan sekaligus meningkatkan citra positif sekolah, sejumlah perilaku pelayanan haruslah dapat diinternalisasikan dan bahkan ditunjukkan oleh Tenaga pendidik dan kependidikan dalam memberikan layanan kepada customer-nya. Sejumlah perilaku pelayanan tersebut, menyangkut waktu,relevansi layanan, kecermatan, hepful dan friendly, responsif, proaktif, profesionalitas, kapabel dan cakap (Imron, 2007).
Terkait dengan waktu:
a.
Tim Pengembang Sekolah
memahami ketepatan waktu sangat
penting diperhatikan dalam memberikan layanan kepada customer.
b.
Tim Pengembang Sekolah
mengetahui target waktu yang
diperlukan untuk memberikan layanan kepada customer.
c.
Tim Pengembang Sekolah
selalu mengusahakan memberikan
layanan kepada customer lebih cepat
dari batasan waktu yang ditetapkan.
d.
Tim Pengembang Sekolah
jika dirasakan perlu, meluangkan
waktu melebihi dari waktu yang ditetapkan dalam memberikan layanan kepada customer.
Terkait dengan relevansi layanan :
a. Tim Pengembang Sekolah dapat
memposisikan diri sesuai dengan TUPOKSI dalam memberikan layanan kepada customer.
b.
Tim Pengembang Sekolah menyadari
keterkaitan TUPOKSI dengan keseluruhan layanan yang diberikan.
c. Tim Pengembang Sekolah memahami dan mampu mempraktikkan TUPOKSI-nya
dalam rangka pemberian layanan kepada customer.
- Tim Pengembang Sekolah mendahulukan kepentingan customers, sehingga mereka merasakan kepuasan dari layanan yang diterimanya.
Terkait
dengan kecermatan pelayanan
:
a.
Tim Pengembang Sekolah
memahami langkah-langkah kerja
yang harus dilalui sebelum memberikan layanan.
b.
Tim Pengembang Sekolah
menggunakan peralatan bantu
untuk kecepatan dan ketepatan proses dalam memberikan layanan kepada customer.
c.
Tim Pengembang Sekolah
berupaya melakukan check and recheck atas hasil layanan
yang diberikan kepada customer.
d.
Tim Pengembang Sekolah
memiliki sense perfective atas segala layanan yang dilakukannya.
e.
Tim Pengembang Sekolah
memiliki inisiatif untuk
melakukan upaya pencegahan terhadap kesalahan/kelemahan/hambatan dari layanan
kepada customer.
Terkait dengan hepful dan friendly.: :
a.
Tim Pengembang Sekolah menyadari, bahwa keberadaan dirinya
sangat banyak ditentukan oleh keberadaan customer-nya.
b.
Tim Pengembang Sekolah menyadari, bahwa tanpa ada customer,
sesungguhnya dirinya tidak akan punya fungsi dan peran apapun dalam lingkup
pekerjaannya.
c.
Tim Pengembang Sekolah menyadari, bahwa customer
adalah segalanya, karena itu ia senantiasa berpikir bahwa keberadaaan dirinya
adalah untuk membantu mereka.
d.
Tim Pengembang Sekolah merasa bangga dan senang, jika
persoalan yang dimiliki oleh customer sedikit banyak telah terpecahkan
melalui bantuan dan pekerjaan yang ia lakukan.
e.
Tim Pengembang Sekolah menyadari, bahwa yang menjadi
pelayan adalah dirinya, karena itu ia tidak pernah berpikir bahwa customer-lah
yang harus melayani dirinya.
f.
Ketika memberikan layanan, Tim Pengembang Sekolah melakukannya dengan sungguh-sungguh.
g.
Dalam memberikan layanan, Tim Pengembang Sekolah melakukannya
dengan senang hati.
h.
Dalam memberikan layanan, Tim Pengembang Sekolah menunjukkan wajah
yang ramah, menyenangkan, smile, tidak sangar.
i.
Dalam memberikan pelayanan, Tim
Pengembang Sekolah
memperlakukan pihak yang dilayani sebagai customer
(pelanggan).
j.
Jika Tim Pengembang Sekolah mempunyai persoalan (pribadi,
sosial, pekerjaan), tidak dibawanya ke tempat kerja, apa lagi sampai
berpengaruh terhadap cara memberikan layanan kepada customer-nya.
Terkait
dengan Responsiveness dan pro-aktif :
a.
Tim Pengembang Sekolah senantiasa berpikir dan berangan-angan,
kapan ia harus melayani customer-nya. Bukan sebaliknya, kapan ia
berhenti tidak memberikan pelayanan kepada customer.
b.
Tim Pengembang Sekolah menyadari, bahwa pekerjaan melayani customer
adalah tanggungjawab dirinya sepenuhnya. Karena itu, ketika memberikan
pelayanan tidak menunggu perintah dari atasannya.
c.
Tim Pengembang Sekolah senantiasa berpikir, bahwa yang
harus ia utamakan dalam memberikan
layanan adalah customer. Karena itu, ia selalu berusaha untuk
mengutamakan kepentingan customer dalam setiap memberikan pelayanan.
d.
Tenaga pendidik dan kependidikan berusaha agar customer
yang dilayani tidak usah menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan dari
dirinya.
e.
Ketika ada customer yang kebingungan saat
berproses mendapatkan pelayanan, Tenaga pendidik dan kependidikan menawarkan
bantuan, dengan menanyakan: apa yang dapat saya bantu?
f.
Tim Pengembang Sekolah senantiasa berpikir dan berusaha
bagaimana agar customer menjadi mudah dalam urusannya, dan bukan
sebaliknya, bagaimana agar mereka mendapatkan kesukaran.
g.
Tim Pengembang Sekolah berusaha agar persoalan yang
dihadapi oleh klien terkait layanan yang ia dapatkan, secepatnya dapat
dituntaskan.
h.
Tim Pengembang Sekolah berusaha untuk mengetahui alur kerja
sejawatnya, agar ketika sejawatnya berhalangan, ia akan dapat menggantikan
dalam memberikan pelayanan.
i.
Ketika customer tidak mengerti cara mengakses
pelayanan, Tim Pengembang Sekolah berusaha secepatnya untuk memberikan
bantuan, tanpa terus menunggu perintah dari atasan langsungnya.em
j.
Ketika ia punya persoalan dan kesulitan dalam setiap
memberikan pelayanan, ia tanya kepada atasannya atau sejawatnya, dan tidak justru menunggu kapan sejawat dan
atasannya bertanya kepada dirinya.
Terkait dengan Profesionalitas, kapabilitas:
a.
Tim Pengembang Sekolah menyusun schedule secara
pribadi untuk penyelesaian pekerjaannya, sehingga seluruh pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya, benar-benar terencana (by design).
b.
Tim Pengembang Sekolah memahami prosedur dan alur kerja
beserta dengan jiwa yang dikandung oleh prosedur dan alur kerja tersebut.
c.
Dalam setiap memberikan pelayanan kepada customer,
Tim
Pengembang Sekolah
senantiasa
berpedoman kepada alur kerja yang telah ditetapkan oleh atasannya.
d.
Dalam setiap memberikan pelayanan, Tim
Pengembang Sekolah
selalu mencari
cara-cara yang tercepat, tertepat dan terakurat, tanpa keluar dari koridor dan
jiwa prosedur yang telah ditetapkan.
e.
Dalam melaksanakan setiap pekerjaannya, Tim
Pengembang Sekolah
bertindak tenang dan tidak panik meskipun
ketika berada dalam tekanan.
f.
Dalam menyelesaikan pekerjaan, Tim
Pengembang Sekolah
mengutamakan ketuntatasan pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya, dan tidak semata-mata mengacu kepada waktu dan jam
kerja.
g.
Terhadap berbagai persoalan terkait dengan pekerjaannya, Tim Pengembang Sekolah selalu mencari alternatif solusi yang
terbaik, tanpa harus melanggar koridor aturan dan prosedur beserta dengan jiwa
yang dikandung oleh aturan dna prosedur tersebut.
h.
Terhadap pekerjaan yang harus ia selesaikan, Tim
Pengembang Sekolah
tidak menunda-nunda (menggampangkan), karena
jika menumpuk, akan memperendah mutu pelayanan yang dapat ia berikan.
i.
Ketika ada sejawat yang mengalami masalah terkait dengan
pekerjaannya, Tim Pengembang Sekolah akan membantu memecahkannya, sehingga
pekerjaan sejawatnya tidak terbengkelai, dan bisa memuaskan customernya.
j.
Tim Pengembang Sekolah selalu berusaha melakukan perbaikan
terus menerus mutu pelayanan (kaizen)
yang ia berikan sehingga kepuasan customer-nya makin lama makin
meningkat.
Daftar Pustaka
Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Gramedia. Jakarta.
Imron, Ali. 2007. Perilaku
Tenaga Administrasi Sekolah Dalam Layanan Publik di Sekolah. Jurnal Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Direktora Tendik, Kemendikbud.
Imron, Ali, 2013.
Manajemen Berbasis Sekolah yang Berorientasi Pelayanan Publik. Modul Pelatihan MBS KInerja -USAID.
Jakarta: Kerjasama Kinerja USAID & RTI.
Imron, Ali. 2014. Manajemen Pertisipasi Masyarakat Tingkat
Satuan Pendidikan. Malang: Penerbit FIP UM.
Lembaga Administrasi Negara. 2003. Penyusunan Standar Pelayanan Publik.
Jakarta: LAN
Kementerian Menterian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2009. Renstra
Kemendikbud Tahun 2009-2014. Jakarta: Kemendikbud.
Kementerian Menterian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Panduan
Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar