Bahasa kias atau figurative language merupakan penyimpangan dari pemakaian bahasa yang biasa, yang makna katannya atau rangkaian katannya digunakan dengan tujuan untuk mencapai efek tertentu (Abrams, 1981). Bahasa kias memiliki beberapa jenis yaitu: personifikasi, metafora, perumpamaan, simile, metonimia, sinekdoki, dan alegori (Pradopo, 1978).
Bahasa kias yang hadir dalam puisi diantaranya:
Perbandingan/ perumpamaan/simile; yaitu menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata perbandingan seperti: bagai, bak, seperti, seumpama, laksana, sepantun, dan afiks se- lainnya yang menunjukkan perbandingan. Seperti yang terdapat dalam petikan puisi di bawah ini.
Sahabat Sejatiku
Karya: Annisa Sekar Salsabila
Sahabat,
Kau bagai malaikat bagiku
Kau bagaikan bidadari untukku
Semua kebajikan ada padamu
Metafora yaitu bahasa kias seperti perbandingan tetapi tidak menggunakan kata pembanding. Metafora ini melihat sesuatu dengan perantara benda yang lain (Becker, 1978:317). Seperti puisi di bawah ini yang memetaforkan kasih sayangnya sebagai jasa yang akan terbalas, hutang yang tidak akan terbayar.
IBU
Karya: Agus Salim
Ibu ... kasih dan sayangmu padaku adalah jasa yang tak akan terbalas adalah hutang yang tak akan terbayar sungguh banyak yang telah aku terima Darimu .... wahai ibu
Personifikasi, kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi ini dipergunakan para penyair dari dahulu hingga sekarang. Personifikasi ini membuat hidup lukisan, di samping itu memberi kejelasan dan memberikan bayangan angan yang konkret. Seperti yang terdapat dalam penggalan puisi karya Rustam Effendi berikut ini.
Anak Molek V
Malas dan malu nyala pelita
Seperti meratap mencuri mata
Seisi kamar berduka cita
Seperti takut, gentar berkata.
Metonimia adalah bahasa kiasan yang jarang dijumpai pemakaiannya dalam puisi, apalagi puisi anak. Dalam bahasa Indonesia metonimia seringkali disebut kiasan pengganti nama. Bahasa kias ini berupa penggunaan sebuah atribut, objek, atau penggunaan sesuatu yang dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Contoh penggunaan metonimia dapat dilihat dalam petikan puisi Toto Sudarto Bachtiar berikut ini.
Ibu Kota Senja
Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
……
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan
Di bawah bayangan samar istana kajang
O, kota kekasih setelah senja
Klakson dan lonceng dapat menggantikan orang atau partai politik yang sedang bersaing adu keras suaranya. Sungai kesayangan mengganti Sungai Ciliwung. Istana mengganti kaum kaya yang memiliki rumah-rumah seperti istana. Kota kekasih adalah Jakarta.
Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian penting, suatu benda untuk benda atau hal itu sendiri. Sinekdok dibagi menjadi dua yaitu:
Pars pro toto: sebagian untuk keseluruhan
Totem pro parte; keselurahan untuk sebagian.
Sebagai contoh pars pro toto dapat dilihat dalam puisi Toto Sudarto Bactiar berikut ini.
Ibu Kota Senja
Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam senja
....
Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas
Sebagai contoh penggunaan totem pro parte dapat dilihat dalam petikan puisi Sitor Situmorang berikut ini.
Kujelajah bumi dan alis kekasih.
Bumi totem pro parte, sedangkan alis kekasih pars pro toto.
Citraan/Imaji
Citraan merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa yang mampu membangkitkan kesan yang konkret terhadap suatu objek, pemandangan, aksi, tindakan, atau pernyataan yang dapat membedakannya dengan pernyataan atau ekspositori yang abstrak dan biasanya ada kaitannya dengan simbolisme (Baldic, via Nurgiyantoro, 2014:276). Unsur citraan merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata (Pradopo, 1978). Ada berbagai macam jenis citraan diantarannya: citraan penglihatan (visual imagery), citraanpendengaran (auditory imagery), citraan gerak (movement/kinestetik imagery), citraan perabaan (tecticle/thermal imagery), citraan pengecapan (tactile imagery), dan citraan penciuman (olfactory imagery).
Makna
Setiap puisi pasti memiliki makna. Makna dapat disampaikan secara langsung maupun secara tidak langsung. Makna puisi pada umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia.
Bahasa kias yang hadir dalam puisi diantaranya:
Perbandingan/ perumpamaan/simile; yaitu menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata perbandingan seperti: bagai, bak, seperti, seumpama, laksana, sepantun, dan afiks se- lainnya yang menunjukkan perbandingan. Seperti yang terdapat dalam petikan puisi di bawah ini.
Sahabat Sejatiku
Karya: Annisa Sekar Salsabila
Sahabat,
Kau bagai malaikat bagiku
Kau bagaikan bidadari untukku
Semua kebajikan ada padamu
Metafora yaitu bahasa kias seperti perbandingan tetapi tidak menggunakan kata pembanding. Metafora ini melihat sesuatu dengan perantara benda yang lain (Becker, 1978:317). Seperti puisi di bawah ini yang memetaforkan kasih sayangnya sebagai jasa yang akan terbalas, hutang yang tidak akan terbayar.
IBU
Karya: Agus Salim
Ibu ... kasih dan sayangmu padaku adalah jasa yang tak akan terbalas adalah hutang yang tak akan terbayar sungguh banyak yang telah aku terima Darimu .... wahai ibu
Personifikasi, kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi ini dipergunakan para penyair dari dahulu hingga sekarang. Personifikasi ini membuat hidup lukisan, di samping itu memberi kejelasan dan memberikan bayangan angan yang konkret. Seperti yang terdapat dalam penggalan puisi karya Rustam Effendi berikut ini.
Anak Molek V
Malas dan malu nyala pelita
Seperti meratap mencuri mata
Seisi kamar berduka cita
Seperti takut, gentar berkata.
Metonimia adalah bahasa kiasan yang jarang dijumpai pemakaiannya dalam puisi, apalagi puisi anak. Dalam bahasa Indonesia metonimia seringkali disebut kiasan pengganti nama. Bahasa kias ini berupa penggunaan sebuah atribut, objek, atau penggunaan sesuatu yang dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Contoh penggunaan metonimia dapat dilihat dalam petikan puisi Toto Sudarto Bachtiar berikut ini.
Ibu Kota Senja
Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
……
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan
Di bawah bayangan samar istana kajang
O, kota kekasih setelah senja
Klakson dan lonceng dapat menggantikan orang atau partai politik yang sedang bersaing adu keras suaranya. Sungai kesayangan mengganti Sungai Ciliwung. Istana mengganti kaum kaya yang memiliki rumah-rumah seperti istana. Kota kekasih adalah Jakarta.
Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian penting, suatu benda untuk benda atau hal itu sendiri. Sinekdok dibagi menjadi dua yaitu:
Pars pro toto: sebagian untuk keseluruhan
Totem pro parte; keselurahan untuk sebagian.
Sebagai contoh pars pro toto dapat dilihat dalam puisi Toto Sudarto Bactiar berikut ini.
Ibu Kota Senja
Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam senja
....
Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas
Sebagai contoh penggunaan totem pro parte dapat dilihat dalam petikan puisi Sitor Situmorang berikut ini.
Kujelajah bumi dan alis kekasih.
Bumi totem pro parte, sedangkan alis kekasih pars pro toto.
Citraan/Imaji
Citraan merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa yang mampu membangkitkan kesan yang konkret terhadap suatu objek, pemandangan, aksi, tindakan, atau pernyataan yang dapat membedakannya dengan pernyataan atau ekspositori yang abstrak dan biasanya ada kaitannya dengan simbolisme (Baldic, via Nurgiyantoro, 2014:276). Unsur citraan merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata (Pradopo, 1978). Ada berbagai macam jenis citraan diantarannya: citraan penglihatan (visual imagery), citraanpendengaran (auditory imagery), citraan gerak (movement/kinestetik imagery), citraan perabaan (tecticle/thermal imagery), citraan pengecapan (tactile imagery), dan citraan penciuman (olfactory imagery).
Makna
Setiap puisi pasti memiliki makna. Makna dapat disampaikan secara langsung maupun secara tidak langsung. Makna puisi pada umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar