Mentiko Betuah
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang Raja yang kaya raya. Ia seorang Raja yang di senangi oleh rakyatnya. Ia sangat bijaksana dan baik hati. Namun, kebahagiaannya terasa kurang karena Raja dan Permaisurinya belum juga di karuniai seorang anak. Suatu hari, Raja di beritahukan oleh salah satu penasehat Kerajaan untuk pergi ke Hulu Sungai, dan meminta sebuah permohonan. Akhirnya, Raja mengajak Permaisuri untuk pergi ke Hulu Sungai untuk membuat permohonan agar di karuniai seorang anak.Tempat yang mereka tuju sangat jauh dari Kerajaan. Mereka harus menyebrangi sungai, naik dan turun gunung dan melewati hutan belantara. Setibanya di tempat tujuan, mereka langsung membuat permohonan agar segera di karuniai seorang anak. Setelah, membuat permohonan mereka kembali ke Istana dan berharap permohonan tersebut segera terkabul.
Setelah menunggu cukup lama. Akhirnya, doa mereka terkabul. Permaisuri sudah mengandung satu bulan. Mendengar kabar tersebut Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Delapan bulan kemudian, lahirlah seorang bayi Laki-laki yang diberi nama Rohib. Raja sangat bahagia menyambut kelahiran Putra pertamanya yang selama ini ditunggu bertahun-tahun kehadirannya.
Raja dan Permaisuri sangat memanjakan Rohib. Mereka membesarkan Rohib dengan penuh kasih sayang. Waktu berjalan begitu cepat, Rohib pun tumbuh menjadi remaja. Suatu hari, Raja mengirim anak kesayangannya itu untuk belajar keluar dari Istana. Sebelum, ia berangkat untuk belajar. Raja pun berpesan.
‘’ Belajarlah dengan giat anakku, agar kelak kau dapat memimpin kerajaan ini dengan baik.’’ Pesan sang ayah kepada anaknya.Bertahun-tahun Rohib belajar. Namun, ia tidak dapat menyelesaikan pelajarannya dengan baik. Ia terbiasa di manja oleh kedua orang tua. Sang Ayah sangat marah mengetahui bahwa anaknya Rohib tidak menyelesaikan belajarnya selama ini. Suatu hari, Rohib pulang sebelum masa belajarnya habis
‘’ Hei, Anakku Rohib! Apa saja yang kau pelajari disana? Mana hasil belajarmu disana? Kau benar-benar tidak tahu diri. Aku mengirimu untuk belajar.! Pengawal, gantung anak ini sampai mati!’’ perintah sang Raja.
Karena sangat marah dan kecewa Raja memerintahkan pengawalnya untuk memberikan hukuman mati kepada anaknya sendiri. Namun, permaisuri memohon agar Putranya tidak di hukum mati. Permaisuri pun mengusulkan saran agar Rohib di keluarkan dari Istana dan memberikan uang untuk berdagang. Akhirnya, sang Raja pun menyetujui usulan istrinya tersebut.
Tidak lama kemudian, Rohib pun berpamitan kepada kedua orang tuanya. Permaisuri tidak henti-hentinya menangis melihat anaknya harus hidup seorang diri di luar sana. Ia pun pergi dari satu kampung ke kampung yang lain.
Suatu hari, di tengah perjalanan Rohib melihat beberapa anak sedang menyiksa Binatang seperti tikus, kucing, anjing dan menembak Burung dengan ketapel. Ia pun menghampiri sekumpulan anak-anak tersebut. Rohib pun menasehati mereka. Namun, yang di nasehati tidak mau mendengarkan mereka terus menyiksa Binatang tersebut. Rohib pun menawarkan akan memberikan mereka uang. Dengan syarat mereka tidak boleh menyiksa Binatang. Tawaran tersebut di terima dengan senang. Sekumpulan anak-anak tersebut meninggalkan tempat tersebut.
Uang tersebut adalah yang diberikan orang tuanya sebagai modal untuk bedagang. Namun, uang tersebut, lama kelamaan habis. Karena di berikan kepada orang-orang yang menyiksa Binatang. Perjalanan tersebut sangat melelahkan. Rohib pun berhenti untuk istirahat di tengah hutan dan tertidur di bawah pohon yang rindang.
Rohib pun terbangung
dari tidurnya. Namun, ia sangat terkejut melihat seekor Ular raksasa
berada di hadapannya. Rohib pun bersiap untuk lari karena ketakutan.
Tapi, Ular tersebut menghampiri dengan ramah. Ular tersebutpun dapat
berbicara seperti manusia.
‘’ Haii, Rohib, jangan takut. Aku tidak
akan memakanmu! Aku adalah Raja Ular di hutan ini. Mengapa kau ada
disini dan bersedih?’’ Tanya Ular tersebut.
Mendengar perkataan
sang Ular, Rohib pun akhirnya, menceritakan apa yang sudah terjadi. Ia
pun menceritakan bahwa uangnya habis karena di berikan kepada
orang-orang yang sudah menyiksa Binatang.
‘’ Kamu sungguh anak
baik Rohib. Karena kebaikkan mu, aku akan memberikan benda ini!’’ sang
Ular mengeluarkan sebuah benda yang berbentuk seperti permata.‘’ Benda apa ini? Tanya Rohib bingung.
‘’ Ini adalah Mentiko Bertuah. Ini adalah sebuah benda yang dapat mengabulkan semua permintaan yang kamu minta.’’ Jawab sang Ular.
‘’ Terima kasih tuan Ular.’’ Kata Rohib senang
Rohib pun langsung meminta kepada Mentiko Bertuah uang yang sangat banyak. Tidak menunggu lama, Mentiko Bertuah mengabulkan permintaannya. Rohib pun kembali ke Istana untuk menyerahkan uang tersebut kepada Ayahnya. Setibanya ia di Istana. Sang Raja sangat senang melihat anaknya dapat bertanggung jawab dan menghilangkan sikap manjanya. Serta membawa uang banyak hasil dari usahanya sendiri.
Setelah ia memberikan uang tersebut kepada Ayahya. Ia pun pergi membawa Mentiko Betuah tersebut kepada Tukang Emas untuk dijadikan cincin. Karena ia takut Mentiko Betuah tersebut hilang. Namun, Tukang Emas tersebut menipu Rohib dan membawa kabur Mentiko Bertuah tersebut. Rohib pun sangat bingung bagaimana untuk mengejar Tukang Emas tersebut. Akhirnya, ia meminta bantuan kepada para hewan sahabatnya yaitu seekor Tikus, Kucing dan Anjing. Sang Anjing pun berhasil menemukan jejak Tukang Emas dengan mudah. Mereka pun berhasil menemukan Tukang Emas yang sedang tertidur. Sedangkan tikus,berusaha mencari Mentiko Bertuah,dan menemukannya dan mengambil cincin itu.
Sebelum dikembalikan kepada Rohib,tikus menipu anjing dan kucing dengan mengatakan bahwa Mentiko Bertuah sudah terjatuh ke dalam sungai dan hilang.Karena itu,Anjing dan Kucing panik dan mencari Mentiko Bertuah ke dasar sungai.
Sang Tikus pun menyerahkan cincin itu kepada Rohib. Rohib sangat senang dan berterima kasih kepada Tikus dan mengira bahwa Tikuslah yang paling berjasa dalam mencari Mentiko Bertuah.
”Terima kasih tikus,kamu memang yang paling berjasa mencarikan Mentiko Bertuah .Aku ucapkan sekali lagi terimakasih kepadamu tikus”. Ujar Rohib.
Ketika Si Kucing dan Anjing menghadap Rohib, mereka terkejut karena benda itu sudah ada pada Rohib. Rupanya perilaku licik si Tikus sudah tercium oleh mereka berdua. Mengetahui hal itu,Kucing dan Anjing menjadi kesal. Mereka pun marah besar. Sejak itulah Anjing dan Kucing memusuhi Tikus.
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia Dari Aceh adalah jangan putus asa ketika cobaan datang. Selalu berusaha dan berbuat baik maka engkau akan dapat mengatasi segala rintangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar