Jumat, 29 Desember 2017

PROSA

Prosa Istilah prosa menurut Nurgiyantoro (2013: 1) dapat menyaran pada pengertian yang lebih luas. Ia mencakup berbagai karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa, bukan puisi atau drama, tiap baris dimulai dari margin kiri penuh sampai ke margin kanan. Bisa dikatakan prosa dalam pengertian ini tidak hanya karya sastra, tetapi juga karya nonfiksi termasuk di dalamnya penulisan berita dalam surat kabar. Prosa sebagai karya sastra sebagaimana dijelaskan oleh Abrams via Nurgiyantoro (2013: 2) merujuk pada fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif (dalam pendekataan struktural dan semiotik).Istilah fiksi ini diartikan sebagai cerita rekaan atau khayalan, tidak menyaran pada kejadian faktual atau sesuatu yang benar-benar terjadi. 


 Fiksi merujuk pada prosa naratif yang dalam hal ini novel dan cerpen, bahkan fiksi sendiri bisa jadi sering disebut sebagai novel. Novel sebagai sebuah fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsurinstriksiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dll, yang kesemuanya bersifat imajinatif. 

Prosa Lama 
Merujuk kembali pada ciri-ciri sastra lama yang dikemukakan dalam awal uraian materi ini, maka genre prosa juga memiliki produk tersendiri pada sastra lama. Genre prosa yang dapat dikategorikan dalam sastra lama antara lain sebagai berikut. 

Hikayat, yaitu prosa lama yang berisikan kehidupan para dewa, pangeran, atau putri kerajaan, dan raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Hikayat juga sering menceritkan kepahlawanan tokoh yang ada di dalamnya. Hikayat berasal dari India dan Arab, terkadang tokohnya merupakan tokoh sejarah. Beberapa hikayat yang terkenal antara lain: Hikayat Hang Tuah, HIkayat Si Pahit Lidah, dan Hikayat Kuda Terbang. 

Dongeng, yaitu prosa lama yang mengandung ajaran kebaikan.Dongeng biasanya ditujukan pada anak-anak. Biasanya berisi tentang kebaikan melawan kejahatan. Cotoh: Malin Kundang, Timun Mas, Candra Kirana. 

Mitos, cerita yang dipercaya turun tumurun sebagai pegangan dalam menjalani hidup dan berperilaku. Mitos terkadang juga dikaitkan dengan asal mula suatu silsilah suku tertentu. Ada juga yang percaya bahwa tokoh yang berada dalam mitos benar-benar ada dan menjadi nenek moyangnya. Contoh mitos adalah Nyi Roro Kidul, Cerita Rama-Sinta, Cerita Mahabaratha. Mitos yang paling terkenal adalah Ken Arok dan Ken Dedes. 

Fabel, yaitu cerita yang tokohnya binatang yang berperilaku seperti manusia. Fabel diciptakan untuk memudahkan pemahaman anak-anak dalam menggambarkan perwatakan atau karakter tokohnya. Contoh: Cerita Kancil, Cerita Kura-Kura dan Kelinci, Cerita Kera dan Ikan Mas. Legenda, yaitu prosa lama yang menceritakan asal mula suatu tempat, benda peninggalan sejarah atau fenomena. Contoh: Legenda Pulau Samosir, Legenda Candi Mendut, Legenda Tangkupan Perahu. 

Prosa Baru 

Pada proses perkembangannya prosa juga mengalami perubahan meskipun unsur pembangunnya tidak jauh berbeda, hanya saja isi dan tema prosa baru telah lebih berkembang. Beikut beberapa jenis prosa baru atau prosa modern. 

Cerpen 
Cerpen merupakan kependekan cerita pendek, yaitu cerita yang mengambil momen penting dalam lakuan tokoh. Biasanya durasi cerpen tidak panjang dan mebutuhkan lima sampai lima belas halaman. Ada juga cerpen yang lebih dari lima belas halaman, tetapi itu tak banyak karena semakin panjang cerpen, kepadatan dan momen yang ditangkap akan hilang. Beberapa cerpen yang terkenal diantaranya. Robohnya Surau Kami dari A.A. Navis dan Sepotong Senja untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma. 

Novel 
Novel yaitu jenis prosa yang menceritakan masalah yang dihadapi tokoh dalam lingkup hidupnya, tetapi tidak bercerita hingga sang tokoh meninggal. Novel juga berusaha menangkap momen penting yang dilalui sang tokoh utamanya, tetapi disampaikan dengan lebih rinci dan pengaluran yang lebih renggang, tidak padat. Novel terkenal yang ada dalam sejarah sastra diantaranya. Layar Terkembang karya Suatn Takdir Alisjahbana, Burung-Burung Manyar karya YB Mangun Wijaya dan Saman karya Ayu Utami. 

Roman 
Roman yaitu prosa yang bercerita dalam lingkup hidup hingga sang tokoh meninggal. Biasanya tokoh yang diceritakan mengalami perubahan nasib di akhir cerita. Roman juga terbagi menjadi beberapa jenis, yaotu: roman sejarah, sosial, bertendens, dan psikologis. 

Novelet 
Novelet merupakan jenis prosa yang lebih panjang dari cerpen tetapi terlalu pendek jika dikategorikan sebagai novel. Biasanaya novel berkisar antara lima puluh hingga seratus halaman. Novelet banyak dijumpai dalam karya-karya populer yang bersifat komedi. Karya-karya Hilman Hariwijaya dapat dikategorikan dalam jenis ini sebagai contoh Lupus, Olga dan Sepatu Roda, sedangkan untuk yang berkategori sastra yang dapat digolongkan ke dalam novelet misalnya Sri Sumarah dan Bawuk karya Umar Kayam. 

Drama 
Drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti dialog dalam bentuk prosa atau puisi dengan keterangan laku. Unsur-unsur terpenting dalam drama untuk dapat dipentaskan adalah sebagai berikut. 
 - Naskah lakon, berguna untuk menetapkan urutan adegan dan dialog yang ada dalam drama. 
 - Sutradara, yaitu orang yang mengatur dan mengonsep drama yang akan dimainkan. 
 - Pemain yaitu orang yang memainkan peran di panggung. 

Drama di Indonesia berkembang pada masa drama tradisonal dan modern. Sebelum drama moderen dikenal di Indonesia, drama tradisonal telah lebih dahulu berkembang di tanah air. Drama tardisonal dipergunakan dengan merujuk pada pakem-pakem yang berlaku dan dipertahankan secara turun menurun sesuai dengan keasliannya. Setiap drama tradisional memiliki aturan atau pakem yang berbeda seperti ludruk di Jawa Timur misalnya merupakan drama tradisional yang mengutamakan humor dan komedi. Hingga kini ludruk pun tetap bertahan pada aturan ini. Contoh bentuk drama trasdional lainnya adalah: Ketoprak dari Jawa Tengah, Ubrug dari Banten, Longser dari Jawa Barat, Mamanda dari Kalimantan Selatan, dan Lenong dari Betawi. 

Dalam situasi bahasa tersebut terdapat dialog yang terdiri atas unit-unit dialog., Unit-unit dialog tersebut disebut juga "giliran bicara" yang akan diucapkan oleh tokoh. Sebuah dialog minimal terdiri atas dua giliran bicara yang didukung sekurang-kurangnya oleh dua pelaku; bahan pembicaraan tidak boleh berubah. Konvensi tersebut merupakan konvensi ideal. Namun, bila konvensi yang ideal ini diganggu karena pelaku angkat bicara dengan tidak teratur atau tidak membicarakan bahan yang sama mustahil akan terbentuk "dialog" dan alur cerita yang dimaksudkan. Pelaku drama akan berdialog dalam ruang dan waktu yang sama., Keadaan tersebut dalam drama disebut dengan "latar" bagi sebuah dialog.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar