Senin, 25 Desember 2017

sastra : puisi lama dan puisi baru


Berdasarkan ragam atau genrenya sastra dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk yaitu: (1) prosa, (2) puisi, dan (3) drama. Ketiga ganre sastra tersebut mempunyai ciri yang membedakan. Namun demikian, kadang ketiga jenis tersebut tidak dapat dipisahkan secara mutlak sebab ada puisi yang ditulis dengan gaya prosa yang disebut dengan puisi lirik, dan sebaliknya ada prosa yang ditulis puitis. Oleh karena itu, ketiga genre sastra tersebut kehadirannya dalam sebuah karya sangat dimungkinkan hadir bersamaan. Secara sederhana untuk membedakan ketiga genre sastra tersebut dapat dibaca melalui uraian berikut.

Puisi.

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa baik struktur fisik maupun struktur batinnya. Ciri khas puisi yang paling menonjol adalah tipografinya., Seketika bila kita melihat sebuah teks yang larik-lariknya tidak sampai ke tepi halaman kita mengandaikan teks tersebut adalah puisi (Dick Hartoko, 1982: 175). Namun, demikan, untuk puisi terdapat beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru. Puisi lama sendiri dibagi menjadi beberapa jenis yang tiap-tiap jenisnya mempunyai ciri yang berbeda satu sama lain.


Puisi Lama
 Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Mingangkabau yang berarti "petuntun". Pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak terdapat nama penulis. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampirandan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.




Berikut contoh pantun:

asam kandis asam gelugur Ketiga asam riang-riang Menangis mayat di dalam kubur Teringat badan tidak sembahyang
Pantun sendiri masih berbagai macam jenisnya, diantaranya: pantun adat, agama, budi, jenaka, kepahlawanan, kias, nasihat, percintaan, peribahasa, perpisahan, dan teka teki.

Seloka (Pantun Berkait)

Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.Seloka mempunyai ciri: (1) Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua. (2) Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga, dan seterusnya, sedangkan aturan pembuatan pantunnya sama dengan aturan pantun yang sudah disebutkan sebelumnya.

Talibun
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harusgenap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.Jadi, apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d.

Pantun Kilat (Karmina)
Karmina mempunyai ciri-ciri: Setiap bait terdiri dari dua baris, baris pertama merupakan sampiran. Baris kedua merupakan isi. Bersajak a – a. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata. Pada umumnya karmina digunakan untuk memberi sindiran secara halus. Karmina juga dapat dibagi lagi sesuai dengan isinya sebagaimana pantun.

Mantra
Mantra adalah puisi tua yang keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra melainkan sebagai adat dan kepercayaan. Mantra tidak memiliki aturan tertentu seperti halnya dalam pantun. Hanya pada saat itu mantra dianggap mengandung kekuatan ghaib yang diucapkan dalam waktu tertentu.

Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula, amsal, atau perumpamaan. Gurindam mempunyai ciri: Sajak akhir berima a – a ; b – b; c – c dst. Sama dengan ciri sastra lama lainnya gurindam berisinya nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.

Syair
Syair merupakan salah satu jenis puisi lama. Kata "syair" berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti "perasaan". Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti "puisi" dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair didesain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair menjadi khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan berbagai karya syair yang ditulisnya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir. Syair memiliki ciri: Setiap bait terdiri atas empat baris. Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata. Bersajak a-a-a-a. Isi tidak semua sampiran.



Puisi Baru

Puisi baru adalah pembaharuan dari puisi lama yang mendapat pengaruh dari Barat. Dalam penyusunan puisi baru rima dan jumlah baris setiap bait tidak terlalu dipentingkan. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Nama pengarang puisi baru sudah dicantumkan (Rizal, 2010:75).

 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi baru adalah bentuk puisi bebas yang tidak begitu terikat pada aturan penulisan seperti puisi lama. Rizal (2010:75) mengungkapkan, ciri-ciri puisi baru sebagai berikut.
- Bentuknya rapi, simetris.
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur).
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
- Sebagian besar puisi berbentuk empat seuntai.
- Tiap-tiap barisnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata.


Jenis-jenis Puisi Baru

Damayanti (2013:78) mengungkapkan, jenis puisi baru berdasarkan isinya dibedakan menjadi beberapa macam seperti berikut ini.

Balada
Balada adalah puisi berisi kisah atau cerita suatu riwayat. Balada menceritakan kehidupan orang biasa yang penuturannya didramatisasi sehingga menyentuh.

Himne
Himne adalah puisi yang bersifat transendental atau berisi pujian untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Pada umumnya himne berisi pujian atau keluh kesah yang ingin disampaikan kepada Tuhan.

Ode
Ode adalah puisi yang berisi sanjungan untuk orang, benda, atau peristiwa yang memuliakan. Biasanya, ode ditujukan kepada pahlawan atau tokoh yang berpengaruh.

Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup, nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral menjadi ciri khusus epigram ini.

Romance
Romance adalah puisi yang berisi tentang kisah-kisah percintaan, romance pada umumnya lahir dari pengalaman pengarang tentang kisah percintaan yang pernah dialaminya.

Elegi
Elegi adalah puisi yang mengungkapkan kesedihan. Jenis puisi ini lebih ditujukan untuk ekspresi perasaan aku-lirik sehingga puisi lebih menekankan yang dirasakan aku lirik.


Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau kritikan tajam terhadap keadaan masyarakat atau kehidupan sosial-budayanya. Sebenarnya tak terbatas pada puisi saja, prosa dan drama juga bisa disebut satire jika temanya melawan dan menyindir kondisi zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar